Profesor Adrianus Duga Arya Daru Rencanakan Asfiksia Sudah Lama

Profesor Adrianus Duga Arya Daru Rencanakan Asfiksia Sudah Lama

Profesor Adrianus Duga Arya Daru Rencanakan Asfiksia Sudah Lama

August 6, 2025
Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Jakarta – Pakar Kriminologi Universitas Indonesia Profesor Adrianus Eliasta Sembiring Meliala menduga Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan meninggal dunia karena tindakan bunuh diri dengan cara asfiksia atau menahan jalur nafas. Ia menilai aksi tersebut bisa jadi telah direncanakan dalam waktu yang lama, bahkan kemungkinan korban sudah pernah mencobanya.

“Kalau dia memang memutuskan untuk bunuh diri, maka ada dua kemungkinan; (yakni) sesuatu dipikirkannya baru-baru saja, atau sesuatu yang memang sudah bertahun, sudah menjadi suatu yang dipikirkannya, dibayangkannya, bahkan dia mungkin sudah mencoba. Nah, mana yang benar? Kita lihat dari kepolisian,” ujar Prof. Adrianus saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang syuting pada Selasa, 29 Juli 2025, sebelum Polda Metro Jaya mengumumkan hasil penyelidikan kematian Arya Daru.

Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Diplomat muda berusia 39 tahun itu ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 8 Juli 2025. Kematiannya cukup misterius karena ditemukan dalam kondisi tubuh berselimut di atas kasur, serta kepala tertutup plastik lalu terlilit lakban. Dari hasil penyelidikan polisi, diduga alat yang digunakan untuk bunuh diri sudah dipersiapkan cukup lama. Misalnya lakban berwarna kuning yang melilit Arya Daru dibeli di Yogyakarta pada Juni lalu. 

Indikasi bunuh diri juga menguat lantaran polisi tidak menemukan bekas sidik jari orang lain di lakban tersebut, begitupun dengan barang-barang di TKP seperti sprei dan gelas kaca. Polda Metro Jaya menyimpulkan kematian Arya Daru tidak diakibatkan oleh tindak pidana seperti pembunuhan atau penganiayaan. Sementara hasil autopsi menunjukkan korban diduga kehabisan oksigen akut pada jantung.

Menurut Prof. Adrianus, keputusan korban untuk bunuh diri telah dipersiapkan dengan matang. Hal itu bisa dilihat melalui rekaman CCTV sesaat sebelum korban ditemukan tewas. “Kalau kita lihat dari video ketika yang bersangkutan keluar dari kamarnya membuang sampah dan kembali, itu kan, bukan (cara) jalannya orang yang sedang bingung, tapi orang yang sudah firm dengan decision-nya (keputusannya bunuh diri),” kata Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia tersebut.

Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Anggota Ombudsman RI Periode 2016-2021 itu menjelaskan, dugaan bunuh diri diperkuat lagi dengan kondisi TKP yang tidak menunjukkan tanda-tanda unsur pidana. Sehingga memudahkan polisi untuk melakukan eksplorasi. “Kalau kita berangkat dari ilmu investigasi kepolisian, penyelidikan dimulai dari TKP. Dan ketika itu TKP sudah cukup jelas menunjukkan bahwa entry variant tidak ada, tanda-tanda kerusakan juga tidak ada.  Adanya CCTV yang mengindikasikan bahwa ada orang masuk juga tidak ada (selain Daru) dan juga tidak ada barang-barang hilang,” ujar Prof. Adrianus.

Komisioner Kompolnas periode 2012-2016 itu menambahkan, keputusan untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri memang kerap berkaitan dengan mental. Namun ia belum dapat memastikan apakah persoalan tersebut menjadi motif Arya Daru nekat mengakhiri hidupnya. “Jangan dilihat orangnya gagah, berhasil dalam tugas, karirnya cemerlang. Kadang-kadang kita terlena dalam tampilan, padahal sebenarnya di balik itu dia menjadi pribadi yang rapuh, mudah berpikir kalah, dan harus mengakhiri hidup ini dengan cara bunuh diri,” kata dia.

