Dwikorita Karnawati: Gedung Jakarta Harus Tahan Hadapi Gempa Megathrust

Dwikorita Karnawati: Gedung Jakarta Harus Tahan Hadapi Gempa Megathrust

Dwikorita Karnawati: Gedung Jakarta Harus Tahan Hadapi Gempa Megathrust

April 23, 2025
Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Dwikorita Karnawati saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Profesor Dwikorita Karnawati menyarankan agar rancangan gedung di Jakarta tahan terhadap gempa megathrust. Hal itu lantaran Jakarta merupakan salah satu wilayah yang paling terdampak jika bencana tersebut terjadi.

“Sebetulnya yang dikhawatirkan (dari gempa megathrust) adalah kota-kota yang tanahnya lunak misalnya Jakarta,” ujar Dwikorita yang akrab disapa Rita saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 23 April 2025.

Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Prof. Rita menjelaskan kota dengan tanah lunak memicu perambatan gelombang gempa yang sangat kuat. Hal tersebut karena struktur tanah lunak tidak mampu meredam gelombang gempa, walaupun pusat gempanya berada ratusan kilometer dari wilayah tersebut. “Kondisi ini terjadi di beberapa negara seperti di Meksiko. Begitu juga di Jakarta dan Bangkok. Di kota-kota ini guncangannya akan menguat meskipun jaraknya ratusan kilometer,” kata dia.

Sebelumnya, BMKG memperingatkan masyarakat potensi terjadinya gempa megathrust di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti di Selat Sunda yang diprediksi berkekuatan 8,7 magnitudo, dan Mentawai-Siberut yang berpotensi 8,9 magnitudo. Gempa maha dahsyat itu diprediksi menimbulkan tsunami hingga ketinggian 20 meter. Belum lagi getaran yang ditimbulkan dapat menghancurkan bangunan yang bahkan berjarak ratusan kilometer dari pusat gempa.

Prof. Rita membandingkan kondisi tanah lunak Jakarta dengan Sukabumi, khususnya di wilayah Pelabuhan Ratu, yang cukup dekat dengan wilayah yang diprediksi menjadi titik gempa megathrust. Menurut Alumni Engineering Geology, Leeds University Inggris tersebut, wilayah Pelabuhan Ratu bertekstur tanah padat sehingga guncangan gempa tidak akan sebesar Jakarta.

Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Jadi perambatan gelombang gempa kalau menembus benda yang keras atau padat akan diredam. Begitu (gelombang) melewati tanah lunak, guncang lagi,” kata Prof. Rita.

Prof. Rita lantas meminta Kementerian PU dan Pemerintah Provinsi Jakarta agar melakukan pengawasan ketat terhadap rancangan gedung di Jakarta. Jangan sampai bangunan tinggi yang sudah terbangun tidak memiliki ketahanan terhadap gempa berkekuatan besar. “Perlu adanya inspeksi meyakinkan bangunan-bangunan hunian yang towernya tinggi-tinggi itu, dipastikan sudah siap untuk menghadapi guncangan yang kuat,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #DwikoritaKarnawati #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hukuman Mati Bagi Koruptor Bukan Jalan Terbaik

Hukuman Mati Bagi Koruptor Bukan Jalan Terbaik

Hukuman Mati Bagi Koruptor Bukan Jalan Terbaik

April 17, 2025
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Aryati Hamzy saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dokter Psikiater Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), Aryati Hamzy menyatakan ketidaksepakatannya soal penerapan hukuman mati bagi koruptor. “Saya menilai hukuman mati bukan jalan terbaik,” kata dia kepada Eddy Wijaya.

Kepala SMF Neuropsikiatri RS Tadjuddin Chalid Makassar pada tahun 2012 itu melihat, penerapan hukuman mati koruptor kurang berpengaruh terhadap psikologi seseorang. Seperti yang terjadi di China yang menerapkan hukuman mati, namun tidak masuk 10 besar negara dengan penanganan korupsi terbaik tingkat dunia.

Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Kalau kita melihat pengalaman di negara lain seperti China yang menerapkan hukuman mati untuk pelaku korupsi, dan kita melihat bagaimana pencapaian China memberantas korupsi, saya melihat hal yang tidak berbeda,” kata Aryati.

