Pieter Sebut Enam Menteri yang layak Dievaluasi

Pieter Sebut Enam Menteri yang layak Dievaluasi

Pieter Sebut Enam Menteri yang layak Dievaluasi

February 19, 2025
Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Anggota DPR RI periode 2009-2014, Pieter C. Zulkifli Simabuea menilai sejumlah menteri dalam Kabinet Merah Putih harus dievaluasi kinerjanya. Mereka dinilai tidak menunjukkan kinerja yang baik selama 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Pieter menyebut para pembantu presiden tersebut di antaranya Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto, Menteri Hukum Supratman Andi Agtas, Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rosan Roeslani, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Menteri Perdagangan Budi Santoso, serta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pieter menjelaskan Yandri, Supratman, serta Rosan memiliki masalah terkait komunikasi publik. Sedangkan Widiyanti, Budi Santoso, dan Agus Gumiwang cenderung tidak menjalankan tugas pokoknya dengan baik.

“Yang pertama kali harus dievaluasi adalah Menteri Desa (Yandri Susanto). Bagaimana seorang menteri suka berbicara di ruang publik tetapi tidak bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi masyarakat. Ini kan, berbahaya,” kata Pieter. “Menteri Hukum juga begitu. Jangan berbicara asal bunyi aja, kalau tidak bisa menjawab pertanyaan jurnalis, masih ada wakil menteri,” kata Pieter menambahkan.

Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian, kata Pieter, juga tidak bertanggung jawab dengan baik terkait persoalan industri nasional. “Bagaimana kita bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen jika kinerja menteri khususnya perindustrian dan perdagangan acuh tak acuh atau tutup mata terhadap persoalan industri nasional,” ujarnya.

Meski demikian, Pieter memuji kinerja baik dari Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. “Ibu Sri Mulyani itu managerial skill-nya luar biasa, pengetahuannya dia memahami tentang konstruksi ekonomi dunia,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #PieterCZulkifli #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Pieter: Prabowo Harus Benahi Sistem Pendidikan dan Kesehatan

Pieter: Prabowo Harus Benahi Sistem Pendidikan dan Kesehatan

Pieter: Prabowo Harus Benahi Sistem Pendidikan dan Kesehatan

February 19, 2025
Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTAAnggota DPR RI periode 2009-2014, Pieter C. Zulkifli Simabuea mengingatkan Presiden Prabowo Subianto agar serius membenahi sistem pendidikan dan kesehatan nasional. Pieter menilai kedua sektor tersebut belum dijalankan dengan maksimal dan kurang bersaing dengan negara-negara lain.

“Jika negara tidak memberikan dukungan, tidak mengkaji kembali regulasi tentang sistem pendidikan nasional maupun kesehatan nasional, sampai kapanpun kita akan ketinggalan dengan negara-negara tetangga,” ujar Pieter saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 19 Februari 2025.

Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pernyataan Pieter merespons pernyataan Presiden Prabowo yang menyatakan akan berfokus memperbaiki sektor pendidikan dan kesehatan. Hal itu tak lepas dari laporan sejumlah lembaga internasional seperti Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menyebut kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat 69 dari 81 negara pada 2022. Sedangkan pada aspek sistem pelayanan kesehatan dunia, menurut CEO-WORLD Health Care Index edisi 2024, Indonesia menempati urutan 39 di dunia.

Pieter menjelaskan sistem pendidikan masih ketinggalan dengan negara lain karena kualitasnya tidak dibangun dengan cukup baik di seluruh daerah. Salah satu pemicunya lemahnya kesiapan membangun anak didik menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi. “Misalnya di pulau Jawa, masih banyak anak-anak di pelosok yang lulus SMP maupun SMA, tapi tidak siap mendapatkan edukasi lebih tinggi lagi. Mengapa? Karena sistem pendidikan berlangsung jauh dari kata baik,” kata Pieter.

Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Pieter C. Zulkifli saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Setali tiga uang dengan kualitas pelayanan kesehatan nasional, Pieter menyorot kecenderungan masyarakat memilih berobat ke luar negeri dibanding memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam negeri. Kondisi tersebut juga ditambah perbedaan perlakukan terhadap pasien umum dengan BPJS.

“Saya salah satu orang yang langsung melihat fakta di lapangan, memang banyak dokter kita, walaupun (gelar pendidikannya) sudah banyak, tapi cara menerima pasien, cara mendengar keluhan pasien, kelihatan kurang care,” kata mantan Ketua Komisi III DPR RI.