Prof. Adrianus berharap kasus tersebut menjadi pelajaran bagi masyarakat agar tidak mudah menyerah pada masalah pribadi yang dihadapi, apalagi hingga nekat bunuh diri. “Tentu saja semua orang punya tekanan, tapi sebagai individu kita bisa menanggung tekanan itu apa tidak? Di sini yang jadi masalah. Orang memakai asumsi bahwa yang bersangkutan masih muda, karirnya bagus, diplomat pula, pernah penempatan di berbagai (tempat), maka harusnya bisa menanggung tekanan dong? Asumsi yang begini menjadi beban baru bagi seseorang dan kemudian memilih untuk kalah,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AdrianusMeliala #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Perusahaan Butuh Merekrut Intelijen

Perusahaan Butuh Merekrut Intelijen

Perusahaan Butuh Merekrut Intelijen

July 30, 2025
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pengamat Intelijen dan Terorisme, Ridlwan Habib menjelaskan pentingnya mempekerjakan seorang intelijen dalam suatu perusahaan. Ia menilai keberadaan intelijen di perusahaan menjadi bagian penting dalam melancarkan rencana bisnis. “Sekarang ada bisnis intelijen. Perusahaan-perusahaan swasta butuh juga. Bisnis intelijen itu bahkan sekarang lebih dibutuhkan,” ujar Ridlwan kepada Eddy Wijaya.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Keamanan era Presiden Jokowi itu mencontohkan suatu perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang mempekerjakan intelijen. Yang mana, perusahaan itu ingin mengetahui rencana competitor-nya dalam menjalankan bisnis obat-obatan tersebut.

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Dia pengen mengerti rivalnya lagi menyiapkan produk apa, obat apa yang baru? Kan ada metodologi mengintai, merekrut petugas laboratorium pihak lawan, jadi diincar nih siapa yang bisa didekati. Jadi ada penyurupan atau menyamar (menjadi pegawai), dan penggalangan. Yang begini kan sangat prospektif,” kata Ridlwan.

Ridlwan mengatakan, dirinya pernah mempelajari mata kuliah tentang bisnis intelijen saat mengecap pendidikan di Pascasarjana Universitas Indonesia. “6 SKS itu, saya masih ingat beberapa tentor kita. Dan di sana juga diajari tuh, bagaimana kemudian rivalitas bisnis, corporate confidentiality, yang begitu ada materinya,” kata dia.

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Oleh karena itu, Ridlwan berharap intelijen dimanfaatkan dengan bijak untuk kepentingan orang banyak dan dipelajari dengan baik sebagai suatu ilmu pengetahuan. “Intelijen ini kan seperti pisau, tools. Pisau ya bisa buat mengupas mangga, bisa buat membunuh orang. Tergantung digunakan untuk apa,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RidlwanHabib #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib: Intelijen Asing Berharap Indonesia Kacau

Ridlwan Habib: Intelijen Asing Berharap Indonesia Kacau

Ridlwan Habib: Intelijen Asing Berharap Indonesia Kacau

July 30, 2025
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pengamat Intelijen dan Terorisme, Ridlwan Habib memperingatkan masyarakat agar waspada terhadap pihak asing yang beroperasi melalui intelijen di Indonesia. Menurutnya, intelijen yang bekerja atas nama negara maupun perusahaan asing itu menginginkan kekacauan sehingga mengancam kedaulatan nasional.

“Sebenarnya yang harus kita aware itu dalam konteks geopolitik, banyak pihak asing, ini bisa negara, bisa kepentingan bisnis, kepentingan swasta dalam hal ini private, yang kemudian sangat berharap chaotic condition di Indonesia ini berjalan panjang,” ujar Ridlwan saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 30 Juli 2025.

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Ridlwan, operasi intelijen tersebut bertujuan untuk mengambil remah-remah keuntungan dari kekacauan yang terjadi. Baik itu melalui keuntungan bisnis maupun dampak politik. “Secara bisnis mereka bisa bermain saham di situ, bisa menggunakan metodologi buyback dan sebagainya. Secara konsolidasi politik, mereka bisa memainkan peran untuk menyokong pihak-pihak yang masih, dalam tanda petik, sakit hati dengan pemerintahan Presiden Prabowo,” katanya.

