Iqbal Ramadhan Berharap Hukum sebagai Alat Keadilan Bukan Kekuasaan

Iqbal Ramadhan Berharap Hukum sebagai Alat Keadilan Bukan Kekuasaan

Iqbal Ramadhan Berharap Hukum sebagai Alat Keadilan Bukan Kekuasaan

September 12, 2024
Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Machica Mochtar. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Channel YouTube EdShareOn merupakan channel yang sering kali mengangkat isu-isu sosial dan keadilan, kali ini menghadirkan wawancara eksklusif antara Eddy Wijaya, pendiri EdShareOn, dengan Iqbal Ramadhan, seorang aktivis muda. Dalam wawancara ini, Iqbal berbicara mengenai pandangannya tentang peran hukum di Indonesia dan pengalamannya berhadapan langsung dengan ketidakadilan.

Iqbal Ramadhan memulai dengan menyampaikan pandangannya bahwa hukum seharusnya menjadi alat untuk mencapai keadilan, bukan sebaliknya, menjadi alat untuk memperkaya diri atau memperkuat kekuasaan. “Hukum itu kan salah satu tools atau alat untuk mencapai keadilan. Dia hanya menjadi alat tapi yang sering saya lihat justru sebaliknya hukum kemudian dijadikan alat untuk memperkaya diri, memperkuat kekuasaan dan sebagainya,” ungkap Iqbal. Ia menyoroti bagaimana hukum di Indonesia sering kali tidak berpihak pada masyarakat kecil, yang justru menjadi korban ketidakadilan.

Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Dalam wawancara tersebut, Eddy Wijaya menanyakan perasaan Iqbal saat harus berhadapan dengan hukum sebagai seorang warga biasa tanpa menggunakan pengaruh keluarganya, meskipun ia memiliki latar belakang yang dapat “melindungi” dirinya. Iqbal memilih untuk tidak mengungkapkan siapa dirinya sebenarnya saat ia mengalami tindakan kekerasan, karena ia ingin merasakan bagaimana menjadi masyarakat biasa yang sering kali terpinggirkan oleh hukum. “Saya ingin tahu bagaimana rasanya ketika kita jadi masyarakat yang tidak mempunyai latar belakang yang bagus itu yang baik kemudian kita tidak mempunyai keluarga yang berkuasa,” kata Iqbal.

Pengalaman tersebut tidaklah ringan, bahkan menyebabkan cedera fisik bagi Iqbal. Namun, ia tetap tegar dan tidak menyesali keputusannya. Dalam hal ini, sang ibu, Machica Mochtar juga mengungkapkan kekhawatirannya sebagai seorang ibu. Iqbal juga mengungkapkan bahwa meskipun pengalaman tersebut berat, ia tidak akan berhenti berjuang untuk keadilan.

Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Iya masih tetap itu bagian dari partisipasi publik dan pemerintah dan DPR gitu perlu memang untuk tetap diawasi,” tegas Iqbal saat ditanya apakah ia akan terus melakukan aksi protes di masa depan.

Mengenai cita-citanya, Iqbal sejak kecil bercita-cita menjadi presiden, meskipun kini ia lebih realistis dan menganggapnya sebagai harapan, bukan cita-cita. Namun, Eddy Wijaya menyemangati Iqbal untuk terus berjuang dan tidak menutup kemungkinan bahwa suatu hari ia bisa menjadi pemimpin yang membela rakyat kecil.

Iqbal saat ini tengah menyelesaikan pendidikan S2 hukum di Universitas Al Azhar dan berencana untuk melanjutkan pendidikannya lebih lanjut, baik di dalam negeri maupun luar negeri, tergantung situasi. Baginya hukum adalah alat yang dapat membongkar ketidakadilan dan memberikan kepastian kepada masyarakat.

