Kritik Roy Suryo Terhadap PDNS dan Ancaman Keamanan Data Nasional

Kritik Roy Suryo Terhadap PDNS dan Ancaman Keamanan Data Nasional

Kritik Roy Suryo Terhadap PDNS dan Ancaman Keamanan Data Nasional

July 24, 2024
Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Roy Suryo. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Roy Suryo mengenai insiden terbaru yang melibatkan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). Roy Suryo, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, membagikan pandangannya tentang serangan siber yang menyebabkan lumpuhnya sistem imigrasi pada 20 Juni dan dampaknya terhadap keamanan data di Indonesia.

Roy Suryo menjelaskan bahwa serangan terhadap sistem imigrasi sebenarnya sudah dimulai sejak 17 Juni pukul 23.50 ketika server mengalami kerusakan akibat serangan siber. Namun, respons terhadap serangan ini dinilai lamban. “Sebodoh-bodohnya orang menggunakan komputer, kalau ada serangan atau virus masuk pasti ada pop up yang muncul. Kalau di server besar pasti ada indikatornya. Harusnya mereka langsung bereaksi,” ujarnya.

Akibat dari serangan ini, sistem imigrasi lumpuh selama tiga hari. Untungnya, imigrasi memiliki backup yang memungkinkan mereka menyewa layanan dari Amazon Web Services untuk sementara. Namun, Roy menyoroti bahwa tindakan ini bukan solusi jangka panjang dan memiliki risiko yang signifikan.

Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Roy Suryo mengkritik langkah pemerintah yang terburu-buru dalam membentuk PDNS. Menurutnya, PDNS yang disewa di Serpong dan Surabaya merupakan pemborosan dan tidak seefektif rencana awal pembangunan empat Pusat Data Nasional (PDN) di Cikarang, Batam, Balikpapan, dan Labuan Bajo. “Ini pemborosan kalau menurut saya, sudah ada anggaran yang dirancang bagus untuk empat tempat,” katanya.

Selain itu, Roy menyoroti masalah keamanan data di PDNS, termasuk penggunaan proteksi yang sangat sederhana. “Sistem proteksi yang digunakan sangat sederhana, bahkan password standar admin#1234 tidak diganti. Akibatnya, data mudah dibobol oleh hacker,” ungkapnya.

Roy Suryo juga membahas fenomena hacker “budiman” yang justru meminta maaf atas tindakannya dan mengembalikan kunci sistem yang telah diretas. Ia mempertanyakan keabsahan klaim bahwa sistem telah pulih, mengingat kunci baru diberikan setelah tanggal yang disebutkan oleh Menkopolhukam. “Statement dari Menkopolhukam tuh ya mungkin saja ada slip of the tongue ya. Beliau mengatakan sistem kita sudah pulih lagi mulai tanggal 1 Juli, tapi kuncinya baru dikasih tanggal 3 Juli,” tambahnya.

Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Roy menekankan pentingnya keterbukaan informasi publik. “Masyarakat berhak menuntut keterbukaan informasi publik ini. Pemerintah harus menyampaikan kepada masyarakat apa yang sudah jalan dan apa yang belum. Kalau disampaikan, saya yakin anak-anak bangsa kita akan menolong,” tuturnya.

Lebih lanjut, Roy Suryo mengungkapkan potensi bahaya kebocoran data pribadi. “Data inavis yang bocor bisa dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak untuk mendaftarkan identitas yang sangat identik dengan kita, misalnya untuk pinjaman online. Ini sangat berbahaya,” jelasnya. Ia juga mengingatkan risiko terhadap data BPJS Kesehatan dan data perbankan yang jika bocor, dapat menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat.

Sebagai penutup, Roy Suryo menyarankan agar masyarakat memiliki backup data pribadi mereka sendiri untuk menghindari risiko kehilangan data penting. “Orang harus punya backup sendiri-sendiri, termasuk data KTP, sertifikat tanah, dan dokumen penting lainnya,” sarannya.

