Perjuangan OC Kaligis dari Awal Karier Hingga Jadi Mentor untuk Banyak Pengacara Terkenal

Perjuangan OC Kaligis dari Awal Karier Hingga Jadi Mentor untuk Banyak Pengacara Terkenal

Perjuangan OC Kaligis dari Awal Karier Hingga Jadi Mentor untuk Banyak Pengacara Terkenal

May 21, 2024
OC Kaligis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

OC Kaligis. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan OC Kaligis, seorang pengacara senior yang tetap aktif di usia 82 tahun. Kaligis membagikan kisahnya tentang perjalanan karier dan pengalamannya dalam dunia hukum, termasuk membela Prabowo dan Gibran.

OC Kaligis memulai kariernya dengan kondisi sulit, datang ke Jakarta hanya dengan dua celana dan dua kemeja. “Saya datang dengan membawa dua celana dan dua kemeja. Naik PPD (Pengangkutan Penumpang Djakarta) nggak pernah bayar. Oleh karena itu, ketika ada urusan 60 pegawai PPD nggak dibayar saya bela cuma-cuma,” tuturnya.

OC Kaligis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
OC Kaligis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Berkat dedikasi dan kerja keras, ia berhasil membuka kantor pengacara meski awalnya hanya bermodal mesin tik bekas. Kaligis selalu berpegang pada prinsip membela kliennya dengan mencari celah hukum yang bisa meringankan tuduhan.

“Dulu buka kantor pengacara nekat sebenarnya, dulu masih gampang kan tahun 70-an pasang papan nama aja baru urus pengangkatan pada waktu itu. Tapi pikiran saya sederhana kalau orang dituduh mencuri tentu saya cari pasalnya hal-hal yang mengatakan dia bukan pencuri. Kalau orang dituduh membunuh saya cari lubang-lubang di mana pembunuhan itu bisa tidak terbukti karena membela diri. Jadi atas dasar itulah saya mulai membela perkara,” jelasnya.

Selama kariernya, OC Kaligis banyak mendapat bimbingan dari pengacara senior seperti Gani Djemat yang menasehatinya untuk lebih santun dalam berkomunikasi. Prinsip ini ia pegang teguh hingga sukses menangani berbagai kasus besar dan menjadi terkenal. “Pak Gani Djemat pernah menasehati saya ‘Pak Oce, kau bakal jadi pengacara besar tapi coba kata-katamu itu diperhalus dikit’,” ujar OC Kaligis.

OC Kaligis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
OC Kaligis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

OC Kaligis juga dikenal sebagai mentor bagi banyak pengacara muda. Ia menceritakan bagaimana ia membimbing Hotman Paris, yang kala itu masih berusia 21 tahun dan bekerja keras untuk belajar tentang perbankan di bawah bimbingannya. Selain Hotman Paris, Kaligis juga membimbing pengacara lainnya seperti Amir Syamsudin, yang akhirnya berhasil meraih gelar doktor dan sukses di dunia hukum.

“Mungkin saya ada bakat untuk mendidik juga ya. Semua yang pernah di sini jadi. Pertama yang datang itu Hotman Paris. Dia masih naik motor butut waktu itu. Yang kedua itu Amir Syamsudin, buka bengkel waktu itu saya suruh sekolah Pak sampai jadi Doktor,” ungkap OC Kaligis.

Tags :

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kisah Perjuangan dan Dedikasi Nikson Nababan di Daerah Terpencil Tapanuli Utara

Kisah Perjuangan dan Dedikasi Nikson Nababan di Daerah Terpencil Tapanuli Utara

Kisah Perjuangan dan Dedikasi Nikson Nababan di Daerah Terpencil Tapanuli Utara

May 20, 2024
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Nikson Nababan. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn yang dipandu oleh Eddy Wijaya, Nikson Nababan, mantan Bupati Tapanuli Utara, mengungkapkan pengalaman menariknya saat mengunjungi daerah-daerah terpencil menggunakan sepeda motor trail. Nikson terpaksa menggunakan motor trail karena kondisi medan yang sangat berat, termasuk jalan berlumpur dan pegunungan yang curam.