Aryati mengatakan, hukuman bagi koruptor yang paling tepat seperti yang dilakukan di Singapura, yakni dengan memberikan hukuman moral bahkan kepada keluarga koruptor tersebut. “Memberikan dampak secara psikologis, dan juga secara sosial dengan harapan bahwa ke depannya mereka (koruptor) ada itikad untuk tobat dalam segi spiritual,” katanya.

Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Transparency International (TI) mengeluarkan Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) untuk 180 negara pada 2024. Urutan pertama adalah Denmark dengan IPK 90, posisi kedua yakni Finlandia dengan skor IPK 88, menyusul Singapura 84, Selandia Baru 83, Luksemburg, Norwegia dan Swiss masing-masing 81, kemudian Swedia 80, Belanda 78, Australia, Islandia dan Irlandia masing-masing 77. Sementara Indonesia berada pada peringkat 99 dengan skor 37. Adapun China berada pada peringkat 76 dengan skor IPK 43.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AryatiHamzy #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy: Perilaku Korupsi Mirip Orang yang Alami Adiksi

Aryati Hamzy: Perilaku Korupsi Mirip Orang yang Alami Adiksi

Aryati Hamzy: Perilaku Korupsi Mirip Orang yang Alami Adiksi

April 16, 2025
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Aryati Hamzy saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dokter Psikiater Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), Aryati Hamzy menjelaskan persamaan antara kondisi kejiwaan seseorang yang melakukan tindakan korupsi dengan seseorang yang mengalami adiksi. Ia menilai persamaan tersebut dapat terlihat dari kondisi biologis maupun psikologis seorang koruptor.

“Kita bisa menemukan adanya kemiripan (perilaku korupsi) dengan kondisi yang terjadi pada orang-orang yang mengalami adiksi. Baik adiksi karena narkoba, ataupun adiksi perilaku. Contohnya seperti pornografi, judi online, ataupun game,” ujar Aryati saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 16 April 2025.

Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Aryati, kondisi otak manusia saat melakukan tindakan nekat seperti korupsi mengalami sejumlah perubahan. Perubahan itu terjadi pada bagian otak Prefrontal Cortex (PFC) bagian dorsolateral kanan, dan The Temporoparietal Junction (TPJ) bagian kanan. “Terjadi sesuatu di otak oleh karena perilaku dari korupsi ini. Terjadi pengaktifan berlebihan (hiperaktivitas) fungsi dari otak di area temporoparietal kanan itu bisa mengindikasikan bahwa seseorang memiliki kecenderungan untuk selfish (mengutamakan diri sendiri daripada orang lain),” kata dia.

Perempuan kelahiran Ujung Pandang, 29 Juli 1977 itu menyatakan cara kerja kedokteran dalam melihat perubahan otak tersebut, yakni dengan menggunakan alat brain imaging seperti fMRI dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT). “Dengan SPECT imaging kita bisa lihat aktivitas otak dari warnanya karena pada saat pemeriksaan dilakukan pemasukan kontras dan aktivitas otak dinilai secara tiga dimensi apakah mengalami peningkatan atau penurunan,” katanya.

Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Alumni Strata Tiga (S3) kampus Nasional Sun Yat-sen University (NSYSU) Taiwan itu menjelaskan, terdapat fenomena lain yang mengakibatkan seseorang melakukan korupsi, selain karena pengaruh perubahan otak pada PFC dan TPJ. Fenomena tersebut, kata dia, juga memiliki kemiripan dengan kasus adiksi, yakni perilaku berulang atau yang disebut kompulsif. “Misalnya seseorang yang berhasil melakukan korupsi ada keinginan untuk mengulang kembali. Dan juga nilai dari korupsi itu bisa semakin hari semakin meningkat. Dalam kasus adiksi kita kenal hal ini dengan istilah toleransi,” ucapnya.

Kendati demikian, menurut Aryati, mengkategorikan perilaku korupsi sebagai gangguan jiwa membutuhkan penelitian lebih mendalam maupun legitimasi dari ilmu kedokteran. “Untuk penetapan suatu kasus dikatakan sebagai gangguan jiwa itu perlu melalui suatu proses yang
panjang untuk dimasukkan di dalam kriteria diagnosis berdasarkan DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition),” katanya.