Tags :

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Roy Suryo Ungkap Kontroversi Pusat Data Nasional

Roy Suryo Ungkap Kontroversi Pusat Data Nasional

Roy Suryo Ungkap Kontroversi Pusat Data Nasional

July 23, 2024
Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Roy Suryo. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Roy Suryo mengenai kontroversi seputar Pusat Data Nasional (PDN) dan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). Roy Suryo, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, membagikan pandangannya tentang implementasi dan tantangan yang dihadapi oleh proyek PDN di Indonesia.

Roy Suryo menjelaskan bahwa konsep awal PDN mencakup empat lokasi yaitu Cikarang, Batam, Balikpapan, dan Labuan Bajo. Namun, ia mempertanyakan pemilihan Labuan Bajo sebagai salah satu lokasi, mengingat daerah tersebut lebih dikenal sebagai destinasi wisata daripada pusat infrastruktur teknologi. Ia menyarankan lokasi alternatif di Makassar atau Jayapura untuk lebih mendukung kawasan timur Indonesia.

Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Roy mengungkapkan bahwa PDN pertama di Cikarang mulai dibangun pada 9 November 2022 dan direncanakan selesai dalam 24 bulan, atau sekitar akhir Oktober hingga awal November 2024. Namun, ia mengkritik keputusan mendadak dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) untuk mempercepat penyelesaian dan peresmian PDN pada 17 Agustus 2024. “Ini tidak masuk akal dan terkesan tergesa-gesa,” ujarnya.

Akibat desakan tersebut, pemerintah memutuskan untuk menyewa dua PDNS di Serpong dan Surabaya. Roy menyebut langkah ini sebagai pemborosan karena sudah ada anggaran yang dirancang untuk empat PDN yang didukung oleh berbagai negara seperti Prancis, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Inggris. PDNS dianggap sebagai solusi sementara yang kurang efektif dan berisiko tinggi.

“Pada tahun lalu, mendadak muncul ide untuk mempercepat penyelesaian PDN. Akhirnya karena ada keinginan itu, dibuatlah PDNS. Dibuatlah di dua tempat yaitu Serpong dan Surabaya. Jadi kita sewa di Lintas Arta, kemudian satu lagi yang ada di Surabaya itu miliknya Sigma Caraka. Ini pemborosan kalau menurut saya, sudah ada anggaran yang dirancang bagus untuk empat tempat,” tutur Roy Suryo.

Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Roy Suryo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Roy juga menyoroti masalah keamanan data yang dihadapi PDNS. Ia mengungkapkan bahwa sistem proteksi yang digunakan sangat sederhana, bahkan password standar admin#1234 tidak diganti. Akibatnya, data mudah dibobol oleh hacker, yang ironisnya malah meminta maaf atas tindakannya, bukan pihak pemerintah.

Roy Suryo menyarankan agar proyek PDN kembali dijalankan sesuai rencana awal tanpa tergesa-gesa. “Tidak masalah jika peresmian sedikit terlambat, yang penting kualitas dan keamanan data terjamin,” tutupnya.

Tags :

Rudy Alfonzo Ungkap Potensi Kerjasama Sepak Bola Indonesia-Portugal

Rudy Alfonzo Ungkap Potensi Kerjasama Sepak Bola Indonesia-Portugal

Rudy Alfonzo Ungkap Potensi Kerjasama Sepak Bola Indonesia-Portugal

July 19, 2024
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Rudy Alfonso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Rudy Alfonzo tentang potensi kerjasama antara Indonesia dan Portugal di bidang olahraga, terutama sepak bola. Rudy, yang merupakan duta besar Indonesia untuk Portugal, menceritakan pengalamannya sejak pertama kali bertemu dengan Fernando Gomez, Presiden Federasi Sepak Bola Portugal. Diskusi ini membuka peluang besar untuk kolaborasi antara kedua negara.

Rudy Alfonzo menceritakan bahwa ketika pertama kali tiba di Portugal, ia langsung menemui Fernando Gomez. Gomez menyambut baik dan menunjukkan antusiasme untuk bekerjasama dengan Indonesia. Salah satu tawaran menarik dari Gomez adalah menyediakan pelatih berkualitas untuk Indonesia.

Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Paulo Bento, pelatih timnas Korea Selatan, adalah mantan pemain nasional Portugal dan salah satu pelatih terbaik yang bisa kami tawarkan,” kata Rudy. Meski begitu, Rudy mencatat bahwa hingga kini orientasi PSSI lebih condong ke Jerman dan Italia, mengabaikan potensi besar yang ditawarkan Portugal.

Rudy menjelaskan bahwa Portugal memiliki sistem pelatihan sepak bola yang sangat baik, yang memungkinkan mereka menghasilkan pemain-pemain top meski penduduknya hanya sekitar 10 juta orang. “Hampir semua klub top di Eropa memiliki pemain asal Portugal,” tambahnya. Rudy juga menyoroti seorang anak keturunan Indonesia-Inggris, Diego Ananda, yang saat ini diperebutkan oleh tiga klub besar Portugal. Diego saat ini memilih akademi Benfica yang terkenal.

Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Meski banyak potensi, Rudy mengakui bahwa tanggapan dari pihak Indonesia masih kurang serius. Beberapa klub di Indonesia seperti PSM Makassar dan Persita Tangerang sempat menunjukkan minat, namun tidak ada kelanjutan yang jelas. Hal ini membuat Rudy lebih selektif dalam menindaklanjuti kerjasama agar tidak kehilangan muka di hadapan klub-klub top Portugal.

Selain sepak bola, Rudy juga aktif dalam federasi bulutangkis Portugal. Ia membantu dengan menyediakan pelatih dari Indonesia untuk mengembangkan olahraga bulutangkis di sana. Rudy berharap bulutangkis dapat menjadi olahraga yang diminati oleh generasi muda Portugal, seperti halnya di Indonesia dan Spanyol.

Tags :

Membangun Hubungan Ekonomi dan Pariwisata antara Indonesia dan Portugal

Membangun Hubungan Ekonomi dan Pariwisata antara Indonesia dan Portugal

Membangun Hubungan Ekonomi dan Pariwisata antara Indonesia dan Portugal

July 18, 2024
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Rudy Alfonso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Rudy Alfonzo, Duta Besar Indonesia untuk Portugal, tentang hasil forum bisnis yang digelar di KBRI Portugal dan berbagai upaya diplomatik yang sedang dilakukan untuk memperkuat hubungan antara kedua negara.

Pada bulan Februari lalu, KBRI Portugal menyelenggarakan forum bisnis yang dihadiri oleh delegasi dari Kadin Indonesia, termasuk Wakil Ketua Kadin, Pak Tony Wenas, yang juga Presiden Direktur Freeport. Acara ini menjadi kesempatan pertama bagi Kadin Indonesia untuk berkunjung ke Portugal. Rudy Alfonzo menjelaskan bahwa pertemuan tersebut melibatkan interaksi antara pengusaha Indonesia dan Portugal, dengan fokus pada potensi kerjasama di berbagai sektor, termasuk pariwisata.

“Portugal memiliki pendapatan utama dari pariwisata, dengan 30 juta turis setiap tahun meskipun populasinya hanya 10 juta,” kata Rudy. Dia menekankan bahwa Indonesia perlu belajar dari Portugal dalam mengelola sektor pariwisata untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, yang saat ini baru mencapai sekitar 10 juta per tahun.

Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Rudy Alfonzo juga membahas faktor keamanan yang membuat Portugal menjadi salah satu negara Eropa paling aman untuk wisata. “Portugal sangat aman, tidak ada kasus pemerkosaan, penganiayaan, atau perampokan. Ini membuat turis merasa nyaman dan aman,” ujarnya. Selain itu, biaya hidup di Portugal relatif murah dibandingkan dengan negara Eropa lainnya, termasuk harga makanan pokok.

Pada 16 Mei, Rudy Alfonzo bertemu dengan Menteri Luar Negeri Portugal, Paulo Rangel, yang baru saja dilantik. Pertemuan ini berlangsung sekitar satu setengah jam, dengan diskusi yang sangat terbuka dan produktif. Rudy mengungkapkan bahwa Paulo Rangel, yang berlatar belakang sebagai advokat, sangat mudah diajak berdiskusi karena memiliki gaya komunikasi yang langsung dan to the point.

Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas berbagai kunjungan tingkat tinggi sebelumnya, seperti kunjungan Presiden Soekarno pada tahun 1960, Presiden SBY pada tahun 2014, dan Presiden Portugal Cavaco Silva ke Indonesia pada tahun 2012. Rudy menyampaikan harapannya agar kunjungan Presiden Joko Widodo ke Portugal dapat segera terwujud. Namun, ia juga menjelaskan tantangan yang dihadapi, termasuk prioritas internal dan anggaran pemerintah Portugal serta padatnya jadwal kunjungan Presiden Joko Widodo.

Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Rudy Alfonzo optimis bahwa hubungan antara Indonesia dan Portugal dapat terus berkembang melalui berbagai upaya diplomatik dan kerjasama bisnis. Dengan memanfaatkan pengalaman Portugal dalam mengelola pariwisata dan menjalin kerjasama di sektor-sektor strategis lainnya, Indonesia dapat meningkatkan kehadirannya di pasar internasional dan menarik lebih banyak investasi asing.

“Kita semua harus bekerja keras untuk menjaga iklim investasi yang menarik di dalam negeri,” kata Rudy. Dengan berbagai langkah konkret yang sudah dilakukan dan rencana-rencana yang akan datang, Rudy Alfonzo yakin bahwa hubungan ekonomi dan pariwisata antara Indonesia dan Portugal akan semakin kuat dan saling menguntungkan.

Tags :

Rudy Alfonso Ungkap Strategi Kolaborasi Bisnis Indonesia-Portugal

Rudy Alfonso Ungkap Strategi Kolaborasi Bisnis Indonesia-Portugal

Rudy Alfonso Ungkap Strategi Kolaborasi Bisnis Indonesia-Portugal

July 18, 2024
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Rudy Alfonso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Rudy Alfonso, Duta Besar Indonesia untuk Portugal, mengenai berbagai pertemuan penting dan peluang kolaborasi antara Indonesia dan Portugal. Diskusi ini mencakup berbagai topik, termasuk pembangunan infrastruktur, hubungan politik, pendidikan, dan pengembangan industri.

Rudy Alfonso mengungkapkan bahwa pertemuannya dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, adalah untuk menindaklanjuti hasil World Water Forum di Bali. Portugal, yang mendukung Indonesia sebagai tuan rumah forum tersebut, berencana untuk bekerja sama dalam pengelolaan air minum melalui perusahaan Agua Portugal. “Hal ini terkait dengan public service dan tugas Menteri PUPR,” ujar Rudy.

Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, Rudy membahas berbagai target kerja di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Portugal, menurut Rudy, telah berkomitmen untuk mendukung integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk melalui dukungan di forum internasional seperti PBB dan Uni Eropa.

Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Rudy Alfonso juga mengangkat peluang ekspor wine non-alkohol dari Portugal ke Indonesia. Dengan meningkatnya permintaan wine untuk sektor pariwisata di Indonesia, Rudy melihat potensi besar dalam kerja sama ini. “Portugal memproduksi wine yang sangat bervariasi dan murah, termasuk port wine yang hanya diproduksi di Portugal,” jelasnya.

Selain itu, Rudy menyoroti kerja sama budaya yang terus berjalan antara Indonesia dan Portugal. “Kita rutin memperkenalkan budaya Indonesia di Portugal, seperti angklung, kuliner, dan seni lainnya,” tambahnya. Salah satu kolaborasi yang menarik adalah antara Borobudur dan Monastery Batalia di Portugal.

Rudy Alfonso juga membahas pentingnya kerja sama di bidang pendidikan. Universitas Hasanuddin (Unhas) telah menandatangani MOU dengan Universitas Lisboa dan Universitas Porto. Rudy menyebut Universitas Coimbra, yang didirikan pada abad ke-13, sebagai salah satu universitas tertua di Portugal yang memiliki reputasi tinggi. “Kebanyakan pemerintah atau tokoh penting di Portugal adalah lulusan dari Coimbra atau Universitas Lisboa,” ungkapnya.

Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Namun, kendala bahasa menjadi tantangan bagi mahasiswa Indonesia. “S1 di sana harus menggunakan bahasa Portugis, sehingga mahasiswa kita lebih memilih ke Inggris atau Belanda. Saat ini, hanya ada sekitar 27 mahasiswa Indonesia yang mengambil S2 dan S3 di Portugal,” jelas Rudy.

Pertemuan dengan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, juga menjadi topik penting dalam diskusi. Rudy Alfonso, yang juga kolega Agus di Golkar, berdiskusi mengenai regulasi dan industri pertanian di Portugal. “Hasil pertanian di Portugal terbatas, tetapi mereka menjaga industri pertaniannya dengan baik,” kata Rudy. Ia berharap ada transfer teknologi dan investasi di sektor pengolahan hasil pertanian di Indonesia.

Tags :

Rudy Alfonso Bahas Sinergi Bisnis Indonesia-Portugal dan Tantangan Ekspor

Rudy Alfonso Bahas Sinergi Bisnis Indonesia-Portugal dan Tantangan Ekspor

Rudy Alfonso Bahas Sinergi Bisnis Indonesia-Portugal dan Tantangan Ekspor

July 17, 2024
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Rudy Alfonso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Pada episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Rudy Alfonso, Duta Besar Indonesia untuk Portugal, tentang potensi kolaborasi bisnis antara kedua negara. Diskusi ini mengungkap berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi dalam mengoptimalkan hubungan ekonomi Indonesia-Portugal.

Rudy Alfonso memulai dengan membahas sejarah hubungan Indonesia-Portugal yang sempat tegang karena isu Timor Leste. Namun, setelah Timor Leste merdeka pada tahun 1999, hubungan kedua negara kembali normal. “Hubungan kita menjadi normal kembali sejak tahun 2000, dimulai dari zaman Pak Habibi dan Gus Dur,” ujar Rudy.

Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Dalam konteks perdagangan, Rudy menyoroti bagaimana konflik Rusia-Ukraina memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengekspor produk minyak kelapa sawit (palm oil). “Minyak matahari dari Ukraina tidak bisa masuk sehingga bisa di-replace dengan palm oil dari Indonesia,” jelasnya. Namun, perang Israel-Palestina baru-baru ini mengubah jalur pelayaran dan membuat biaya logistik menjadi lebih mahal, mengakibatkan penundaan dalam kontrak perdagangan.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah regulasi dalam negeri yang membatasi ekspor biodiesel. Rudy menjelaskan bahwa ada peluang besar jika investor asing dapat membangun refinery di Indonesia. “Saat ini, yang menikmati itu Singapura dan Malaysia. Mereka beli limbah dari sini, produksi di sana, lalu diekspor ke Eropa dengan harga mahal,” katanya. Rudy juga menyebutkan bahwa ia akan membahas masalah ini dengan Menteri Perdagangan untuk mencari solusi.

Rudy menekankan pentingnya biodiesel dalam konteks isu lingkungan dan penggantian bahan bakar fosil. Ia berpendapat bahwa jika regulasi ekspor biodiesel bisa dilonggarkan, bukan hanya investor asing yang tertarik, tetapi juga pengusaha lokal. “Keuntungan pasti lebih besar jika refinery dibangun di sini,” ujarnya.

Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rudy Alfonso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Selain biodiesel, Rudy juga membahas potensi besar kopi Indonesia di pasar Portugal. “Konsumsi kopi di Portugal sangat tinggi. Importir kopi terbesar di Portugal adalah Brazil dan Indonesia,” jelasnya. Rudy menyebutkan bahwa sudah ada penandatanganan MOU senilai 40 juta USD untuk ekspor kopi Indonesia ke Portugal.

Eddy Wijaya menyinggung asal Rudy Alfonso dari Mamasa dan potensi kopi Mamasa di pasar internasional. Rudy menyambut baik ide tersebut dan sedang mengusahakan promosi kopi Mamasa. “Saya sedang berusaha menjual kopi Mamasa dan akan ada misi yang saya undang untuk ikut dalam festival kopi Indonesia di Portugal,” katanya.