“Saya itu sebenarnya paling takut naik sepeda motor, apalagi trail digas gitu bisa langsung kenceng. Jadi awal-awal, saya naik sepeda motor trail itu karena memang berlumpur kan ke desa-desa kita buka jalan. Kadang jalan kaki kita. Kalau jalan itu belum kita buka pakai alat berat, kita jalan kaki. Setelah dibuka pakai alat berat, saya naik sepeda motor trail,” jelasnya.

Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Nikson mengaku bahwa langkah ini merupakan bagian dari upayanya membuka akses ke desa-desa terisolir. Selain mengunjungi langsung untuk survei, ia juga memastikan adanya pembangunan infrastruktur penting seperti jalan, jembatan, dan listrik. “Listrik itu baru semua tahun lalu. Terakhir desa di daerah Parmonangan itu terakhir kita yang nyalakan. Jadi semua sudah nyala listriknya tinggal lima dusun sekarang. Kalau dulunya ada sampai berapa 58 desa sangat terisolir, tidak ada listrik dan tidak ada akses. Selebihnya ada 30 desa terisolir jalannyanya sudah ada tapi belum bisa masuk roda empat,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Nikson juga berbagi strategi untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan dan guru di daerah terpencil dengan memberikan insentif tambahan. Ini bertujuan untuk mengurangi keinginan pindah ke kota dan memastikan pelayanan di desa tetap optimal.

Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“2015 itu saya buat keputusan Bupati yang bidan dan guru di desa sangat terisolir, kita bikin gajinya 1 setengah tambahan. Kalau desa terisolir kita bikin 1 bulan gaji tambahannya. Daripada semua saya pindah nanti kosong desanya, nggak tercapai juga visi- misinya. Saya naikkan dari insentif, nggak ada lagi mau pindah,” ungkapnya.

Sebagai penutup, Nikson memberikan pesan inspiratif kepada generasi muda Sumatera Utara, menekankan pentingnya proses dan kerja keras dalam meraih kesuksesan. “Tidak ada yang instan di dunia ini. Semua butuh proses,” kata Nikson.

Tags :

Siap Maju Pilgub Sumatra Utara, Nikson Nababan Fokus pada Integritas dan Pembangunan Berkelanjutan

Siap Maju Pilgub Sumatra Utara, Nikson Nababan Fokus pada Integritas dan Pembangunan Berkelanjutan

Siap Maju Pilgub Sumatra Utara, Nikson Nababan Fokus pada Integritas dan Pembangunan Berkelanjutan

May 16, 2024
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Nikson Nababan. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn yang dipandu oleh Eddy Wijaya, mantan Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan, mengungkapkan rencananya untuk maju dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara. Dua periode kepemimpinannya di Tapanuli Utara telah memberikan keyakinan kepada masyarakat untuk mendorongnya menjadi calon gubernur, sebuah tanggung jawab yang disambutnya dengan penuh keseriusan.

Nikson menegaskan bahwa keputusannya untuk maju bukan semata-mata ambisi pribadi, tetapi merupakan panggilan untuk mengabdi kepada masyarakat. “Saya siap mengabdi lagi,” ujarnya. Menurutnya, banyak urusan di Sumatera Utara yang saat ini masih dibayangi oleh praktik-praktik yang membutuhkan uang tunai untuk penyelesaiannya, sesuatu yang ia tolak mentah-mentah dalam pemerintahannya di Tapanuli Utara.

Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Sumatera Utara akan saya ubah menjadi semua urusan mesti urus tuntas. Apakah nanti itu siap? Nah kalau siap Monggo, saya selama jadi Bupati saya tidak punya uang. Saya murni marhaen. Kalau mau ya ayo gotong royong,” jelasnya.

Selain isu korupsi, Nikson juga menyoroti pentingnya pembangunan sektor pertanian dan kelautan di Sumatera Utara, yang menurutnya merupakan potensi daerah tersebut. Ia mengingatkan bahwa banyak lautan di Sumatera Utara yang saat ini dalam kondisi rusak. Pengalaman Nikson belajar dari Raja Ampat menjadi contoh konkret bagaimana konservasi dapat berjalan seiring dengan kemajuan ekonomi.