Wacana soal aktivitas intelijen asing di Indonesia memang sempat disinggung Presiden Prabowo Subianto saat menjabat Menhan RI. Bahkan saat berbicara dalam Kongres Partai NasDem pada Agustus 2024, Prabowo menyebut intelijen asing mengamati kekuatan Indonesia pada Sumber Daya Alam (SDA) misalnya cadangan nikel, bauksit, dan emas. Dalam dunia politik, agen-agen rahasia disebut-sebut pernah terlibat dalam Pemilu pertama Indonesia pada 1955 hingga penumbangan Presiden Sukarno.

Ridlwan menjelaskan, operasi intelijen asing dalam konteks politik Indonesia sekarang ini juga masih berkutat pada isu penggulingan rezim. Lulusan pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia itu melihat fenomena tersebut melalui media sosial yang memprovokasi isu penggulingan Presiden Prabowo. “Ada beberapa akun yang dibuat lalu mengancam pemerintahan. Bisa saja akun itu dibuat intelijen asing, bisa saja disuruh kepentingan oligarki jahat yang merasa dirugikan oleh kabinet dan kerja keras Pak Prabowo hari ini,” kata Ridlwan.

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Dalam konteks negara, Direktur The Indonesia Intelligence Institute itu meyakini kedutaan negara-negara di Indonesia menjalankan tugas operasi intelijen. Ia juga menilai tugas yang sama juga dilakukan kedutaan Indonesia di luar negeri. “Saya bisa memastikan hampir semua kedutaan itu mempunyai fungsi intelijen, apakah itu kedutaan Rusia, kedutaan Korea Selatan,” kata Ridlwan. “Mereka mencari cara untuk mendapatkan informasi. Caranya bagaimana? Mendekati wartawan, mendekati media, mendekati tokoh politik, anggota DPR, tokoh agama, ilmuwan, akademisi,” ujarnya.

Kendati demikian, Ridlwan menjelaskan aktivitas intelijen asing tersebut telah dimonitor lembaga intelijen dalam negeri seperti Badan Intelijen Nasional (BIN). “Konsepnya intelijen itu kan bagaimana caranya supaya tidak terjadi. Ketika dia tahu ada ancaman, rumusnya adalah perkalian dari intensi, niat jahat, dikalikan capability, kemampuan melakukan kejahatan, dikalikan circumstance, situasi. Kalau dalam salah satu ini bisa dibuat nol, maka otomatis ancamannya nol juga,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RidlwanHabib #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Koperasi Merah Putih Harus Sesuai Data Masyarakat Desa

Koperasi Merah Putih Harus Sesuai Data Masyarakat Desa

Koperasi Merah Putih Harus Sesuai Data Masyarakat Desa

July 23, 2025
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Founder KedaiKopi, Hendri Satrio menyayangkan pemerintah karena tidak memiliki data berupa profil lengkap desa seluruh Indonesia. Menurutnya, data itu sangat penting untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat desa terhadap program nasional khususnya Koperasi Merah Putih (KMP) yang diresmikan Pemerintahan Prabowo-Gibran sejak 21 Juli lalu.

“Ini kita ngomongin Koperasi Merah Putih ya. Ternyata kita tidak punya data-data profil desa yang berjumlah 80 ribu itu. Maksudnya, bukan cuma nama desa A, tapi desa A ini penduduknya berapa banyak? pekerjaannya apa saja? kebutuhannya apa saja? sehingga bisa disesuaikan dengan koperasinya,” kata Bung Hensa kepada Eddy Wijaya.

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bung Hensa mengatakan Koperasi Merah Putih (KMP) sangat bagus karena bercita-cita meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kelurahan melalui penguatan ekonomi berbasis gotong royong dan kemandirian. Namun, bila datanya tidak ada akan rentan bermasalah. “Kalau bicara data, saya juga kaget, saya kira BPS punya, saya pikir juga BKKBN punya, atau Kementerian punya? Ternyata tidak punya,” kata Ketua Umum IKA FIKOM Universitas Padjajaran itu.

Akademisi kelahiran Jakarta, 23 Mei 1978 itu lantas menyarankan agar program tersebut dibarengi dengan rencana bisnis yang jelas. Hal itu penting untuk menjaga kemungkinan buruk seperti gagalnya masyarakat desa mengembalikan pinjaman yang diperoleh dari KMP. “Ini uang gede kan, bayangkan saja Rp3 sampai 5 miliar. Jadi benar tuh, pertanyaan DPR, mana business plan-nya? jangan sampai mereka meminjam tidak bisa mengembalikan, akhirnya disita-sita,” ujarnya.