Aryati berharap peran orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak agar terhindar dari perilaku yang menyimpang tersebut seperti pendidikan nilai-nilai moral dan kejujuran. “Pengasuhan anak itu adalah tanggung jawab yang diberikan Tuhan yang maha kuasa agar kita bisa menciptakan generasi penerus bangsa yang berintegritas dan bersih dari korupsi,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AryatiHamzy #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
AM Fachir: Saya Tidak Melihat Ada Isu Dualisme PMI

AM Fachir: Saya Tidak Melihat Ada Isu Dualisme PMI

AM Fachir: Saya Tidak Melihat Ada Isu Dualisme PMI

April 9, 2025
AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

AM Fachir saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI), Abdurrahman Mohammad (AM) Fachir menampik kabar adanya dualisme yang merundung organisasinya. Ia menilai kepengurusannya pada PMI periode 2024-2029 sesuai dengan mekanisme organisasi.

“Saya tidak melihat ada isu dualisme PMI, karena pengurus yang sah prosesnya sesuai dengan AD/ART kita, dengan statuta kita,” ujar AM Fachir saat berbincang bersama Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 9 April 2025.

Kisruh dualisme bermula saat pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) PMI ke 22, di Jakarta 8-10 Desember 2024. Pada Munas tersebut, Jusuf Kalla (JK) terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PMI untuk keempat kalinya.

AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sementara Agung Laksono yang dinyatakan gagal menjadi calon Ketua Umum PMI kemudian mengadakan Munas tandingan bersama para pendukungnya. Dari Munas tandingan itu, Agung Laksono terpilih sebagai Ketua Umum PMI. Namun akhirnya, Kementerian Hukum menyelesaikan sengketa itu dan mengesahkan kepengurusan PMI yang diketuai Jusuf Kalla, pada Jumat, 20 Desember 2024.

Kendati demikian, dualisme PMI kembali mencuat setelah kubu Agung Laksono melakukan audiensi dengan Menteri Hukum, Supratman Andi Agtas di Kantor Kementerian Hukum, Jakarta, pada Kamis, 13 Maret 2025. Audiensi tersebut membahas persoalan Munas PMI ke 22 yang berakibat munculnya dualisme kepengurusan.

Menurut AM Fachir, Munas versi JK diikuti lebih dari 50 persen perwakilan peserta seluruh Indonesia. Sehingga keseluruhan hasil Munas merupakan keputusan yang sah. “Semua diikuti pengurus seluruh Indonesia. Kita ada 4.193 (Peserta Munas) dari berbagai provinsi, kabupaten/kota yang ikut serta. Karena melebihi dari 50 persen, jauh itu, ya jadi konsensus,” kata dia.

AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Wakil Menteri Luar Negeri periode 2014-2019 itu menekankan kepengurusannya sudah diakui di tingkat nasional, bahkan internasional. Salah satunya dari Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional atau International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC).

“Ketika selesai menyelenggarakan Munas dan terpilih pengurus Pak JK sebagai ketua, baik Presiden (IFRC) dan Sekretaris Jenderal Federasi memberikan ucapan selamat. Berbagai macam perhimpunan nasional juga mengucapkan selamat. Jadi buat kita sudah tidak ada isu (dualisme). Sudah selesai,” ucapnya.

AM Fachir menambahkan, Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan 12 itu tidak pernah ngotot maju sebagai Ketua Umum PMI sejak pertama menjabat pada periode 2009-2014. “Untuk dimaklumi, Pak JK itu tidak pernah mengajukan diri. Dia selalu diminta oleh pengurus daerah untuk menjadi ketua, sejak periode pertama,” katanya. “Lihat track record, lah (pengalaman JK),” dia menambahkan.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AMFachir #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Total Amnesty Koruptor Solusi Percepatan Pembangunan di Indonesia

Total Amnesty Koruptor Solusi Percepatan Pembangunan di Indonesia

Total Amnesty Koruptor Solusi Percepatan Pembangunan di Indonesia

April 2, 2025
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ricky Sutanto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Ricky Sutanto menyarankan agar pemerintah memberlakukan kebijakan pemutihan kasus korupsi atau total amnesty. Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan salah satu solusi untuk mempercepat pembangunan bangsa dan negara.