Tags :

Hikmahanto Juwana Ungkap Soal Tantangan IKN dan Strategi Politik Internasional Prabowo

Hikmahanto Juwana Ungkap Soal Tantangan IKN dan Strategi Politik Internasional Prabowo

Hikmahanto Juwana Ungkap Soal Tantangan IKN dan Strategi Politik Internasional Prabowo

July 15, 2024
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hikmahanto Juwana. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Pada episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Hikmahanto Juwana, seorang pakar hukum internasional, tentang berbagai isu strategis, termasuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan kebijakan politik internasional di masa depan. Diskusi ini menggali pandangan Hikmahanto mengenai dinamika investasi, kebijakan luar negeri, dan pengalaman pribadinya yang mempengaruhi pemikirannya.

Hikmahanto memulai dengan membahas proyek IKN yang menurutnya memerlukan waktu lama dan biaya besar. Meski begitu, ia melihat proyek ini sebagai upaya untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan membuka lapangan pekerjaan. “IKN itu bukan urusan setahun dua tahun, ini bisa bertahun-tahun,” jelas Hikmahanto. Namun, ia juga menggarisbawahi tantangan utama dalam pembiayaan proyek ini, terutama jika hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Eddy Wijaya kemudian menyinggung upaya pemerintah untuk menarik investor. Hikmahanto setuju bahwa investor adalah kunci, namun ia menekankan perlunya kepastian hukum terkait status tanah yang akan digunakan. “Investor mau investasi tidak hanya untuk satu dua tahun, tapi sampai 200-300 tahun,” ungkapnya.

Mengenai kebijakan politik internasional di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, Hikmahanto menyebutkan empat poin utama. Pertama, ia menegaskan pentingnya prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif. “Kita harus tetap berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri bebas aktif,” kata Hikmahanto. Prabowo, menurutnya, akan menjaga jarak yang sama dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Cina.

Kedua, Hikmahanto memuji kemampuan Prabowo dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan dunia internasional tanpa kendala bahasa. “Beliau sangat lihai menyampaikan apa yang ada di dalam benaknya dengan bahasa yang bisa ditangkap,” ujar Hikmahanto.

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ketiga, Hikmahanto melihat Prabowo sebagai figur yang dapat memainkan peran penting dalam mediasi konflik internasional, seperti konflik antara Ukraina dan Rusia. “Kita sebagai penyelamat muka,” katanya, menggambarkan potensi Indonesia sebagai mediator yang dihormati.

Terakhir, Hikmahanto menyoroti kemungkinan peningkatan investasi dari Timur Tengah, mengingat jaringan dan pengalaman Prabowo di kawasan tersebut. “Pak Prabowo akan bisa melihat potensi Timur Tengah yang selama ini belum kita garap secara bagus,” jelasnya.

Tags :

Kritik Hikmahanto Juwana Terhadap Sikap Amerika Serikat dan Nasionalisme Indonesia

Kritik Hikmahanto Juwana Terhadap Sikap Amerika Serikat dan Nasionalisme Indonesia

Kritik Hikmahanto Juwana Terhadap Sikap Amerika Serikat dan Nasionalisme Indonesia

July 12, 2024
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hikmahanto Juwana. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya mengundang pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana, untuk membahas berbagai isu terkini, termasuk kecelakaan helikopter yang menimpa presiden Iran. Diskusi ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika geopolitik dan nasionalisme, serta kritik terhadap sikap Amerika Serikat dalam konteks kecelakaan tersebut.

Eddy Wijaya memulai dengan menanyakan pandangan Hikmahanto tentang kecelakaan helikopter presiden Iran. Hikmahanto menekankan pentingnya menunggu hasil investigasi sebelum mengambil kesimpulan. “Segala sesuatu harus kita serahkan kepada tim investigasi,” kata Hikmahanto. Ia mengakui bahwa tim investigasi Iran sudah dikerahkan dan akan memeriksa berbagai kemungkinan seperti human error, cuaca, masalah teknis, atau sabotase.