“Kekayaan alam di Sumatera Utara kalau kita kembalikan lagi dengan natural, saya yakin tidak hanya berpotensi nelayan kita maju tetapi juga wisatawan,” tegasnya. Nikson percaya bahwa dengan menjaga ekosistem laut, Sumatera Utara bisa menarik lebih banyak wisatawan, seperti yang terjadi di Raja Ampat dan Labuan Bajo.

Nikson juga menyadari bahwa persaingan dalam pemilihan gubernur akan berat, dengan calon-calon kuat seperti Edy Rahmayadi dan Bobby Nasution. Namun, ia menegaskan bahwa kompetisi harus didasarkan pada program kerja dan rekam jejak, bukan hanya popularitas atau janji-janji tanpa dasar. “Artinya masyarakat juga harus menyadari bahwa masa depan kita itu jangan diukur karena segopok uang atau dengan janji-janji tapi dilihatlah dari track record dan karya-karya nyata yang sudah dikerjakan,” kata Nikson Nababan.

Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Tags :

Cerita Nikson Nababan Mendapat Gelar Kanjeng Pangeran Raden Aryo

Cerita Nikson Nababan Mendapat Gelar Kanjeng Pangeran Raden Aryo

Cerita Nikson Nababan Mendapat Gelar Kanjeng Pangeran Raden Aryo

May 15, 2024
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Nikson Nababan. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Nikson Hasudungan Nababan, seorang tokoh yang memiliki gelar Kanjeng Pangeran Raden Aryo dari Kesultanan Solo. Dalam kesempatan ini terungkap cerita tentang bagaimana Nikson Nababan meraih gelar tersebut dan apa arti dari gelar panjang yang melekat padanya.

Gelar panjang Nikson Nababan, yang meliputi Kanjeng Pangeran Raden Aryo Dr. Drs. Nikson Nababan Darmonagoro M.Si, memiliki cerita yang menarik. Sebagai seorang yang diundang oleh Kesultanan Solo pada tahun 2015, Nikson dianugerahi gelar tersebut dengan tingkat awal sebagai Kanjeng Raden Tumenggung.

Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Jadi Kanjeng Pangeran Raden Aryo Dr. Drs. Nikson Nababan Darmonagoro M.Si. Ceritanya itu saya diundang oleh Kesultanan Solo untuk diberikan gelar itu 2015,” tutur Nikson.

Namun gelar tersebut tidak berhenti di situ, karena setiap tahunnya Nikson meraih predikat yang semakin tinggi, dari Kanjeng Raden hingga mencapai puncaknya sebagai Kanjeng Pangeran. “Nah tingkatannya waktu itu masih Kanjeng Raden Tumenggung. Di belakangnya tetap Darmonagoro karena menurut beliau-beliau itu di sana gelar itu boleh naik terus predikat tapi Darmonagoro itu nggak bisa. Kemudian tahun berikutnya naik lagi menjadi Kanjeng Raden kemudian naik lagi menjadi Kanjeng Raden Aryo. Nah terakhir puncaknya itu adalah Kanjeng Pangeran itu sudah enggak ada lagi level tertinggi,” lanjutnya.

Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pembahasan tentang gelar Darmonagoro, yang melekat pada nama Nikson, juga menjadi sorotan dalam podcast EdShareOn. “Artinya Darmonagoro itu adalah bahwa hidup saya itu selalu mendarma baktikan hidup untuk negara,” ungkapnya.

Nikson juga mengungkapkan bagaimana ia bisa mendapatkan penghargaan yang diberikan oleh Kesultanan Solo. “Menurut susunan dari Kesultanan Solo di undangan itu bahwa saya sebagai kepala daerah dilihat dari visi misi dan kinerja jadi layak diapresiasi dan diberi penghargaan kira-kira seperti itu,” ujar Kanjeng Pangeran Raden Aryo Dr. Drs. Nikson Nababan Darmonagoro M.Si.