“Dari dulu saya kampanye, saya sudah mengatakan kalau saya memimpin negara ini, seluruh kasus korupsi diputihkan, total amnesty,” kata Ricky kepada Eddy Wijaya.

Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pengusaha kelahiran Bandung, Jawa Barat, 6 Juni 1950 itu menjelaskan, pengampunan total akan mendorong koruptor yang kabur ke luar negeri bisa kembali ke Tanah Air mengabdi untuk negara. “Koruptor ini jika dimaafkan sudah luar biasa. Mereka orang pintar dan akan merasa utang budi,” ucapnya.

Ricky menambahkan pemberlakukan total amnesty bagi koruptor juga bakal berdampak pada kinerja pemerintah yang selama ini cukup terkuras untuk mengungkap kasus korupsi. “Tapi kita tidak bermaksud pro terhadap koruptor, kita mau carikan solusi total,” katanya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RickySutanto #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ricky Sutanto Gagas Megaproyek “Garden of Prayer” untuk Hidupi Masyarakat

Ricky Sutanto Gagas Megaproyek “Garden of Prayer” untuk Hidupi Masyarakat

Ricky Sutanto Gagas Megaproyek “Garden of Prayer” untuk Hidupi Masyarakat

April 2, 2025
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ricky Sutanto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Pengusaha nasional Ricky Sutanto menyesalkan sikap pemerintah yang menolak gagasannya tentang pembangunan taman berdoa terbesar dunia atau yang disebut Garden of Prayer. Ia menilai keberadaan taman berdoa bagi umat beragama itu penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari pendapatan devisa negara.

“Bila itu terbangun (Garden of Prayer), menurut perhitungan saya, setiap kepala keluarga Indonesia bisa diberikan bonus oleh pemerintah 700 dollar AS per bulan,” ujar Ricky saat berbincang bersama Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 2 April 2025.

Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Ricky, konsep Garden of Prayer telah ia tulis dalam bukunya yang cukup fenomenal berjudul “2015 Kita Terkaya Dunia No. 5” yang terbit pada 2004. Ia mengaku telah mengajukan gagasan tersebut di era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden ke-7 Joko Widodo, namun sayangnya tidak diwujudkan. “Saya berharap Presiden Indonesia merestui ide itu menjadi proyek nasional. Sayangnya presiden sebelum pak Prabowo kurang memperhatikannya,” kata dia.

Ricky yang pernah mengajukan diri sebagai bakal calon presiden pada Konvensi Rakyat Calon Presiden RI 2014 tersebut menjelaskan, taman berdoa merupakan simbol kerukunan umat beragama di dunia. Bangunannya terdiri dari rumah ibadah 6 agama resmi di Indonesia yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.

“Tuhan telah memilih Indonesia untuk menjadi bangsa teladan kerukunan umat beragama dunia. Maka perlu dibangun suatu taman berdoa untuk semua agama di mana ada Masjid, Gereja, Pura, Vihara yang terbesar dunia,” kata Ricky.

Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Salah satu pendiri Blossom Group itu meyakini gagasan ini menghasilkan pendapatan besar bagi devisa negara karena akan dikunjungi masyarakat dunia. Ia mencontohkan bagaimana Arab Saudi menjadi negara kaya dari hasil kunjungan umat muslim seluruh dunia. “Arab sudah tidak terlalu mementingkan gas dan minyak, tapi wisata nomor satu. Mereka yang datang umrah, naik haji itu, luar biasa kontribusi kepada negara. Nah, bayangkan kalau ada Garden of Prayer itu seluruh umat agama akan datang ke Indonesia,” ujar Ricky.