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bung Hensa berharap pemerintah menjadikan program ini sebagai pendorong prioritas perbaikan data komprehensif masyarakat sebagai program nasional. “Memang fundamental data kita mesti diberesin, musti dibenerin,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #HendriSatrio #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio: Ada Keresahan Soal Sepak Terjang Menteri-Menteri

Hendri Satrio: Ada Keresahan Soal Sepak Terjang Menteri-Menteri

Hendri Satrio: Ada Keresahan Soal Sepak Terjang Menteri-Menteri

July 23, 2025
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Founder Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Hendri Satrio merespons desakan publik tentang reshuffle sejumlah menteri di Kabinet Merah Putih. Ia menilai pemicu desakan tersebut adalah masalah komunikasi para menteri yang kerap menimbulkan polemik.

“Jadi sekarang ini yang paling banyak digaungkan masyarakat, kapan reshuffle? Saya yakin ada keresahan di masyarakat tentang sepak terjangnya menteri-menteri Pak Prabowo, terutama di bidang komunikasi. Sering sekali ada blunder atau penyampaian komunikasi yang membuat masyarakat resah,” ujar pria yang akrab disapa Bung Hensa tersebut saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 23 Juli 2025.

Menurut Bung Hensa, penilaian masyarakat terhadap menteri di kabinet Prabowo-Gibran tersebut sesuai fakta. Salah satunya terlihat dari pro dan kontra keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang memasukkan 4 pulau di dekat Kabupaten Singkil, Aceh, ke wilayah Sumatera Utara, meskipun akhirnya keempat pulau tersebut dikembalikan ke Aceh. “Terutama yang terakhir itu perdebatan pulau di Sumatera atau Aceh. Macam-macam lah, banyak hal yang kerap disampaikan menteri-menterinya Pak Prabowo,” katanya.

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Desakan reshuffle kabinet kembali menguat jelang satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang jatuh pada Oktober 2025 mendatang. Bila dilakukan, ini akan menjadi reshuffle kedua setelah pencopotan Satryo Soemantri Brodjonegoro dari kursi  Mendikti Saintek pada Rabu, 19 Februari 2025. Prabowo juga telah menegaskan akan menyingkirkan para pejabat yang korup dan tidak setia kepada negara, saat berpidato pada peringatan Hari Lahir Pancasila, Senin, 2 Juni 2025. 

Kinerja sejumlah menteri juga menjadi catatan sejumlah lembaga seperti Centre of Economic and Law Studies (Celios). Dalam surveinya Januari 2025, Celios menyebutkan lima menteri dengan kinerja buruk yakni Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, dan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto.

Bung Hensa meminta Prabowo menimbang kembali keberlanjutan para menteri tersebut di kabinet Merah Putih, meskipun sebagian besar mereka berasal dari rezim Joko Widodo. “Kalau kita lihat justru yang memantik polemik juga karena dulunya mereka menteri-menterinya Pak Jokowi. (Misalnya) Bahlil, Budi Gunadi Sadikin, Budi Arie, Pak Tito.

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kemudian juga ada beberapa yang disinyalir didorong oleh Pak Jokowi misalnya Maruarar Sirait (Menteri Perumahan), dan lain-lain. Jadi memang rakyat (bertanya) mengapa Pak Prabowo tidak ganti-ganti?” kata dia.

Kendati demikian, Bung Hensa mengatakan, Presiden Prabowo tentu mempunyai objektivitas dalam menilai kinerja menteri-nya. Terbukti saat Prabowo melontarkan penilaiannya terhadap kinerja para pembantunya di hadapan sejumlah jurnalis dan Pimpinan Redaksi (Pemred) media beberapa waktu lalu. “Pada saat bertemu para Pemred dia menilai (kinerjanya) cukup 6 aja. Yang jelas dia pengen 7, atau 8 dan dia objektif bilang begitu,” kata jebolan Doktoral Bidang Riset dan Manajemen, Universitas Bina Nusantara itu.