Ada juga monopoli dokter-dokter senior, kata Pieter, terhadap dokter muda yang juga memiliki kemampuan sama dalam menangani berbagai penyakit. Begitupun dengan harga obat di Indonesia yang relatif mahal daripada di luar negeri. “Menteri Kesehatan bapak Budi Sadikin sudah bilang obat-obatan yang mestinya dijual murah untuk masyarakat yang tidak mampu, justru tidak mampu dibeli oleh masyarakat,” kata Pieter.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #PieterCZulkifli #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Keganjilan Kasus Tewasnya Purnawirawan TNI di Perairan Marunda

Keganjilan Kasus Tewasnya Purnawirawan TNI di Perairan Marunda

Keganjilan Kasus Tewasnya Purnawirawan TNI di Perairan Marunda

February 12, 2025
Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Kepada Eddy Wijaya, Komjen Pol (Purn.) DR,. Ito Sumardi Djunisanyoto mengaku menemukan keganjilan atas kasus tewasnya Brigadir Jenderal TNI (Purn) Hendrawan Ostevan di perairan Pelabuhan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, pada Jumat, 10 Januari 2025. Keganjilan itu terlihat rute kendaraan yang dilewati korban sebelum ditemukan meninggal.

“Pelabuhan (Marunda) itu wilayah terbatas atau tertutup. Dengan kecepatan tertentu atau tanpa ada sesuatu yang dikejar lalu masuk ke dalam lautan menurut saya itu ganjil,” ujar Ito.

Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Duta Besar Indonesia untuk Myanmar 2013-2018 itu menduga korban diduga kuat bunuh diri. Kendati demikian, Ito menyerahkan proses pendalaman motif ke pihak kepolisian. “Jadi motif itu harus melalui suatu proses penyidikan atau penyelidikan yang utuh,” ucapnya

Kendati diduga bunuh diri, Ito juga meminta agar kepolisian mengusut pemicu motif tersebut. Kapolda Sumatera Selatan 2006-2008 itu menyatakan bisa saja pemicunya karena diancam. “Supaya kita melihat apakah ada pihak-pihak lain yang terlibat? Mungkin ada yang menakut-nakuti, mengancam, dan sebagainya,” kata Ito.

Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sebelumnya, Kepolisian menyatakan tidak ada tanda-tanda luka dari hasil visum jenazah Brigjen TNI (Purn) Hendrawan Ostevan. Dari pantauan CCTV, korban mengendarai Toyota Vios di dermaga KCN Marunda hingga akhirnya terjatuh pada Jumat, 10 Januari 2025.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #ItoSumardi #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ito Sumardi: Kementerian Perlu Diselidiki terkait Pagar Laut

Ito Sumardi: Kementerian Perlu Diselidiki terkait Pagar Laut

Ito Sumardi: Kementerian Perlu Diselidiki terkait Pagar Laut

February 12, 2025
Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Komisaris Jenderal Polisi (Purn.) DR., Ito Sumardi Djunisanyoto mempertanyakan dampak pembangunan pagar laut di pesisir Kabupaten Tangerang bagi kesejahteraan masyarakat. “Sekarang yang paling penting harus lihat bagaimana Undang-Undang Dasar itu menyatakan negara harus memberikan jaminan kesejahteraan sosial kepada masyarakat. Pertanyaan kita, masyarakat di sana terjamin tidak?” ujar Ito saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 12 Februari 2025.

Pernyataan Ito merespons pagar laut sepanjang 30,16 kilometer yang viral di perairan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pemerintah akhirnya mencabut pagar yang terbuat dari bilah-bilah bambu itu karena menyulitkan nelayan menangkap ikan dan diduga dibangun secara ilegal, kendati mengantongi sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) dan Sertifikat Hak Milik (SHM).

Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Ito, terbitnya sertifikat semakin menguatkan kecurigaan adanya permainan di balik proses perizinan pembangunan pagar laut. Apalagi tidak ada pihak yang ingin pasang badan dengan terbitnya sertifikat atas nama pribadi dan swasta tersebut. “Pihak-pihak yang berwenang memberikan izin saja mengatakan saya tidak tahu. Berarti di dalam kementerian itu ada sesuatu yang perlu diselidiki,” ucap Kabareskrim Polri 2009-2011 tersebut.