Meskipun pemerintahan belum melaksanakan gagasannya tersebut, Ricky tetap optimististis pembangunan Garden of Prayer dapat terlaksana pada masa Presiden Prabowo Subianto. “Jangan bilang bisa atau tidak bisa ya, (tapi) mau atau tidak mau. Kalau nenek moyang kita bisa bangun Borobudur, Garden of Prayer itu kecil kita bisa bangun,” kata dia.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RickySutanto #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kontroversi Janji Karyawan Sritex hingga #KaburAjaDulu

Kontroversi Janji Karyawan Sritex hingga #KaburAjaDulu

Kontroversi Janji Karyawan Sritex hingga #KaburAjaDulu

March 26, 2025
Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Immanuel Ebenezer saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Wamenaker, Immanuel Ebenezer Gerungan mengatakan pemerintah tidak dapat mengintervensi PHK terhadap karyawan PT. Sritex. Hal tersebut karena PHK bukan lagi dilakukan manajemen Sritex, tapi kurator atau pihak yang ditunjuk Pengadilan dalam proses kepailitan.

“Harus dipahami kurator mengambil alih manajemen. Sehingga yang melakukan PHK bukan manajemen tapi kurator. Jadi kita pemerintah, eksekutif, tidak mampu menjangkau keputusan hukum yang menjadi domainnya kurator,” ujar Noel kepada Eddy Wijaya.

Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pernyataan Bung Noel tersebut sekaligus menanggapi videonya yang viral yang berjanji tidak akan ada PHK saat berkunjung ke kantor Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Jumat, 15 November 2024. Janji tersebut terus ditagih masyarakat. “Saat itu permintaan saya atas nama negara disanggupi oleh manajemen agar jangan ada PHK. Nah, sehingga tidak terjadi PHK dari Oktober (2024) sampai Februari (2025) atau sekitar 5 sampai 6 bulan,” katanya.

Pria kelahiran Riau, 22 Juli 1975 itu menegaskan, pihaknya telah berusaha maksimal mendampingi kasus tersebut, termasuk menjamin hak-hak karyawan Sritex seperti gaji, pesangon, dan THR. “Pertanyaannya, ada tidak buruh (karyawan Sritex) yang marah? Tidak ada, karena memang kita hadir di tengah-tengah mereka. Kita tidak pernah membiarkan mereka sendiri,” kata Bung Noel

Bung Noel lantas berharap eks karyawan PT Sritex dipekerjakan kembali setelah kurator menemukan investor baru. Hal itu sekaligus merespons kabar dari anggota tim kurator PT. Sritex, Nurma Sadikin yang menyampaikan adanya peluang investor baru saat dipanggil ke Istana Kepresidenan Senin, 3 Maret 2025. “Kita berharap kalau seandainya ada investor baru, ada rekrutmen baru yang memprioritaskan kawan-kawan buruh eks Sritex dan itu akan kita awasi,” ucapnya.

Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Mantan aktivis 98 itu juga menyinggung lagi responsnya terhadap viral #KaburAjaDulu di media sosial yang sempat menuai kontroversi. Ia menegaskan maksud dirinya meminta orang tidak usah pulang setelah bekerja di luar negeri terkait kekuatan mental perantau.

“Tradisi di kita ini kan, apalagi saya orang Sumatera ya, orang Sumatera itu kalau udah merantau lantas balik miskin itu malu. Saya cuma membangun narasi itu, lu jangan balik dulu, lu harus sukses baru pulang. Kalau perlu kabur jangan balik-balik, bawa itu saudaramu, adik, tetanggamu (ke perantauan),” ucap Bung Noel.

Namun demikian, Bung Noel menambahkan #KaburAjaDulu juga tidak boleh dilandasi kenekatan semata. Orang yang hendak bekerja di luar negeri harus mempunyai kemampuan atau skill yang dibutuhkan di dunia kerja. “Gajinya memang besar (di luar negeri) tapi kalau tidak ada skill jadi apa? jadi gelandangan?” katanya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #ImmanuelEbenezer #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Immanuel Ebenezer: Jangan Palak Pengusaha dengan Kedok THR

Immanuel Ebenezer: Jangan Palak Pengusaha dengan Kedok THR

Immanuel Ebenezer: Jangan Palak Pengusaha dengan Kedok THR

March 26, 2025
Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Immanuel Ebenezer saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) RI Immanuel Ebenezer Gerungan menyesalkan ulah sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan pemerintah untuk meminta dana kepada pengusaha sebagai hadiah lebaran atau kerap disebut THR (Tunjangan Hari Raya). Ia menilai aksi tersebut merupakan ancaman terhadap iklim investasi di Indonesia.