Analis komunikasi politik tersebut juga yakin kemungkinan adanya sokongan politik dari rezim sebelumnya tidak akan menghalangi Prabowo untuk melakukan bersih-bersih di kabinetnya, kendati akan dilakukan secara perlahan. “Pak Prabowo memahami betul apa yang dia mau, dan dia tahu cara berterima kasih,” ucap Bung Hensa. 

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #HendriSatrio #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rencana BRICS Ganti Mata Uang USD itu Ilusi

Rencana BRICS Ganti Mata Uang USD itu Ilusi

Rencana BRICS Ganti Mata Uang USD itu Ilusi

July 16, 2025
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Anthony Budiawan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTAManaging Director PEPS, Profesor Anthony Budiawan mengkritisi rencana organisasi antar pemerintah BRICS yang mencanangkan dedolarisasi atau penggantian mata uang Dollar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional. Menurutnya, langkah itu sangat berat seperti halnya yang pernah dialami mata uang Euro.

Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Dedolarisasi ini adalah ilusi. Pada tahun 90-an, ekonomi yang terkuat itu Uni Eropa. Mereka lantas bersatu untuk menggunakan Euro dalam sistem perdagangannya. Tapi, Euro tidak bisa menggantikan US Dollar,” kata Prof Anthony kepada Eddy Wijaya.

Rektor Kwik Kian Gie School of Business Periode 2011-2015 itu menjelaskan, salah satu syarat untuk menciptakan suatu mata uang adalah memiliki Bank Sentral. “Tidak gampang. Bagaimana (Bank) harus ada di Rusia, China, Brasil, Indonesia (sebagai anggota BRICS). Dan Bank Sentral-nya di mana untuk me-manage suatu mata uang?” katanya.

Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Prof. Anthony menjelaskan Rusia yang selama ini tidak menggunakan USD saat bertransaksi dagang dengan sejumlah negara tidak bisa menjadi acuan. Sebab langkah Rusia didorong oleh embargo atau sanksi yang diberikan AS sehingga sulit menggunakan USD dalam bertransaksi. “Jadi, SWIFT control-nya tidak ada, SWIFT account itu di block jadi tidak bisa transfer (uang) ke Rusia,” ujarnya. “Nah, itu bukannya dedolarisasi, tapi menurut saya karena terpaksa tidak bisa menggunakan Dollar,” ucapnya menambahkan.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AnthonyBudiawan #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Profesor Anthony: Proyek IKN jadi Beban Ekonomi Indonesia

Profesor Anthony: Proyek IKN jadi Beban Ekonomi Indonesia

Profesor Anthony: Proyek IKN jadi Beban Ekonomi Indonesia

July 16, 2025
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Anthony Budiawan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTAManaging Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Profesor Anthony Budiawan menyatakan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi salah satu penyebab melemahnya ekonomi Indonesia. Ia menilai proyek tersebut sulit berjalan dengan baik karena menguras banyak anggaran negara.

“Banyak sekali kebijakan yang membuat ekonomi kita buruk, melemah. Misalnya kita lihat pemindahan ibu kota IKN, sudah jelas-jelas bahwa itu impossible, undang-undangnya pun melanggar konstitusi,” ujar Prof. Anthony saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 16 Juli 2025.

Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Prof. Anthony, kebijakan pembangunan IKN yang dimulai sejak masa pemerintahan Presiden Joko Widodo itu diperparah lagi karena diduga sarat dengan praktik Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). “Pada saat itu kan, era Jokowi. Kan, memang di era Jokowi ini punya kebijakan, adalah kebijakan yang banyak koruptif, gitu kan. Banyak untuk KKN-nya untuk dia sendiri, grup-grupnya sendiri,” katanya.

Pernyataan Prof. Anthony itu sejalan dengan temuan Indonesia Corruption Watch (ICW) pada pertengahan 2024 lalu. ICW menemukan kekhawatiran investor asing terhadap jaminan bebas korupsi ketika menanamkan modal di mega proyek yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut. Temuan ICW lainnya menyebut 24 proyek di IKN yang memiliki potensi kecurangan dengan total anggaran Rp8,57 triliun, salah satunya proyek tol IKN.

Prof. Anthony mengatakan, pembangunan IKN juga tidak rasional dilakukan karena berada di tengah hutan yang berpotensi terkendala dalam mengatur hunian masyarakat. “Di pinggir Kota Jakarta saja seperti di Kelapa Gading, itu memerlukan 20 tahun baru bisa dihuni. Itu di pinggir Jakarta. BSD berapa tahun pengembangannya? Bagaimana 5 tahun mau begitu (IKN berkembang)? Ini tidak masuk akal,” katanya.

Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kendati demikian, Prof. Anthony mengatakan proyek IKN bisa berjalan bila pemerintah konsisten melakukan pembangunan yang berkesinambungan. Menjadi persoalan bila komitmen melanjutkan proyek tersebut tidak bisa dipertahankan. “Bahwa 50 tahun lagi bisa berkembang, ya mungkin kalau ini dikerjakan. Siapa yang bisa kuat membangun 50 tahun? Jadi ini hanya mimpi-mimpi saja,” kata Magister Ekonomi Bisnis dari Erasmus University Rotterdam Belanda itu.

Prof. Anthony lantas menyarankan agar Pemerintah ke depan berfokus pada kebijakan yang relevan khususnya agar ekonomi semakin membaik. “Jadi kalau ada satu kebijakan yang kita anggap bertentangan, kita harus mengkritisi. Diterima, tidak diterima, itu lain halnya. Kita juga tidak memaksakan bahwa masukan diterima. Yang penting kita menceritakan pemikiran untuk memperbaiki ekonomi,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AnthonyBudiawan #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Prof. Sudarnoto: PBB Gagal Wujudkan Perdamaian

Prof. Sudarnoto: PBB Gagal Wujudkan Perdamaian

Prof. Sudarnoto: PBB Gagal Wujudkan Perdamaian

July 9, 2025
Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sudarnoto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTAKetua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Profesor Sudarnoto Abdul Hakim menyebut Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah gagal mewujudkan perdamaian dunia. Salah satu buktinya yakni PBB tidak bisa menghentikan eskalasi yang terus meluas di Timur Tengah.

“Menurut hemat saya, telah gagal cita-cita awal mendirikan PBB sampai hari ini. Kegagalan yang sangat fatal. Melenceng. Kalau bahasa NU (Nahdlatul Ulama) sudah keluar dari khittah-nya,” ujar Prof. Sudarnoto saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 9 Juli 2025.

Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Prof. Sudarnoto, kegagalan PBB tersebut dipicu oleh dominasi negara-negara besar yang memiliki hak veto di PBB seperti Amerika Serikat. PBB tidak berkutik menghadapi Amerika yang melanggengkan ketidakadilan yang dialami masyarakat di Palestina. “Banyak sekali krisis ekonomi, krisis lingkungan, krisis kemanusiaan, peperangan terjadi di sana sini sampai hari ini. Dan itu muaranya adalah satu, ketidakadilan,” katanya.

Hak veto adalah hak yang diberikan kepada lima negara yakni Amerika, Inggris, Prancis, Rusia, dan Tiongkok dalam piagam PBB 1945. Bila salah satu negara tersebut menggunakan hak veto untuk menolak keputusan yang telah disepakati anggota lain,  keputusan tersebut tidak bisa dilaksanakan. Misalnya saat Amerika membatalkan resolusi gencatan senjata di Gaza, Palestina, yang disetujui 14 dari 15 Anggota Dewan Keamanan pada Rabu, 4 Juni 2025.

Prof. Sudarnoto mengatakan sudah saatnya PBB direformasi agar keputusan khususnya terkait perdamaian global tidak seenaknya diveto. Tidak boleh ada lagi negara yang memiliki dominasi di PBB seperti saat ini, “Ketika saya memimpin sebuah FGD (Forum Group Discussion) di MUI, saya teriakkan lagi perlunya mereformasi PBB. Kalau tidak reformasi maka 5 negara yang memiliki hak veto itu akan terus mendominasi,” kata Guru Besar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bila reformasi tidak bisa dilakukan, aktivis Muhammadiyah tersebut menyatakan perlunya membangun suatu sistem baru selevel dengan PBB.  Ia menilai pembentukan BRICS yang diinisiasi oleh Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan bisa menjadi alternatif. “Alternatif terhadap kebekuan global karena leadership PBB tidak jalan sudah mulai kelihatan. Seperti BRICS misalnya. Indonesia waktu itu agak ogah-ogahan tapi masuk juga (menjadi anggota BRICS),” ucap Prof. Sudarnoto.