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hikmahanto juga mengkritik penolakan Amerika Serikat untuk bekerja sama dalam investigasi karena helikopter yang digunakan adalah buatan Amerika Serikat. “Langsung Joe Biden bilang enggak mau,” ungkapnya. Hikmahanto menyayangkan sikap ini, mengaitkannya dengan dukungan Amerika Serikat terhadap Israel dan menilai bahwa hal ini menunjukkan kemunafikan Amerika Serikat.

Dalam diskusi tersebut, Hikmahanto juga menekankan pentingnya Indonesia untuk berdiri sendiri dan memiliki sikap yang tegas dalam menghadapi negara-negara lain. “Kita sebagai sebuah bangsa harus berdiri sendiri,” ujarnya. Ia memuji Prabowo Subianto yang memiliki pandangan serupa, yaitu mengutamakan kemandirian dan tidak tergantung pada negara lain.

Eddy Wijaya dan Hikmahanto juga berbicara tentang pengalaman pribadi Hikmahanto yang membentuk nasionalismenya. Hikmahanto bercerita tentang masa kecilnya di Amerika Serikat, di mana ia mengalami perlakuan diskriminatif yang membuatnya lebih menghargai identitasnya sebagai orang Indonesia. “Sejak saat itu saya bilang stop saya sama Amerika Serikat. Saya kepengen sebagai orang Indonesia,” tegasnya.

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hikmahanto menekankan bahwa meskipun belajar di luar negeri, perspektifnya tetap harus sebagai orang Indonesia. Ia mengkritik negara-negara yang menggunakan utang sebagai alat untuk mengendalikan negara lain. “Prinsip saya adalah kita tidak boleh pinjam yang kemudian berpotensi untuk kita didikte,” jelasnya.

Diskusi ini juga menyinggung tentang peran hukum internasional dan bagaimana dalam masyarakat internasional, kekuatan masih sering kali lebih berpengaruh daripada keadilan. “Dalam masyarakat internasional yang masih berlaku adalah bukan hukum internasional tapi hukum riba. Siapa yang kuat dialah yang benar,” ujar Hikmahanto. Ia mencontohkan bagaimana Israel merasa di atas hukum karena dukungan dari Amerika Serikat.

Tags :

Tanggapan Hikmahanto Juwana dengan Sikap Prabowo yang Melunak terhadap Tiongkok

Tanggapan Hikmahanto Juwana dengan Sikap Prabowo yang Melunak terhadap Tiongkok

Tanggapan Hikmahanto Juwana dengan Sikap Prabowo yang Melunak terhadap Tiongkok

July 11, 2024
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hikmahanto Juwana. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya mengundang pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana, untuk membahas perubahan sikap Prabowo Subianto terhadap Tiongkok serta tantangan geopolitik yang dihadapi Indonesia dalam menjaga keseimbangan hubungan dengan kekuatan besar dunia. Diskusi ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia dipengaruhi oleh dinamika internasional.

Hikmahanto Juwana menjelaskan bahwa Prabowo, yang pada pemilihan presiden 2014 dan 2019 bersikap tegas terhadap Tiongkok, kini menunjukkan pendekatan yang lebih melunak. “Dulu Pak Prabowo sangat anti terhadap Tiongkok karena khawatir kita bisa dikuasai oleh Tiongkok melalui hutang dan ketergantungan ekonomi,” jelas Hikmahanto. Namun, kini Prabowo tampak lebih membuka diri terhadap hubungan yang baik dengan semua negara, termasuk Tiongkok.

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Hikmahanto, salah satu alasan utama ketegangan dengan Tiongkok adalah kekhawatiran bahwa negara-negara penerima hutang, seperti Indonesia, bisa dipaksa menerima tenaga kerja dan kontraktor dari Tiongkok. Ini menimbulkan kecemburuan di kalangan pekerja lokal. “Mereka lebih terampil dan efisien, tapi ini menimbulkan ketidakpuasan di negara-negara tempat mereka bekerja, termasuk Indonesia,” tambahnya.