Tags :

Cara Nikson Nababan Memaksimalkan Potensi Wisata Sumatra Utara

Cara Nikson Nababan Memaksimalkan Potensi Wisata Sumatra Utara

Cara Nikson Nababan Memaksimalkan Potensi Wisata Sumatra Utara

May 15, 2024
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Nikson Nababan. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn dengan Eddy Wijaya, Nikson Nababan memberikan pandangannya tentang potensi wisata di Indonesia terutama di Sumatra Utara. Terungkap berbagai ide brilian tentang bagaimana mengembangkan pariwisata, khususnya terkait Danau Toba.

Nikson Nababan membahas konsep yang menarik tentang bagaimana Danau Toba dapat ditingkatkan menjadi tujuan utama bagi wisatawan, sambil mempertimbangkan konektivitasnya dengan tempat wisata lain di sekitarnya. Menurutnya dari hasil riset dan survei, wisatawan pertama kali tertarik pada pantai, diikuti oleh pusat perbelanjaan, kuliner, agrowisata, dan baru kemudian wisata alam seperti danau.

Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Dari hasil riset dan survei, urutan pertama diminati oleh para wisatawan adalah pantai. Setelah pantai adalah pusat perbelanjaan, setelah pusat perbelanjaan itu pusat kuliner, agrowisata, wisata alam baru danau. Terakhir danau ini. Maka pertanyaannya danau ini kalau dinaikkan jadi nomor satu berarti dia harus juga membuat konektivitas terhadap pantai, pusat perbelanjaan, kuliner, agrowisata, dan wisata alam,” ujar Nikson.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk menarik lebih banyak pengunjung ke Danau Toba, perlu ada upaya untuk menghubungkan dan mengintegrasikan pengalaman wisata yang berbeda di sekitarnya. “Dikoneksikan dengan transportasi dan promosi. Apa yang bisa dilihat, apa yang bisa dibeli, apa yang bisa dimakan, itu harus dicari investor juga. Kita harus memikirkan bagaimana program tersebut dapat menarik investor dari luar negeri, seperti Inggris Raya atau Eropa Timur sehingga wisatawan tidak terpecah,” tutur Nikson.

Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nikson Nababan Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Eddy Wijaya sempat bertanya ke Nikson Nababan soal maksud dari wisatawan tidak terpecah. “Misal kita undanglah wisata apa namanya investor untuk bikin Hotel atau bikin pantai apa seperti di Bali itu dari pengusaha yang sudah ada di Bali. Dia sudah bisnisnya sudah di Bali tapi kita undang lagi ke Sumatera Utara dia pasti akan terpecah,” ungkap Nikson.

Tags :

Berbagi Makanan untuk Mengurangi Pemborosan Pangan

Berbagi Makanan untuk Mengurangi Pemborosan Pangan

Berbagi Makanan untuk Mengurangi Pemborosan Pangan

May 13, 2024
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Nita Yulianis. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast di EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Nita Yulianis, Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, tentang upaya memerangi pemborosan pangan di Indonesia. Diskusi ini memperlihatkan pentingnya upaya bersama dalam menangani masalah ketahanan pangan dan distribusi makanan yang tepat.

Ketika ditanya tentang tanggung jawab pemerintah terkait akses pangan, Nita Yulianis menyoroti berbagai program yang diluncurkan untuk membantu masyarakat miskin, termasuk stunting dan kemiskinan ekstrim. Salah satu inisiatif yang disebutkan adalah gerakan ‘Selamatkan Pangan’ yang bertujuan untuk mengurangi pemborosan makanan yang masih layak konsumsi.

Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Tanggung jawab negara adalah memastikan seluruh masyarakatnya memiliki akses terhadap pangan sehingga memang berbagai program diluncurkan oleh pemerintah. Tentunya kalau yang ditujukan kepada masyarakat miskin tentunya juga kemiskinan ekstrem dan juga stunting itu sudah banyak. Kita ketahui yang kita lihat berita sehari-hari tetapi memang kita memanfaatkan yang belum banyak tersentuh, salah satunya adalah gerakan selamatkan pangan,” jelas Nita.

Dalam konteks ini, pentingnya kolektifitas dalam mengumpulkan dan mendistribusikan makanan menjadi sorotan. Nita menjelaskan bahwa berbagai inisiatif, seperti Foodbank of Indonesia dan FoodCycle Indonesia, telah aktif sejak sebelum pandemi COVID-19.