“Menciptakan perilaku korup yang berdampak pada industrial kita, contohnya Ormas-ormas (yang minta THR). Pengusaha ini kan sudah bayar pajak ngapain lagi dipalakin? Belum lagi tingkat RT, RW sampai Kelurahan ikut juga tuh,” ujar Immanuel yang akrab disapa Bung Noel saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 26 Maret 2025.

Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Bung Noel, aksi tersebut tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengusaha, dapat pula berdampak pada kondisi keuangan perusahaan. “Apalagi di momen-momen hari raya minta THR. Belum lagi ulang tahun Ormas-nya minta lagi, belum lagi ulang tahun ketua umumnya minta lagi. Kalau dihitung berapa banyak Ormas yang minta?” kata dia.

Maraknya aksi meminta hadiah lebaran kepada pengusaha viral di media sosial beberapa hari terakhir. Salah satunya Suhada alias jagoan Cikiwul yang akhirnya ditangkap polisi karena memaksa mendapatkan THR dari perusahaan plastik di Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Aksi yang sama juga dilakukan pihak Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Jembatan Lima, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat kepada pengusaha di wilayahnya. Bahkan Presiden Prabowo Subianto memerintahkan TNI/Polri dan Kejaksaan untuk mengusut kasus tersebut.

Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bung Noel mengimbau masyarakat tidak meneror pengusaha dengan dalih THR. Menurut politisi Gerindra tersebut, tindakan itu mengganggu keberlangsungan perusahaan yang berakibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada karyawan. “Setiap pengusaha ketika melakukan investasi di sebuah wilayah pasti ada resapan tenaga kerjanya, harusnya berpihak dong. Jangan dibiarkan industrialnya dalam tekanan. Ada konsekuensi PHK, mengapa? Ya, mereka rugi,” ucapnya.

Noel pun berharap langkah tegas pemerintah setempat menyikapi fenomena masyarakat yang meminta THR ke pengusaha, apalagi bila dilakukan dengan paksaan. “Negara ini punya instrumen. Ada namanya Aparat Penegak Hukum (APH), Satpol PP, pemerintah daerah, pemerintah provinsi, bagaimana nih? Mereka bergerak dong,” kata jebolan bidang Sosial Universitas Satya Negara Indonesia itu.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #ImmanuelEbenezer #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ketua Ombudsman RI: Kenapa Negara Sebesar Ini Pelayanan Digitalnya Terhambat?

Ketua Ombudsman RI: Kenapa Negara Sebesar Ini Pelayanan Digitalnya Terhambat?

Ketua Ombudsman RI: Kenapa Negara Sebesar Ini Pelayanan Digitalnya Terhambat?

March 19, 2025
Mokhammad Najih saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Mokhammad Najih saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Ketua Ombudsman RI, Mokhammad Najih menilai Pemerintah Indonesia belum siap menerapkan Sistem Inti Administrasi Perpajakan atau Coretax pada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Menurutnya, ketidaksiapan itu terlihat saat ditemukannya sejumlah kendala dalam penerapan sistem tersebut.

“Masa negara sebesar ini selalu menemukan hambatan pada pelayanan digital atau online (seperti) internetnya masih down, masih mati, sistemnya ngadat. Nah itu menggambarkan bahwa nggak siap. Berapa sih kemampuan negara ini membeli bandwidth?” ujar Najih saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 19 Maret 2025.

Mokhammad Najih saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Mokhammad Najih saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Najih, pemerintah seharusnya memperhatikan sejumlah hal dalam menerapkan sebuah sistem yang baru. Misalnya aplikasi yang memadai serta kesiapan tenaga ahli agar kendalanya dapat segera diatasi. “Tidak hanya sekedar launching program, tetapi tidak didukung oleh sistem dan ahli yang siap. Keluhan ini sudah lama, mungkin sekitar satu bulan ini. Belum ada penyelesaian,” kata dia.