Prabowo kini tampak mendekati kebijakan yang lebih seimbang, berusaha menjaga hubungan baik dengan Tiongkok di bidang ekonomi namun tetap mengutamakan hubungan pertahanan dengan Amerika Serikat. “Prabowo mungkin berpikir secara ekonomi kita bisa dekat dengan Tiongkok, tapi untuk pertahanan kita lebih baik dekat dengan Amerika,” ujar Hikmahanto.

Selain itu, Hikmahanto juga membahas tantangan dalam memperoleh Transfer of Technology (TOT) dari negara-negara maju. Meskipun TOT terlihat menguntungkan, negara-negara pemilik teknologi biasanya enggan memberikan teknologi mutakhir yang dapat membuat penerima menjadi pesaing di masa depan. “Kita harus merampas teknologi dan melakukan improvisasi, seperti yang dilakukan oleh Israel dan Jepang,” tegas Hikmahanto.

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Dalam konteks hubungan diplomatik, Indonesia mengakui People’s Republic of China (PRC) dan bukan Republic of China (Taiwan). Hubungan dengan Taiwan hanya terbatas pada perdagangan melalui Kamar Dagang. “Indonesia tidak mengakui ROC dan hanya memiliki hubungan perdagangan dengan Taiwan,” jelas Hikmahanto.

Diskusi ini juga menyentuh bagaimana Tiongkok telah berkembang pesat dalam teknologi, bahkan melampaui Amerika Serikat dalam beberapa aspek. “Cina telah maju pesat dalam teknologi, termasuk industri pertahanan. Ini membuat Amerika Serikat khawatir,” ungkap Hikmahanto Juwana.

Tags :

Hikmahanto Juwana Mengulas Konflik Tiongkok dan Taiwan

Hikmahanto Juwana Mengulas Konflik Tiongkok dan Taiwan

Hikmahanto Juwana Mengulas Konflik Tiongkok dan Taiwan

July 9, 2024
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hikmahanto Juwana. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana, mengenai konflik Tiongkok dengan Taiwan dan peran Amerika Serikat dalam ketegangan tersebut. Hikmahanto memberikan penjelasan historis serta konteks geopolitik yang memperjelas dinamika antara kedua negara tersebut.

Menurut Hikmahanto, konflik antara Tiongkok dan Taiwan berakar pada runtuhnya kekaisaran Tiongkok, yang kemudian digantikan oleh pemerintahan nasionalis. “Setelah kekaisaran Tiongkok runtuh, pemerintahan nasionalis berkuasa. Namun, pada tahun 1970-an, komunis mengambil alih pemerintahan dan pemerintahan nasionalis lari ke pulau Taiwan, mendirikan Republic of China,” jelas Hikmahanto.

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Amerika Serikat, awalnya mengakui Republic of China (Taiwan) sebagai representasi Tiongkok. Namun, pada tahun 1971-1972, Amerika mengubah pengakuannya menjadi People’s Republic of China (China). Hikmahanto menambahkan, “Amerika mengakui China karena Tiongkok yang besar lebih signifikan secara geopolitik.”

Ketegangan semakin meningkat ketika Taiwan yang didukung Amerika Serikat, seringkali mengancam untuk mendeklarasikan kemerdekaannya. “Setiap kali ada Pemilu di Taiwan, selalu ada ancaman deklarasi kemerdekaan. Ini membuat People’s Republic of China marah dan sering melakukan latihan militer sebagai ancaman langsung,” ungkap Hikmahanto.

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Amerika Serikat memainkan peran besar dalam mendukung Taiwan, terutama melalui penjualan senjata. “Amerika hidup dari industri pertahanan. Penjualan senjata ke Taiwan dan negara lain sangat penting bagi perekonomian mereka,” kata Hikmahanto. Ia juga menyoroti bagaimana kebijakan luar negeri Amerika terkait dengan industri pertahanan, mempengaruhi hubungan internasional dan diplomasi.

Indonesia, seperti banyak negara lain, mengakui People’s Republic of China dan bukan Republic of China. “Indonesia mengakui PRC dan bukan ROC. Kami hanya memiliki hubungan perdagangan dengan Taiwan melalui Kamar Dagang,” jelas Hikmahanto.

Tags :