“Kita patut apresiasi ternyata sudah banyak inisiatif-inisiatif sejak zaman pandemi. Jadi memang ini bahkan ada sebelum pandemi gitu seperti Foodbank of Indonesia dan FoodCycle Indonesia itu jadi salah satu founding father untuk gerakan bank pangan ini dan semakin banyak setelah itu. Karena berbagi itu menjadi sesuatu yang sifatnya menggerakkan digerakkan oleh hati,” tuturnya.

Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Eddy Wijaya juga membahas kendala dalam implementasi program donasi makanan, terutama terkait biaya distribusi dan kurangnya kesadaran masyarakat. Nita setuju bahwa masih banyak yang belum terjangkau oleh program ini, dan pentingnya untuk terus mengembangkan sosialisasi dan edukasi.

“Di badan pangan nasional juga kita bermitra dengan bank-bank pangan karena setelah didonasikan itu kan perlu disortir. Sehingga memang kita mendorong daerah-daerah itu menumbuhkan upaya-upaya ini. Termasuk nanti kita bisa perluas lewat Yayasan dan NGO. Jadi memang kita dorong semua agar yang membutuhkan masyarakat untuk berbagi, pemerintah hanya memfasilitasi karena akan jauh lebih sustainable,” ungkapnya.

Tags :

Mengungkap Dampak Lingkungan dan Upaya Penanganan Pemborosan Pangan

Mengungkap Dampak Lingkungan dan Upaya Penanganan Pemborosan Pangan

Mengungkap Dampak Lingkungan dan Upaya Penanganan Pemborosan Pangan

May 13, 2024
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Nita Yulianis. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Nita Yulianis mengungkapkan tentang ketahanan pangan Indonesia dan dampaknya terhadap lingkungan. Dari podcast EdShareOn ini, terungkap berbagai informasi penting yang menyoroti perubahan signifikan dalam ketahanan pangan serta tantangan yang dihadapi.

Menurut Nita Yulianis, ketahanan pangan Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan. Data dari Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) menunjukkan penurunan jumlah kabupaten dan kota yang rentan terhadap masalah pangan. Selain itu, prevalensi kurang gizi juga mengalami penurunan, menandakan adanya perbaikan dalam akses pangan dan gizi masyarakat.

“Alhamdulillah memang capaian kita membaik. Jadi karena memang dari data peta ketahanan dan kerentanan pangan atau FSVA kita sudah ada penurunan. Jadi ada sebelumnya di 2022 itu ada 74 kabupaten kota yang rentan rawan pangan. Pada tahun ini sudah tinggal 68 kabupaten kota, jadi sudah ada penurunan di jumlah kabupaten kota rawan pangannya,” jelas Nita.

Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Namun tantangan tidak berhenti di situ. Perubahan iklim ekstrem menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan, dengan banyak panen gagal akibat kondisi cuaca yang tidak menentu. Selain itu, Nita Yulianis juga menyoroti masalah pemborosan pangan yang masih menjadi persoalan serius.

“Jadi kita harus bijak makanya tadi kita dalam kerangka selamatkan pangan ini yang menarik adalah data menurut FAO jadi sepertiga dari pangan yang diproduksi itu terbuang,” tuturnya.

Dengan mengadopsi gerakan ‘Selamatkan Pangan’, masyarakat dapat berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) terutama dalam mengurangi kelaparan (SDGs 2) dan meminimalkan food waste (SDGs 12).

Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Jangan sampai ada lagi yang kelaparan. Jadi kita mengawinkan dua SDGs ini, SDGs 12 sama SDGs 2. Jadi melalui zero waste kita enhunger gitu karena kita juga perlu memahami zero waste itu bukan limbah,” lanjutnya.

Pentingnya kesadaran individu dalam mengurangi pemborosan pangan juga disoroti dalam percakapan ini. Nita Yulianis menekankan pentingnya bijak dalam berbelanja dan mengelola persediaan pangan di rumah. “Jadi tanpa kita sadari barangkali mungkin bukan maksud kita membuang pangan tapi kita beli dengan tidak bijak sehingga akhirnya terbuang sia-sia,” ungkap Nita Yulianis.