Oleh karena itu, Prof. Sudarnoto berharap organisasi antarpemerintah seperti BRICS bisa menjadi semangat baru masyarakat global, termasuk menghadapi hegemoni negara-negara Barat. “Kita sekarang hidup dalam situasi di mana ada gerakan global yang menginginkan perubahan fundamental,” ucapnya. “Kita tahu siapa kekuatan-kekuatan dunia yang hegemonic. Mereka selalu melakukan perampasan, kalau tidak mau diatur ya dirampas. Misalnya kasus di Palestina merupakan tanda yang sangat besar, Israel didukung Amerika,” katanya menambahkan.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #Sudarnoto #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Iran Tidak Punya Senjata Nuklir

Iran Tidak Punya Senjata Nuklir

Iran Tidak Punya Senjata Nuklir

July 2, 2025
Yon Machmudi saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Yon Machmudi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTAKepala Riset Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI), Profesor Yon Machmudi memastikan Iran tidak memiliki senjata nuklir. Ia menilai serangan Israel ke negara berjuluk Negeri Para Mullah tersebut justru karena tak khawatir menghadapi ancaman senjata pemusnah massal.

“Mengapa Israel berani menyerang dengan alasan pengembangan nuklir? Karena (di Iran) tidak ada senjatanya. Coba sudah terbukti Iran punya senjata nuklir, pasti negara (lain) tidak berani menyerang karena begitu nanti diserang, bahaya dan hancur,” ujar Prof. Yon saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 2 Juli 2025.

Kepala Program Studi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam UI itu mengatakan, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu telah memprediksi Iran tidak memiliki senjata nuklir. “Ketika Netanyahu mengunjungi tempat yang rusak di Tel Aviv (Israel), dia bilang kalau Iran punya nuklir dan hancur, pasti kita habis semua,” kata Prof. Yon menirukan ucapan Netanyahu.

Yon Machmudi saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Yon Machmudi saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Konflik Timur Tengah memanas sejak Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Iran yang menyasar instalasi militer, kediaman pejabat tinggi, fasilitas nuklir, dan warga sipil pada dini hari 13 Juni 2025. Serangan itu membunuh sejumlah petinggi militer Iran seperti Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC) Hossein Salami, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Jenderal Besar Mohammad Bagheri, serta sejumlah ilmuwan nuklir. Amerika Serikat juga ikut campur dengan mengebom fasilitas nuklir Iran di tiga lokasi, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan pada 22 Juni 2025.

Menurut Prof. Yon, penyerangan Israel ke Iran memiliki sejumlah alasan lain yang lebih luas, yakni ancaman Iran yang mendeklarasikan penghancuran Israel, hubungan yang tidak harmonis pasca serangan Israel ke Palestina, termasuk kemajuan fasilitas nuklir di Iran. “Nah, pada saat itulah Netanyahu mendeklarasikan bahwa (Iran) ini adalah musuh yang akan menghancurkan Israel, punya potensi pengembangan nuklir. Cara yang terbaik adalah menghancurkan fasilitas nuklir termasuk membunuh ilmuwan-ilmuwan yang bekerja di situ (Iran). Ini cara untuk menyelamatkan Israel,” kata Prof. Yon.

Prof. Yon menjelaskan, Iran memang mengembangkan nuklir, tapi untuk tujuan perdamaian khususnya menopang kebutuhan energi dan kesehatan. Program ini dikembangkan sejak 1967 yang diinisiasi AS dan negara-negara Eropa, yang juga sekutu Israel. Sehingga ahli nuklir dari AS dan Eropa dikirim untuk menjalankan pengayaan nuklir di 20 tempat di Iran. “Pada saat itu posisi Iran sedang baik dengan Amerika. Jadi difasilitasi untuk membuat industri nuklir untuk damai,” katanya.

Yon Machmudi saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Yon Machmudi saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pada 1979, kata Prof. Yon, terjadi revolusi Iran yang membuat kekuasaan monarki runtuh digantikan oleh republik Islam yang dipimpin oleh Ayatollah Khamenei yang berseberangan dengan hegemoni AS. “Khamenei mengambil alih (pemerintahan Iran) dan posisinya berseberangan dan melawan Amerika. Saat itu ahli-ahli nuklir (dari Barat) pulang semua dan tidak dilanjutkan (pengayaan nuklir),” ucapnya.