Tags :

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Machica Mochtar Ungkap Kekhawatirannya Saat Iqbal Ramadhan Ikut Demonstrasi

Machica Mochtar Ungkap Kekhawatirannya Saat Iqbal Ramadhan Ikut Demonstrasi

Machica Mochtar Ungkap Kekhawatirannya Saat Iqbal Ramadhan Ikut Demonstrasi

September 11, 2024
Machica Mochtar saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Machica Mochtar. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam wawancara eksklusif di podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Iqbal Ramadhan dan ibunya, Machica Mochtar membahas tentang mengenai pengalaman Iqbal saat mengikuti aksi demonstrasi yang berujung pada penahanannya oleh aparat keamanan. Meskipun situasi tersebut cukup menegangkan, Iqbal tetap tegar dan menunjukkan dedikasinya sebagai mahasiswa yang memperjuangkan kebenaran.

Machica Mochtar menceritakan kekhawatirannya ketika Iqbal tidak mengizinkannya ikut dalam demonstrasi tersebut. “Saya bilang saya ikut, anak saya nggak ngasih. ‘Nggak Bunda, nggak boleh ikut. Ini demonya keras.’ Jadi saya pikir anak saya nggak ngasih, ya sudah,” ungkap Machica.

Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Keteguhan hati Iqbal terlihat jelas saat ia menceritakan bagaimana dirinya menghadapi situasi di lapangan. Meski sempat mengalami kekerasan dan intimidasi, Iqbal tetap berusaha menjaga ketenangan dan fokus pada tujuan awalnya. “Sebenarnya kalau tahu atau nggaknya aku sudah sedikit lupa karena hantamannya terlalu banyak. Tapi seingat saya waktu saya berdiri jalan itu sudah mulai merasakan banyak air di hidung,” kata Iqbal saat mengenang momen tersebut.

Iqbal juga berbicara tentang peran penting mahasiswa dalam demokrasi. Baginya, demonstrasi adalah bagian dari partisipasi publik yang harus dilakukan dengan damai. “Kalau suka sebenarnya lebih tepatnya beberapa kali coba menyampaikan aspirasi ke jalan. Itu kan kalau menurut kami biasa mahasiswa bagian dari partisipasi publik,” jelasnya.

Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Peran Iqbal tidak hanya sebatas demonstran, tetapi juga sebagai penasihat hukum bagi teman-temannya yang ditahan. “Ditahan baru kali ini, tapi sebelumnya kalau demo sama teman, teman itu ditahan saya yang dampingi,” ungkapnya. Hal ini menunjukkan komitmen Iqbal untuk melindungi hak-hak rekan-rekannya serta memperjuangkan keadilan.

Di balik semua itu, ada satu pesan penting yang selalu disampaikan oleh Iqbal kepada ibunya dan juga kepada seluruh masyarakat. “Saat demonstrasi, hal yang paling utama adalah mengamankan diri kita sendiri ketika terjadi kerusuhan,” ujar Iqbal, mengingatkan bahwa keselamatan diri adalah prioritas.

Tags :

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kronologi Iqbal Ramadhan Mengalami Kekerasan Saat Aksi Demonstrasi

Kronologi Iqbal Ramadhan Mengalami Kekerasan Saat Aksi Demonstrasi

Kronologi Iqbal Ramadhan Mengalami Kekerasan Saat Aksi Demonstrasi

September 10, 2024
Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Iqbal Ramadhan. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Iqbal Ramadhan menceritakan pengalamannya saat mengikuti aksi demonstrasi. Iqbal Ramadhan menceritakan bagaimana ia menjadi korban kekerasan oleh oknum aparat keamanan ketika berusaha melindungi temannya yang terlibat dalam aksi tersebut.

Iqbal menceritakan bahwa saat demonstrasi berlangsung, situasi tiba-tiba menjadi kacau setelah pagar DPR RI jebol, yang menyebabkan massa aksi berhamburan masuk. “Pada saat itu, saya melihat ada perlawanan dari pihak aparat untuk mengamankan mungkin komplek DPR itu kemudian ada massa aksi yang lari keluar kemudian ada yang masuk lagi jadi tarik ulur gitu antara massa aksi dengan pihak keamanan,” ucap Iqbal.

Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ia merasa khawatir akan keselamatan temannya, yang pada kejadian serupa tahun 2019, mengalami luka parah. Karena itu, ia memberanikan diri untuk memastikan kondisi temannya. Iqbal tidak ingin kejadian tersebut terulang kembali.

“Akhirnya waktu itu saya coba memberanikan diri untuk masuk dan memastikan apakah itu teman saya benar atau bukan. Soalnya yang saya takutkan adalah ketika teman saya tertangkap bisa jadi mendapatkan apa kekerasan dari pihak keamanan. Karena sewaktu 2019 pernah salah satu teman dekat saya mengalami kepalanya pecah. Jadi sempat koma kalau tidak salah selama satu bulan,” tuturnya.

Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Iqbal Ramadhan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Akhirnya saya coba memberanikan diri masuk, tidak lama setelah saya masuk tiba-tiba ada lemparan batu dari kedua belah pihak dari pihak keamanan dan juga pihak demonstran. Jadi aku coba mengamankan diri ke arah sebelah kiri karena titik lempar lemparan batunya itu kan ekskalasinya paling tinggi itu di gerbang yang rubuh. Kemudian tiba-tiba ada beberapa pihak keamanan yang mengejar saya. saya mutar balik badan sambil saya mengatakan ke demonstran lainnya pegangan-pegangan kita buat border. Upaya ini adalah untuk menunjukkan Kalau saya itu dengan kawan-kawan lainnya akan bersifat koperatif dan tidak melakukan perlawanan apapun,” lanjutnya.

Namun, hal ini tidak menghindarkannya dari kekerasan. Saat Iqbal meminta didampingi keluar karena khawatir akan keselamatannya, ia justru dipaksa jongkok, ditendang, dan dipukul oleh aparat yang tidak berseragam. “Ketika saya mengatakan ingin mendampingi teman, tiba-tiba ada salah satu pihak dari aparat keamanan yang menyuruh saya jongkok dan membuka celana. Tidak lama berselang, tiba-tiba ada yang menarik rambut saya dari belakang terus menempeleng saya. Bahkan tidak lama justru sepatunya kakinya yang mengarah ke muka saya,” ungkapnya.

Tags :

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto, Membedah Peran Intelijen dan Tantangan Politik di Indonesia

Soleman B. Ponto, Membedah Peran Intelijen dan Tantangan Politik di Indonesia

Soleman B. Ponto, Membedah Peran Intelijen dan Tantangan Politik di Indonesia

September 6, 2024
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Soleman B. Ponto. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn yang dipandu oleh Eddy Wijaya berbincang dengan Soleman B. Ponto, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS). Pada kesempatan tersebut, Soleman B. Ponto memberikan pandangan mendalam mengenai peran intelijen dan dinamika politik di Indonesia, khususnya menjelang peralihan pemerintahan ke Prabowo-Gibran.

Ketika ditanya mengenai kondisi intelijen Indonesia saat ini, Soleman B. Ponto menekankan bahwa menilai keberhasilan intelijen bukanlah hal yang mudah. Menurutnya, penilaian hanya bisa dilakukan oleh atasan yang memberikan perintah langsung kepada agen intelijen. “Intelijen bekerja berdasarkan Unsur Utama Keterangan (UUK) yang diberikan oleh atasan kepada intelijennya. Yang tahu berhasil atau tidak adalah pimpinannya,” jelasnya.

Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Soleman juga menyoroti pentingnya memberikan apa yang diminta oleh atasan, tanpa melebihi atau mengurangi. “Misalkan atasan minta kambing, ya kita kasih kambing, tidak boleh kita kasih sapi,” tambahnya.

Perbincangan ini juga menyentuh dinamika politik yang terjadi menjelang Pilkada. Soleman B. Ponto mengingatkan bahwa proses demokrasi yang baik harus berjalan sesuai aturan yang telah disepakati. “Ketika MK sudah memutuskan sesuatu, seharusnya itu yang diikuti, bukan malah mencoba bergerilya dengan keputusan lain,” tegasnya.

Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Mengenai pemerintahan Prabowo-Gibran yang akan datang, Soleman memberikan pandangan yang seimbang. Menurutnya, efektivitas pemerintahan akan sangat bergantung pada bagaimana keduanya mengelola pemerintah dan memimpin intelijen. Namun, dia juga menekankan bahwa gaya kepemimpinan Prabowo sebagai mantan militer akan berbeda signifikan dari gaya kepemimpinan sipil seperti Jokowi. “Orang akan bekerja berdasarkan di mana dia dibesarkan dan dipengaruhi oleh lingkungannya,” ujarnya.

Soleman juga menjelaskan bahwa perbedaan antara kepemimpinan militer dan sipil tidak bisa dihindari. Kepemimpinan militer yang lebih tegas dan terstruktur bisa membawa perubahan, namun bisa juga menimbulkan resistensi dari kalangan sipil yang terbiasa dengan gaya kepemimpinan yang lebih fleksibel. “Bagi aku, ya senang karena kita militer. Tapi bagi orang sipil mungkin kok diperintah-perintah kayak begitu enggak bisa, ya memang itu risiko,” tambah Soleman.

Tags :

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto, Tantangan Penegakan Hukum di Laut

Soleman B. Ponto, Tantangan Penegakan Hukum di Laut

Soleman B. Ponto, Tantangan Penegakan Hukum di Laut

September 5, 2024
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Soleman B. Ponto. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam sebuah wawancara eksklusif di podcast EdShareOn yang dipandu oleh Eddy Wijaya, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS), Laksamana Muda TNI (Purn.) Soleman B. Ponto, memberikan pandangan tajam mengenai permasalahan dan tantangan penegakan hukum di laut Indonesia. Berdasarkan pengalamannya di Angkatan Laut dan pemahamannya yang mendalam mengenai hukum kelautan, Ponto menyoroti berbagai isu yang selama ini menghambat efektivitas penegakan hukum maritim di Indonesia.

Menurut Ponto, masalah utama dalam penegakan hukum di laut Indonesia adalah belum adanya satu otoritas tunggal yang berfungsi sebagai koordinator. Pasal 277 Ayat 2 dari Undang-Undang 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran sebenarnya telah mengamanatkan pembentukan koordinator penegakan hukum di laut. “Di laut itu banyak pelanggaran, setiap pelanggaran ada undang-undangnya masing-masing,” jelas Ponto, seraya menambahkan bahwa pelanggaran tersebut bisa mencakup berbagai aspek seperti perikanan, penyelundupan, hingga masalah imigrasi.

Ia menegaskan pentingnya pembentukan Indonesia Coast Guard sebagai koordinator penegakan hukum, yang hingga kini belum terwujud. Padahal, menurutnya, Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan transformasi Badan Keamanan Laut (Bakamla) menjadi Indonesia Coast Guard sejak tahun 2014. “Presiden sudah perintahkan, tapi sampai hari ini belum terjadi,” ungkap Ponto.

Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Soleman B. Ponto juga menyoroti dampak ekonomi dari ketidakpastian hukum di laut, terutama bagi industri pelayaran dan asuransi. Ia mencontohkan bahwa penahanan kapal di tengah laut, apalagi jika kapal tersebut membawa muatan mudah rusak seperti es atau es krim, dapat menimbulkan kerugian besar. “Kalau asuransi naik, air putih pun jadi mahal gara-gara penegakan hukum di laut tidak benar,” tuturnya.

Ponto juga mengkritisi penggunaan istilah Pengawas Pelayaran dalam revisi terbaru undang-undang terkait. Ia menegaskan bahwa di tingkat internasional, istilah yang tepat adalah Coast Guard, bukan pengawas pelayaran, yang menurutnya tidak dikenal dalam terminologi maritim internasional.

Terkait illegal fishing, Ponto menjelaskan bahwa penegakan hukum terhadap pelanggaran perikanan memiliki undang-undang yang berbeda, yakni Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Ia menekankan pentingnya memahami perbedaan antara kapal pengangkut barang dan kapal penangkap ikan, serta perlunya izin bagi kapal asing yang menangkap ikan di perairan Indonesia. “Penangkapan atas kapal ikan bukan karena dia asing atau domestik, tapi karena dia tidak punya izin penangkapan ikan,” tegas Ponto.

Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ketika ditanya mengenai kebijakan penenggelaman kapal yang populer di masa Menteri Susi Pudjiastuti, Ponto dengan tegas menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak efektif dan merugikan lingkungan. “Berapa banyak telur ikan yang akan mati akibat ledakan itu? Kita membunuh diri sendiri dengan meledakkan kapal,” ujarnya dengan penuh keprihatinan. Ia menyarankan agar kapal-kapal pelanggar hukum sebaiknya dilelang atau dimanfaatkan untuk patroli, daripada dihancurkan.

Ponto juga menyoroti pentingnya mengikuti aturan internasional dalam penegakan hukum maritim. Ia mencontohkan bahwa tindakan barbar seperti penenggelaman kapal justru bisa merusak reputasi Indonesia di mata dunia internasional. Menurutnya, Indonesia sebagai bangsa yang beradab harus memperlihatkan sikap yang sesuai dengan hukum dan norma internasional.

Tags :

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto Mengupas Soal Kebocoran Data Nasional dan Judol

Soleman B. Ponto Mengupas Soal Kebocoran Data Nasional dan Judol

Soleman B. Ponto Mengupas Soal Kebocoran Data Nasional dan Judol

September 4, 2024
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Soleman B. Ponto. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn yang dipandu oleh Eddy Wijaya, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis, Soleman B. Ponto, berbicara tentang sejumlah isu penting yang sedang hangat diperbincangkan, termasuk kebocoran data nasional dan perjudian online. Dalam wawancara tersebut, Soleman memberikan pandangan kritis dan berwawasan, yang menyoroti masalah keamanan data serta upaya pencegahan terhadap ancaman cyber dan perjudian online.

Eddy Wijaya membuka diskusi dengan membahas kebocoran data yang melibatkan Pusat Data Nasional (PDN) dan kemungkinan bocornya data intelijen yang dijual di dark web. Soleman, yang skeptis terhadap klaim bocornya data intelijen, menyoroti bahwa masalah sebenarnya adalah ketidakamanan data yang disimpan di tempat yang seharusnya sementara, bukan di PDN yang sepenuhnya siap. Ia menekankan pentingnya memiliki pengawasan independen untuk memastikan keamanan data di PDN, mengingat bahwa tanpa pengawasan yang memadai, kebocoran data mungkin terjadi karena kelemahan dalam sistem.

Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Soleman juga menjelaskan metode-metode keamanan yang digunakan selama masa jabatannya, termasuk penggunaan komputer yang sepenuhnya terputus dari jaringan untuk menjaga kerahasiaan data. Menurutnya, data yang paling penting tidak mudah diakses oleh pihak luar, dan data yang bocor biasanya adalah data administratif yang kurang penting.

Pembicaraan berlanjut ke isu lain yang tak kalah penting, yaitu judi online. Eddy Wijaya menanyakan pandangan Soleman tentang meningkatnya jumlah korban judi online di Indonesia. Soleman menjawab dengan tegas bahwa mereka yang disebut sebagai korban sebenarnya adalah pelaku yang sadar akan risiko yang diambil.

Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Soleman B. Ponto mengkritik bahwa judi online telah diatur dengan sistem yang dirancang untuk membuat pemain kalah lebih banyak daripada menang. Soleman juga mengungkapkan pesimismenya terhadap upaya pemerintah untuk menghentikan judi online, mengingat perputaran uang yang besar dan peminat yang datang dari seluruh dunia.

Tags :

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto, Pentingnya Pengawasan Intelijen dalam Deradikalisasi

Soleman B. Ponto, Pentingnya Pengawasan Intelijen dalam Deradikalisasi

Soleman B. Ponto, Pentingnya Pengawasan Intelijen dalam Deradikalisasi

September 3, 2024
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Soleman B. Ponto. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam sebuah wawancara dengan Eddy Wijaya di podcast EdShareON, Soleman B. Ponto, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis, topik yang diangkat adalah tentang remisi yang diberikan kepada narapidana teroris pada momen peringatan 17 Agustus lalu. Eddy Wijaya mengawali diskusi dengan menanyakan pandangan Soleman B. Ponto tentang narapidana teroris yang kembali ke pangkuan NKRI setelah membuat ikrar.