Presiden Prabowo Subianto meluncurkan coretax atau sistem administrasi layanan perpajakan digital dari Direktorat Jenderal Pajak pada 31 Desember 2024. Namun layanan yang diterapkan sejak 1 Januari 2025 mengundang keluhan dari banyak pihak karena sulitnya proses akses. Akibatnya, layanan ini diduga berkontribusi pada setoran pajak per 28 Februari yang hanya mencapai Rp 187,8 triliun atau turun 30,1 persen dari capaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp 269,02 triliun.

Mokhammad Najih saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Mokhammad Najih saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Najih mengatakan Ombudsman sudah banyak menerima keluhan penggunaan coretax. Bahkan keluhan tersebut pernah disampaikan langsung pegawai kantor pajak saat ia berkunjung ke suatu daerah. “Mereka bilang, Pak, kami selalu kontak ke pusat menyampaikan masih down (sistemnya),” kata alumni Jurusan Doktor Falsafah Universiti Kebangsaan Malaysia itu.

Mokhammad Najih menambahkan Ombudsman telah menyampaikan kepada Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) agar lebih bersiap bila menerapkan layanan digitalisasi. “Program digitalisasi pelayanan publik itu bagus, tapi harus didukung oleh sistem terutama fasilitasnya misalnya bandwidth yang harus dipenuhi itu berapa agar lancar tidak down? Kalau down mitigasinya seperti apa?” kata Najih.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #MokhammadNajih #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
KONI Minta Permenpora Organisasi Olahraga Prestasi Direvisi

KONI Minta Permenpora Organisasi Olahraga Prestasi Direvisi

KONI Minta Permenpora Organisasi Olahraga Prestasi Direvisi

March 12, 2025
Marciano Norman saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Marciano Norman saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Ketua KONI Pusat, Letjen TNI (Purn) Marciano Norman merespons terbitnya Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Permenpora) Nomor 14 Tahun 2024 tentang Standar Pengelolaan Organisasi Lingkup Olahraga Prestasi. Menurutnya, aturan tersebut menimbulkan polemik dalam kepengurusan KONI.

“Memang harus diakui (Permenpora 14/2024) menimbulkan keresahan anggota KONI. Anggota KONI itu siapa? yaitu 38 KONI provinsi, 514 KONI kabupaten/kota, dan 78 cabang olahraga. Itu resah, mengapa? Karena peraturan ini memangkas kepentingannya KONI pusat sehingga banyak kewenangan kita yang ditarik ke Kemenpora,” kata Marciano kepada Eddy Wijaya.

Marciano Norman saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Marciano Norman saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 28 Oktober 1954 itu menyatakan telah menulis surat permohonan revisi peraturan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo. KONI juga telah menggelar Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi 10 DPR RI terkait beleid tersebut. “Mereka (DPR RI) akan menjembatani perbedaan pendapat antara Kemenpora dengan KONI dan anggotanya,” ucap Marciano.

Marciano menjelaskan salah satu hal yang menjadi sorotan dari KONI adalah Pasal 10 Permenpora yang mengatur tentang kongres/musyawarah organisasi olahraga yang harus mendapat rekomendasi dari Kemenpora. Menurut Marciano hal tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan Piagam Olimpiade (Olympic Charter). Piagam tersebut menekankan independensi, otonomi, dan netralitas organisasi cabang olahraga dari intervensi politik.

Marciano Norman saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Marciano Norman saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Marciano khawatir aturan membuat International Olympic Committee (IOC) menilai Indonesia melanggar Piagam Olimpiade. Sehingga berbuah sanksi berat seperti penangguhan hak-hak partisipasi dalam kompetisi hingga multi event internasional. “Kemungkinan itu bisa terjadi (Pemberian Sanksi), dan Indonesia di masa seperti sekarang ini jangan ditambah oleh masalah-masalah yang tidak perlu,” ucap Marciano.

Marciano menambahkan Permenpora juga telah ditelaah oleh Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) lewat Fokus Grup Diskusi (FGD). Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah perumusan aturan yang tidak transparan dan tidak didukung naskah akademik sehingga bertentangan dengan Olympic Charter. “Saya apresiasi perhatian yang diberikan oleh perguruan tinggi yang juga memberikan kritik konstruktif terhadap Permenpora ini,” kata dia.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #MarcianoNorman #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)