Ito lantas meminta agar pihak yang berada di balik terbitnya sertifikat diusut secara tuntas. Ito menduga banyak pihak yang bisa terseret kendati Kementerian ATR/BPN telah mencopot enam pegawainya. “Sekarang yang perlu diteliti, Pak Menteri mengatakan saya tidak pernah mengetahui, tapi tiba-tiba sertifikatnya ada. Berarti di dalam lembaga pemerintahan ini masih banyak sekali kasus-kasus koruptif terjadi,” ucapnya.

Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ito Sumardi saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pria kelahiran Bogor, 17 Juni 1953 juga berharap Presiden Prabowo Subianto menindak tegas pihak yang terlibat. Ia khawatir kejadian serupa banyak terjadi di sejumlah daerah. “Jangan sampai kepentingan rakyat umum dikalahkan dengan kepentingan rakyat sedikit yang didukung kekuatan finansial dari pihak-pihak tertentu,” ujar Ito.

Kendati demikian, Ito juga meminta pemerintah memberikan kepastian hukum kepada investor agar mereka tidak kapok berinvestasi. “Investor juga harus dilindungi. Kita tidak bisa mengatakan ujuk-ujuk 30 kilometer (pagar laut Tangerang) dibangun,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #ItoSumardi #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Fungsi Bulog Harus Non-komersil

Fungsi Bulog Harus Non-komersil

Fungsi Bulog Harus Non-komersil

February 5, 2025
Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Kepada Eddy Wijaya, Firman Soebagyo mengapresiasi keputusan Presiden Prabowo Subianto yang bakal menjadikan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menjadi badan otonom yang dinaungi presiden. Menurutnya langkah tersebut tepat di tengah target pemerintah swasembada pangan.

“Saya punya pemikiran mengapa Bulog tidak digabung saja dengan Kementerian Pangan seperti pak Harto dulu,” kata Firman.

Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bulog saat ini di bawah naungan Kementerian BUMN sehingga menjadi lebih komersil. Kondisi tersebut membuat Pemerintah berencana Bulog menjadi badan otonom agar menjadi stabilisator harga pangan dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, dan bahan pangan lainnya.

Politisi kelahiran Pati, Jawa Tengah, 2 April 1953 itu mengatakan, Bulog pada era Orde Baru berfungsi sebagai buffer stock dan penyangga harga. Sehingga membawa Indonesia mencapai keberhasilan swasembada pangan pada 1980-an.
“Berbeda dengan sekarang karena Bulog itu seperti pedagang. Dia (Bulog) melakukan program pemerintah kalau ada penugasan saja,” ucapnya.

Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kendati demikian, untuk membawa bulog ke ranah non-komersil pemerintah harus mengalokasikan dana yang cukup untuk pengelolaannya. Sehingga tidak lagi menggunakan dana komersial untuk melunasi utang bank seperti saat ini. “Harus didukung sepenuhnya tiga gagasan penting pak Prabowo yaitu energi, pangan, dan Bulog ini,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #FirmanSoebagyo #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Firman Soebagyo: Saya Lepas Lencana karena Jengkel Kasus Pagar Laut

Firman Soebagyo: Saya Lepas Lencana karena Jengkel Kasus Pagar Laut

Firman Soebagyo: Saya Lepas Lencana karena Jengkel Kasus Pagar Laut

February 5, 2025
Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Anggota DPR RI Komisi IV, Firman Soebagyo menilai Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terkesan menunda pembongkaran pagar laut di perairan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dan di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kesan tersebut semakin menguat setelah kementerian yang dipimpin Sakti Wahyu Trenggono itu, tidak langsung menjalankan perintah Presiden Prabowo Subianto untuk membongkar pagar laut tersebut.

“Mengapa Pak Prabowo menginstruksikan pada Panglima TNI dan Kasal (Kepala Staf Angkatan Laut) untuk membongkar pagar laut. Mungkin (kata Prabowo); kok, menteri saya tidak bergerak-bergerak?” ujar Firman saat berbincang bersama Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 5 Februari 2025.

Publik awal Januari 2025 lalu dihebohkan kasus pagar laut yang membentang di perairan pantai utara atau pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pagar yang terbuat dari bilah-bilah bambu itu tertancap sepanjang 30,16 kilometer.

Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Firman menjelaskan, DPR juga memanggil Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono untuk menindaklanjuti temuan tersebut pada Kamis, 23 Januari 2025. Namun Firman menganggap penjelasan Trenggono terkesan tidak jelas dan saling melempar tanggung jawab. “Makanya, mohon maaf kepada publik dan DPR, karena waktu itu saya jengkel sehingga melepas lencana,” ucap Firman.

Firman mengaku malu karena telah memberikan janji kepada masyarakat nelayan untuk menemukan solusi, namun hasil dari pertemuan dengan KKP tidak menunjukkan demikian. “Pak menteri-nya mutar-mutar (penjelasan), malah lempar-lemparan,” katanya.

Politisi Partai Golkar itu berharap KKP sebagai leading sector harus tanggap pada kasus pagar laut. Jangan sampai menimbulkan gejolak di masyarakat akan memicu kerugian yang lebih besar. “Jangan sampai ada kemarahan masyarakat, atau masyarakat menjadi lost control atau bias karena provokasi-provokasi. Jangan sampai ada tindakan-tindakan anarkis yang merugikan, itu yang kita antisipasi,” ujar Firman.

Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Firman Soebagyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Farid menjelaskan pemakai narkoba dapat mendaftarkan diri ke lembaga rehabilitasi swasta dan instansi pemerintah seperti BNN. Untuk swasta, kata Farid, mempunyai sekitar 649 tempat rehabilitasi. Sedangkan BNN mempunyai 6 balai loka rehabilitasi dan 217 klinik BNN untuk rehabilitasi rawat jalan. Ada pula lembaga rehabilitasi Kemenkes dan Polri.

Pendaftaran rehabilitasi di BNN dapat diakses melalui website bnn.go.ig. Namun ia menegaskan masyarakat untuk mendaftar rehabilitasi melalui institusi pemerintah karena tidak dipungut biaya. “Namun persoalan utamanya yakni aksesibilitas lembaga rehabilitasi. Tidak semua orang yang rehab bisa masuk ke sana karena keterbatasan pemerintah untuk menggratiskan,” kata dia.

Farid menambahkan BNN juga membuat program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM), yakni agen pemulihan pemakai narkoba kategori ringan yang terdiri dari unsur masyarakat. Program tersebut dapat didukung melalui anggaran pemerintah daerah hingga desa. “Salah satu agen pemulihan adalah orang yang pernah direhabilitasi dengan kualitas hidup yang baik. Kita ajak dia agar lebih implementatif dan lebih aplikatif karena punya pengalaman,” katanya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #FirmanSoebagyo #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
6 Strategi BNN Turunkan Prevalensi Pemakai Narkoba

6 Strategi BNN Turunkan Prevalensi Pemakai Narkoba

6 Strategi BNN Turunkan Prevalensi Pemakai Narkoba

January 29, 2025
Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Kepada Eddy Wijaya, Brigjen Pol. Farid Amansyah mengapresiasi Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang telah memberikan perhatian khusus terhadap pemberantasan narkoba melalui Asta Cita Kabinet Merah Putih.

Farid mengatakan kebijakan dalam Asta Cita tersebut telah dirumuskan BNN dalam 6 strategi yakni penguatan di perbatasan negara, melakukan kerjasama lintas negara, pendekatan ikonik dan tematik, melakukan hubungan kerjasama dengan lintas sektor, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), dan peningkatan sarana dan prasarana. “Saya tekankan pada kerja sama karena memang ini yang paling kita akan fokuskan ke depan. Harapannya narkoba ini menjadi musuh bersama,” katanya.

Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pria kelahiran Makassar, 9 Januari 1970 itu mengatakan 6 strategi ini diharapkan bisa semakin menurunkan angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Berdasarkan data BNN, pengguna narkoba berjumlah 3,3 juta jiwa atau 1,73 persen pada 2023. Angka ini mengalami penurunan 0,22 persen dibanding 2022 yang jumlahnya 1,95 persen atau 3,6 juta jiwa.

“Kami juga berharap masyarakat turut berperan dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba, dan khususnya pemuda untuk menjauhi barang terlarang tersebut, apalagi menuju Indonesia emas 2045,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #FaridAmansyah #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Farid Amansyah: Jangan Takut Mengajukan Diri untuk Direhabilitasi

Farid Amansyah: Jangan Takut Mengajukan Diri untuk Direhabilitasi

Farid Amansyah: Jangan Takut Mengajukan Diri untuk Direhabilitasi

January 29, 2025
Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Direktur Pascarehabilitasi Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), Brigjen Pol. Farid Amansyah mengimbau pengguna narkoba agar tidak takut mengajukan diri untuk direhabilitasi di BNN. Ia menegaskan pengguna narkoba yang sukarela melaporkan diri tidak akan dijebloskan ke penjara.