Tags :

Harapan Sutiyoso Jika Ibukota Pindah ke IKN

Harapan Sutiyoso Jika Ibukota Pindah ke IKN

Harapan Sutiyoso Jika Ibukota Pindah ke IKN

May 10, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso menguraikan tantangan dan visi transformasinya dalam menghadapi beragam permasalahan di Jakarta. Salah satu isu utama yang dibahas adalah banjir, yang telah menjadi momok bagi Jakarta selama bertahun-tahun.

Sutiyoso mengungkapkan kompleksitas geografis Jakarta, dengan 13 sungai yang melintas dan 30% permukaan tanahnya berada di bawah permukaan laut. Namun ia tidak hanya sekadar mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi komprehensif, termasuk pembangunan waduk-waduk raksasa di hulu sungai untuk mengurangi risiko banjir.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Jakarta ini dilalui 13 sungai. Lalu 30% permukaan tanah Jakarta itu di bawah permukaan laut. Itu dipasang pompa air disedot dibuang ke sungai yang terdekat. Zaman saya sudah ada 72 pompa air sekarang mungkin sudah ratusan ditambah gubernur-gubernur berikutnya. Terus yang di sungai ini kan dibikin namanya kanal. Di sana dibikin waduk-waduk raksasa gitu untuk membelokkan sungai itu ke waduk dulu. Itu yang 13 ini kita belokkan ke tiga atau empat waduk raksasa gitu. Pada saat musim hujan deras itu penampungan air, pada saat musim kemarau dia bisa jadi irigasi ya untuk rekreasi untuk sport bisa gitu jadi multifungsi sebenarnya,” jelasnya.

Namun, transformasi Jakarta tidak hanya berkutat pada masalah banjir. Sutiyoso juga membahas konsep megapolitan yang mencakup integrasi Jakarta dengan kota-kota satelit di sekitarnya, seperti Depok, Tangerang, Bogor, dan Bekasi. Konsep ini, menurutnya, bukan hanya tentang pengalihan fungsi ibu kota, tetapi juga mengatasi masalah kepadatan penduduk dan kemacetan yang semakin parah.

“Aku meniru konsep megapolitan itu antar itu menggabungkan Jakarta dengan kota-kota kecil di sekitarnya seperti Depok, Tangerang, Bogor dan Bekasi secara tata ruang. Ingat secara tata ruang bukan secara administrasi,” tuturnya.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Di tengah wacana tentang pemindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Sutiyoso menekankan pentingnya menjaga Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, dan perdagangan. Ia menyoroti multifungsinya Jakarta sebagai magnet bagi orang-orang dari berbagai daerah, yang akan sulit tergantikan jika fungsi-fungsi tersebut dipindahkan ke tempat lain.

“Saya berharap ya kalaupun ibukota pindah IKN itu hanya membawa satu fungsi saja yaitu fungsi pusat pemerintahan. Jangan lagi membawa pusat pendidikan, pusat ekonomi dan perdagangan. Menurut pikiran saya itu keliru. Kenapa? Karena mengemban multifungsi sehingga menjadi padat dan jadi magnet karena fungsi itu adalah kehidupan,” jelasnya.

Tags :

Kisah Perjuangan Sutiyoso dalam Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

Kisah Perjuangan Sutiyoso dalam Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

Kisah Perjuangan Sutiyoso dalam Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

May 7, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama dengan Eddy Wijaya, terungkap Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta, menjadi salah satu tokoh utama dalam penciptaan sistem transportasi massal di Jakarta. Pria yang akrab disapa Bang Yos ini menceritakan tentang perjuangannya mengatasi kemacetan di Jakarta.