Prof. Yon menambahkan, pada 1990an, industri nuklir Iran dilanjutkan kembali dengan bekerja sama dengan Rusia. Hal ini menimbulkan kemarahan AS dan Eropa yang selama ini membantu Iran dalam pengembangan nuklir. “Jadi, kalau pengayaan nuklir dengan Amerika dan Eropa untuk damai itu, aman. Tapi kalau dengan Rusia dan ahlinya juga dari Rusia, apalagi Iran itu sumber uraniumnya melimpah, maka ini dianggap menjadi ancaman dunia,” katanya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #YonMachmudi #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Gede Sandra: Dampak Lingkungan Produksi Komponen Kendaraan Listrik Mengkhawatirkan

Gede Sandra: Dampak Lingkungan Produksi Komponen Kendaraan Listrik Mengkhawatirkan

Gede Sandra: Dampak Lingkungan Produksi Komponen Kendaraan Listrik Mengkhawatirkan

June 25, 2025
Gede Sandra saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Gede Sandra saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTAEkonom Universitas Indonesia, Gede Sandra memperingatkan bahaya pencemaran lingkungan yang timbul akibat efek pembakaran batubara penambangan nikel di Indonesia. Hal ini semakin mengkhawatirkan karena produksi komponen baterai kendaraan listrik yang berasal dari nikel Indonesia semakin tinggi.

“Memang dalam pembuatannya (tambang nikel) memerlukan batubara eksesif terutama di smelter-nya. Pembakaran itu bahkan memerlukan batubara dengan spek kalori yang sangat tinggi, coking coad biasanya yang dipakai. Jadi memang dalam segi lingkungan hidup itu juga perlu dihitung,” kata Gede saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 25 Juni 2025.

Gede Sandra saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Gede Sandra saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Gede, pengelolaan nikel di Indonesia yang tidak didukung teknologi canggih semakin menambah risiko pencemaran lingkungan di daerah-daerah. “Di China ada teknologi (smelter) yang lebih bersih, tapi biayanya mahal. Kalau yang di Sulawesi (tambang nikel) kebanyakan yang sangat berbahaya karena mungkin murah,” kata dia.

Pemerintah Indonesia tengah berusaha mengkatrol produksi kendaraan listrik sebagai salah satu solusi mengatasi polusi udara dan peningkatan energi terbarukan. Usaha itu dilakukan melalui percepatan pembangunan infrastruktur pendukung kendaraan listrik seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) serta subsidi penjualan dan pemotongan tarif listrik PLN bagi konsumen kendaraan listrik. Pemerintah menarget jumlah kendaraan listrik di Indonesia sebanyak 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit kendaraan listrik roda dua pada 2030 mendatang.

Gede Sandra yang tak lain staf ahli Kementerian Kemaritiman era mendiang Rizal Ramli itu mengatakan, kendaraan listrik memang merupakan salah satu teknologi maju yang menjanjikan, tapi keselarasan antara wilayah pertambangan nikel dengan wilayah penggunaan kendaraan listrik harus menjadi perhatian. “Worth it gak? kita menggunakan mobil listrik di kota-kota, kotanya jadi lebih bersih, tapi ternyata asap hitamnya (memicu pencemaran) di tempat lain?” kata Gede.

Gede Sandra saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Gede Sandra saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Oleh karena itu, Gede berharap Pemerintah menemukan solusi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dari pertambangan nikel, khususnya untuk produksi komponen kendaraan listrik ini. “Bagaimana meng-address si pengotor di sini (wilayah pertambangan nikel). Ini yang harus kita pikirkan? Ada gak teknologinya, ada gak secara keilmuan lain, ada tidak secara lingkungan hidup?” ucapnya.

Gede menambahkan, Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia telah menjadi sasaran pasar kendaraan listrik dari negara lain seperti Jepang. Sehingga Indonesia harus menjaga peluang besar dari sisi ketersediaan sumber daya alam dan penjualan produk kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan. “Bila ada sebuah era seperti sekarang ini, kita punya pasar dan sumber daya, tinggal bagaimana secara keteknikan, kapital, dan investasi bisa kita manfaatkan untuk pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #GedeSandra #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)