“Ini yang harus masyarakat tahu bahwa kalau dia melaporkan keluarganya, atau yang bersangkutan (pemakai narkoba) sendiri melapor, itu pasti kita jamin tidak ditangkap. Itu jaminan,” ujar Farid saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 29 Januari 2025.

Rehabilitasi pemakai narkoba termuat pada pasal 54 sampai dengan pasal 59 Undang-Undang nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Ada pula Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) nomor 4 Tahun 2010 yang menegaskan pemakai narkoba ditempatkan dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Farid menilai keberadaan beleid tersebut merupakan bentuk perhatian serius dari pemerintah terhadap rehabilitasi pengguna alih-alih menyebloskannya dalam penjara. “Narkoba ini harus kita bangun dari tiga moral standing, pertama narkoba adalah ancaman kemanusiaan, kedua lakukan penegakan hukum sekeras-kerasnya kepada pengedar maupun produsen, dan ketiga pengguna narkoba kita manusiakan dengan cara direhabilitasi,” katanya.

Menurut Farid, pasien rehabilitasi berasal dari dua sumber, yang pertama pemakai narkoba yang berinisiatif mendaftarkan diri untuk rehabilitasi atau disebut voluntary, dan pemakai narkoba yang melalui proses penangkapan atau compulsory. Mereka akan menjalani rehabilitasi setelah melalui tes dari Tim Assessment Terpadu (TAT) yang terdiri dari dokter, polisi, unsur psikolog, serta tim hukum. “TAT ini yang akan memberikan rekomendasi rehabilitasi pemakai narkoba masuk kategori ringan, sedang, atau berat,” kata alumni Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin (Unhas) tersebut.

Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Farid Amansyah saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Farid menjelaskan pemakai narkoba dapat mendaftarkan diri ke lembaga rehabilitasi swasta dan instansi pemerintah seperti BNN. Untuk swasta, kata Farid, mempunyai sekitar 649 tempat rehabilitasi. Sedangkan BNN mempunyai 6 balai loka rehabilitasi dan 217 klinik BNN untuk rehabilitasi rawat jalan. Ada pula lembaga rehabilitasi Kemenkes dan Polri.

Pendaftaran rehabilitasi di BNN dapat diakses melalui website bnn.go.ig. Namun ia menegaskan masyarakat untuk mendaftar rehabilitasi melalui institusi pemerintah karena tidak dipungut biaya. “Namun persoalan utamanya yakni aksesibilitas lembaga rehabilitasi. Tidak semua orang yang rehab bisa masuk ke sana karena keterbatasan pemerintah untuk menggratiskan,” kata dia.

Farid menambahkan BNN juga membuat program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM), yakni agen pemulihan pemakai narkoba kategori ringan yang terdiri dari unsur masyarakat. Program tersebut dapat didukung melalui anggaran pemerintah daerah hingga desa. “Salah satu agen pemulihan adalah orang yang pernah direhabilitasi dengan kualitas hidup yang baik. Kita ajak dia agar lebih implementatif dan lebih aplikatif karena punya pengalaman,” katanya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #FaridAmansyah #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Dugaan Jokowi Tokoh Terkorup Dunia Harus Diusut

Dugaan Jokowi Tokoh Terkorup Dunia Harus Diusut

Dugaan Jokowi Tokoh Terkorup Dunia Harus Diusut

January 26, 2025
Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Kepada Eddy Wijaya, Bivitri Susanti mengimbau masyarakat Indonesia menanggapi dengan bijak keputusan Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) yang memasukkan mantan Presiden Joko Widodo sebagai nominasi tokoh terkorup di dunia. Menurutnya, keputusan OCCRP bisa direspons dengan mengusut kebenaran dari tuduhan tersebut.

“Harusnya ditanggapinya dengan dingin maksudnya jangan jadi marah, tapi lakukan investigasi. Jangan dilawan dulu, jangan dilihat sebagai tantangan terhadap bangsa kita,” ucap Bivitri.

Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Akademisi kelahiran Jakarta, 5 Oktober 1974 itu menjelaskan, keputusan OCCRP tersebut bukan merupakan serangan kepada bangsa Indonesia, melainkan perhatian dunia internasional terhadap Tanah Air. “Ada sebagian buzzer yang mengatakan orang asing menyerang bangsa kita, saya sih tidak merasa diserang. Menurut saya ini bukan serangan kepada bangsa kita, tapi mereka sedang bilang ada yang salah dengan mantan presiden kalian yang namanya Joko Widodo,” ujarnya.

Pemeran film dokumenter Dirty Vote itu mengatakan, keputusan OCCRP harusnya memicu sistem penegakan hukum dan politik Indonesia untuk membongkar masalah dalam periode kepemimpinan Jokowi. “Ini peluang kita untuk belajar dari kesalahan yang pernah terjadi (di masa pemerintahan Jokowi) dengan membongkar kesalahan itu di pengadilan nanti,” ucap Bibib.

Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

OCCRP memasukkan nama Jokowi sebagai finalis pemimpin negara terkorup 2024. Namanya bersaing dengan Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, pengusaha India Gautam Adani, dan mantan Presiden Suriah Bashar Al-Assad yang kemudian dinobatkan sebagai Person of the Year 2024 untuk kategori kejahatan organisasi dan korupsi.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #BivitriSusanti #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Bivitri Susanti:  Waspada Penghapusan Presidential Threshold Dibajak Parpol

Bivitri Susanti: Waspada Penghapusan Presidential Threshold Dibajak Parpol

Bivitri Susanti: Waspada Penghapusan Presidential Threshold Dibajak Parpol

January 22, 2025
Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Pakar Hukum Tata Negara, Bivitri Susanti menyatakan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menghapus ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) memiliki dampak positif untuk kualitas demokrasi di Indonesia. Namun Bivitri meminta semua pihak tetap waspada atas kemungkinan munculnya dampak negatif dari putusan tersebut.

“Saya tidak mau bilang negatif, tapi bisa jadi negatif kalau dibajak oleh partai politik lagi,” ujar Bivitri Susanti saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn, yang tayang pada Rabu, 22 Januari 2025.

MK mengabulkan gugatan 4 mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang ambang batas pencalonan presiden dalam Undang-Undang Pemilu Nomor 7 Tahun 2017. MK menyatakan pasal 222 dalam beleid tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Putusan ini menjadi perhatian publik karena MK menolak 36 gugatan yang sama sebelumnya.

Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bivitri menjelaskan upaya pembajakan pada putusan MK tersebut bisa terjadi bila partai politik kembali berupaya membentuk koalisi jumbo untuk mengusung calon tertentu pada pemilu mendatang. Upaya pembajakan lainnya dengan menekan DPR dan KPU untuk merevisi UU Pemilu dengan tujuan membatalkan putusan MK. “Nah, kalau sudah di titik itu kita hanya bisa berharap semoga MK konsisten dengan pandangannya, jadi tidak belok-belok lagi,” ujar Bivitri.

Kendati demikian, dampak positif dari putusan MK tersebut jauh lebih besar. Salah satunya membuat semua partai politik peserta Pemilu dapat mengusung calon presiden dari kadernya sendiri. “Mengapa ini (penghapusan PT) dari dulu diperjuangkan, karena memberikan warga pilihan yang lebih banyak secara fair,” kata perempuan yang akrab disapa Bibib ini.

Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Bivitri Susanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bivitri membandingkan situasi politik saat ambang batas calon presiden masih berlaku. Partai politik berskala kecil kesulitan mengusung calon presidennya karena tidak memenuhi aturan ambang batas. Akibatnya mereka terpaksa berkoalisi dengan partai politik yang lebih besar. “Sistem 20 persen threshold itu membuat seakan-akan ada partai politik yang punya golden ticket. Pemilu 2024 kemarin memperkuat fenomena itu sehingga membuka matanya hakim MK,” ucapnya.

Pendiri Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) itu mengatakan penghapusan aturan ambang batas calon presiden ini juga akan memaksa partai politik lebih terbuka memperkenalkan figur capresnya jauh sebelum Pemilu digelar. “Kalau dulu kita tidak tahu apa-apa, kita cuma bisa menonton para elit makan siang sama siapa, masak nasi goreng segala macam. Jelang pendaftaran kita baru diperkenalkan siapa calon presiden yang mereka tunjuk,” ucap Bivitri.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #BivitriSusanti #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)