Sebagai Gubernur pada periode pertamanya (1997-2002), Sutiyoso dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga ibu kota tetap berfungsi di tengah kondisi krisis yang melanda. Dan ia pun berhasil bertahan. Setelah masa-masa kritis berhasil dilewati, Sutiyoso kembali memikirkan masalah-masalah krusial, termasuk kemacetan yang menjadi momok utama.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Eddy Wijaya memperkuat pandangan tersebut dengan menyoroti kepiawaiannya dalam menghadapi tantangan tersebut. Dalam pembicaraannya, Sutiyoso menegaskan bahwa untuk menyelesaikan masalah kemacetan, tidak cukup hanya dengan keahlian militer. Oleh karena itu, ia membentuk tim yang terdiri dari para ahli transportasi, doktor, dan profesor dari berbagai universitas. Tim ini bekerja keras dalam melakukan penelitian mendalam tentang penyebab kemacetan Jakarta.

“Saya latar belakangnya adalah militer. Jangan merasa jadi pemimpin itu kita tahu semuanya. Jangan pernah merasa begitu, saya mungkin kalau strategi pertempuran mungkin saya menguasainya tetapi masalah macet ini ada orang yang lebih ngerti. Siapa itu? Orang-orang seperti doktor profesor yang punya latar belakang transpotasi. Oleh karena itu saya kumpulkan dari berbagai universitas terus saya bikin tim,” jelas Sutiyoso.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso menjelaskan bahwa pemimpin sejati tidak boleh menghindari tanggung jawab atau menyerahkan masalah kepada penerusnya. Dalam kasus kemacetan Jakarta, ia menyadari bahwa jika tidak segera ditangani, masalah tersebut akan menjadi semakin parah. Oleh karena itu, Sutiyoso dan timnya merancang sebuah konsep yang komprehensif untuk mengatasi kemacetan, yang meliputi integrasi berbagai moda transportasi, seperti MRT, busway, LRT, dan bahkan transportasi air.

“Jadi satu harus yang kita harus punya kendaraan jenis yang makro sifatnya. Artinya sekali angkut banyak diangkut. Oleh karena itu kita berencana membuat MRT, busway, LRT dan waterway, Semua moda ini akan saling mengakses. Saya janjikan kendaraan harus representatif. Apa kriteria representatif? Satu kendaraan harus nyaman, kendaraan ini harus aman, yang ketiga kendaraan ini harus tepat waktu dan yang keempat harus terjangkau tiketnya,” ungkap Sutiyoso.

Tags :

Sutiyoso, dari Militer hingga Gubernur DKI Jakarta

Sutiyoso, dari Militer hingga Gubernur DKI Jakarta

Sutiyoso, dari Militer hingga Gubernur DKI Jakarta

May 6, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Sutiyoso membagikan cerita menarik tentang perjalanan kariernya yang penuh dengan tantangan. Salah satu momen menarik adalah saat ia ditawari posisi Gubernur DKI Jakarta.

Pria yang akrab disapa Bang Yos ini awalnya ditujukan untuk menempati sebuah promosi. Namun ternyata keputusan itu beralih kepada orang lain. Suatu ketika, Panglima Angkatan Darat mengajukan namanya untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Saya dipanggil 06.30 pagi di kantor Pangab Merdeka Barat. Saya rumah dinas di Menteng jadi dekat sekali. Saya disuruh untuk menggantikan Suryadi Sudirja,” jelas Bang Yos.

Meskipun sempat merasa tidak cocok dengan posisi tersebut, Bang Yos akhirnya menerima tawaran tersebut. Namun, ia tetap melakukan pertimbangan yang matang sebelum menerima tawaran tersebut.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Aku akhirnya terbang ke Semarang untuk minta pendapat kakak saya nomor satu. Beliau punya pengalaman sebagai wakil gubernur dua kali di Jawa Tengah. Kenapa dua kali? Karena yang kedua, beliau dipromosikan jadi gubernur di Kalimantan Barat tapi keberatan karena anaknya sudah pindah semua ke Semarang,” cerita Bang Yos.

Setelah pertimbangan yang matang, Bang Yos akhirnya menerima tawaran tersebut. Namun, ia menghadapi berbagai tantangan dan dinamika dalam menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. “Akhirnya saya mencalonkan tanpa promosi dan kampanye. Aku jadi gubernur pasca kerusuhan 5 Mei, itu khan kocar-kacir menghadapi orang yang liar dan itu khan masa transisi,” jelasnya.

Tags :