Soleman B. Ponto menjelaskan bahwa proses remisi dan pengembalian narapidana ke masyarakat bukanlah akhir dari tugas negara. Menurutnya, di samping langkah hukum yang sudah selesai, perlu ada pengawasan berkelanjutan terhadap para mantan narapidana ini, yang harus dilakukan secara rahasia oleh intelijen. Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa mereka tidak lagi terpengaruh oleh paham radikal. Soleman menekankan bahwa pengawasan semacam ini adalah kunci untuk memastikan keselamatan publik dan mencegah kembalinya ancaman terorisme.

Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Eddy Wijaya kemudian menanyakan lebih lanjut mengenai kebijakan deradikalisasi yang saat ini diterapkan. Menariknya, Soleman mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap istilah deradikalisasi. Ia lebih memilih istilah ‘penyamaan pendapat’, yang menurutnya lebih efektif dalam menghilangkan kesan superioritas satu pihak atas pihak lainnya. Menurut Soleman, istilah deradikalisasi cenderung menciptakan resistensi dan tidak efektif dalam mencapai tujuan jangka panjang.

Dalam konteks ini, Soleman juga membahas WNI yang tergabung dengan ISIS. Ia menekankan bahwa WNI yang telah berjuang untuk negara asing secara otomatis kehilangan status kewarganegaraan Indonesia. Oleh karena itu, jika mereka ingin kembali ke Indonesia, mereka harus melalui proses naturalisasi seperti halnya pemain sepak bola asing yang ingin menjadi WNI.

Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Soleman B. Ponto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Lebih lanjut, Soleman B. Ponto mengingatkan bahwa intelijen memiliki peran penting dalam pengawasan terhadap mereka yang kembali dari medan perang, terutama untuk memastikan bahwa mereka tidak menyebarkan paham radikal di masyarakat. Eddy Wijaya juga menyinggung soal kemungkinan ISIS sudah melemah, mengingat banyak anggotanya yang memilih untuk kembali. Soleman setuju bahwa kepulangan mereka menunjukkan lemahnya daya tarik ISIS saat ini, namun tetap menggarisbawahi pentingnya pengawasan berkelanjutan.

Tags :

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kris Dayanti Bicara Tentang Karier Musik dan Politik

Kris Dayanti Bicara Tentang Karier Musik dan Politik

Kris Dayanti Bicara Tentang Karier Musik dan Politik

August 29, 2024
Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kris Dayanti. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam sebuah wawancara eksklusif di EdShareOn, Kris Dayanti berbincang dengan Eddy Wijaya tentang berbagai aspek kehidupannya yang dinamis sebagai seorang penyanyi dan politisi. Dalam percakapan ini, Kris Dayanti berbagi tentang bagaimana dia mengelola waktunya antara panggung musik dan karier politik, serta rencananya jika terpilih sebagai Walikota Kota Batu.

Eddy Wijaya membuka diskusi dengan menanyakan bagaimana Kris Dayanti, yang sering tampil di berbagai konser musik, dapat mengatur waktunya terutama saat menjelang Pilkada. “Mbak Yanti kan belakangan rajin ikut konser musik nih. Terakhir ikut di Soundfest, juga nanti akan ikut di konser Gigi 30 tahun. Gimana itu pembagian waktunya?” tanya Eddy.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Kris Dayanti menekankan pentingnya komitmen dan profesionalisme dalam menjalani dua peran tersebut. “Kembali satu masalah komitmen. Orang juga sudah melihat saya sebagai penyanyi dan politisi. Di PDI Perjuangan, salah satu Trisakti Bung Karno adalah berkepribadian dalam kebudayaan. Artinya, saya senang karena para senior saya selalu mengingatkan untuk tetap membangun semangat cinta tanah air lewat budaya,” ujarnya.

Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kris Dayanti juga menjelaskan bahwa meskipun ia aktif di dunia musik, semua jadwal konser sudah diatur sebelum ia merencanakan untuk terjun ke Pilkada. “Untuk sementara, saya fokus pada konser-konser hingga 2 November. Saya juga sudah minta izin ke tiga diva dan semua pihak terkait tentang jadwal latihan dan lainnya,” jelas Kris Dayanti.

Ketika ditanya oleh Eddy Wijaya apakah ia akan terus menerima tawaran manggung jika terpilih sebagai Walikota, Kris Dayanti menegaskan bahwa dedikasinya akan sepenuhnya untuk Kota Batu. “Kayaknya enggak. Saya belum terbayang pola kerjanya juga, tapi rasanya harus dedikasi full,” jawabnya dengan tegas.

Selain berbicara tentang karier dan politik, wawancara ini juga membahas rumor yang beredar terkait perawatan kecantikan Kris Dayanti, khususnya mengenai perawatan DNA salmon dan stem cell. Eddy Wijaya menyinggung isu ini dengan mengatakan, “Ini ada yang ramai diberitakan terkait Mbak Yanti mengakui alami penuaan dan perawatan DNA salmon. Ini gimana ceritanya?”

Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kris Dayanti dengan tenang menjelaskan bahwa berita tersebut sering kali diolah untuk menjadi lebih menarik dan kadang bisa menyesatkan. “Itu kadang-kadang berita itu kan punya click bait. Dikasih judul supaya heboh,” jelas Kris Dayanti. Ia juga menegaskan bahwa perawatan tersebut sebenarnya sudah mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan dan biayanya tidak seperti yang diberitakan.

Di penghujung wawancara, Eddy Wijaya meminta Kris Dayanti untuk memberikan pesan kepada generasi muda sebagai bagian dari visi menuju Indonesia Emas 2045. Kris Dayanti berbicara tentang pentingnya memberikan ruang dan kesempatan bagi generasi muda untuk berkembang. “Anak-anak muda kita sekarang ini meminta diberikan tempat yang sejajar. Mereka sangat adaptif dan berpikir kritis, meski sering dianggap tidak mendengarkan kita,” ungkapnya.

Kris Dayanti juga menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur sebagai legasi bagi generasi mendatang. “Kita sebagai orangtua harus menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur. Saya yakin dengan ini, tidak hanya menuju Indonesia Emas, tetapi juga menjaga semangat kemerdekaan yang sebenarnya,” tutup Kris Dayanti.

Tags :

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kris Dayanti Siap Hadapi Tantangan Kota Batu

Kris Dayanti Siap Hadapi Tantangan Kota Batu

Kris Dayanti Siap Hadapi Tantangan Kota Batu

August 29, 2024
Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kris Dayanti. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam sebuah wawancara eksklusif bersama Eddy Wijaya, Kris Dayanti, yang populer dikenal sebagai KD, mengungkapkan visinya untuk Kota Batu jika terpilih menjadi Walikota. Dengan semangat dan optimisme, Kris Dayanti membahas berbagai tantangan yang dihadapi kota ini, mulai dari masalah sampah, angka kemiskinan, hingga persoalan pedagang kaki lima (PKL).

Dalam wawancara tersebut, Eddy Wijaya menanyakan pandangan Kris Dayanti mengenai tantangan utama di Kota Batu. “Saya dengar tantangan di Kota Batu ini, satu angka kemiskinan masih sangat tinggi dan juga yang kedua masalah sampah. Kira-kira Mbak KD nanti kalau terpilih jadi Walikota, apakah sudah punya ini kira-kira apa cara-cara jitu untuk mengatasi masalah tersebut?” tanya Eddy.

Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kris Dayanti menekankan pentingnya edukasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dan peran TPA sebagai tempat pemrosesan akhir, bukan sekadar tempat pembuangan. “Menurut data statistik, 98% masyarakat Indonesia masih belum memilah sampah dengan baik,” ujarnya. Kris Dayanti juga menyebutkan bahwa undang-undang tahun 2008 sudah menekankan pentingnya pengelolaan sampah dari rumah, dan berharap melalui sosialisasi dan edukasi, Kota Batu bisa mengurangi masalah sampah. Ia juga mengusulkan pembentukan bank sampah dan mengajak investor untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek pengolahan sampah menjadi biodiesel.

Mengenai angka kemiskinan, Kris Dayanti berpendapat bahwa peningkatan sektor pariwisata dapat menjadi solusi. “Wisata di Batu memiliki potensi besar, mulai dari wisata alam, budaya, hingga petualangan. Dengan mendorong pariwisata, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan kerja baru,” jelasnya.

Masalah PKL di Kota Batu juga menjadi sorotan dalam wawancara ini. Kris Dayanti menekankan perlunya pendekatan yang lebih humanis dan santun dalam menertibkan PKL. Ia menyarankan untuk merelokasi para pedagang ke tempat yang lebih nyaman dan dekat dengan lokasi mereka sebelumnya. Selain itu, Kris Dayanti membahas pentingnya kedisiplinan dan pengawasan dalam program-program pemberdayaan ekonomi seperti Tenaga Kerja Mandiri yang telah dilakukannya selama lima tahun terakhir.

Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Masalahnya ditertibkan ini sudah, sudah mau. Mungkin harus dengan pendekatan yang santun namanya orang sudah nyaman misalkan berjualan di satu lokasi terus kita pindahkan,” ungkap Kris Dayanti, sambil menekankan pentingnya mencari solusi yang tidak hanya efektif tetapi juga empatik terhadap kebutuhan pedagang.

Di akhir wawancara, Eddy Wijaya juga menyinggung pengalaman Kris Dayanti sebagai anggota Komisi 9 DPR RI dan peran perempuan dalam kepemimpinan daerah. Kris Dayanti menyatakan bahwa ia selalu belajar dari berbagai pihak lintas fraksi dan komisi. “Kita bisa tukeran program sama, misalnya di kota Batu para petani mungkin kesulitan traktor, saya bisa tukeran program sama Pak Junimarti di komisi 4,” tambahnya.

Menanggapi pertanyaan tentang stigma terhadap pemimpin perempuan, Kris Dayanti menekankan pentingnya menghilangkan stigma budaya patriarki dengan membuktikan kemampuan. “Budaya patriarki masih sangat ada, hanya stigma itu yang harus dikeluarkan,” tegasnya. Ia juga berbagi pandangannya tentang pentingnya kemandirian finansial bagi perempuan dan ibu rumah tangga, sembari menegaskan bahwa berbuat baik adalah kunci untuk mendapatkan kemudahan di masa depan.

Tags :

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kris Dayanti Ungkap Perjalanan Menuju Pilwakot Kota Batu

Kris Dayanti Ungkap Perjalanan Menuju Pilwakot Kota Batu

Kris Dayanti Ungkap Perjalanan Menuju Pilwakot Kota Batu

August 27, 2024
Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kris Dayanti. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Eddy Wijaya di podcast EdShareOn, Kris Dayanti, seorang penyanyi terkenal yang kini terjun ke dunia politik, mengungkapkan langkah-langkah yang diambilnya dalam pencalonan sebagai Wali Kota Batu. Kris Dayanti berbicara tentang berbagai tantangan dan peluang yang dihadapinya dalam perjalanannya menuju Pilwakot Kota Batu, termasuk dukungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan interaksi dengan tokoh-tokoh politik lainnya.

Eddy Wijaya memulai perbincangan dengan menanyakan tentang kabar bahwa Partai Nasdem telah mengusulkan Kresna Dewanata sebagai calon wakil untuk mendampingi Kris Dayanti. Kris Dayanti menjelaskan bahwa Kresna Dewanata, yang sudah dua periode di Komisi I, memiliki pengalaman yang luas dan reputasi baik di dunia politik.

Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Kris Dayanti, rekomendasi partai bukan hanya bergantung pada popularitas atau dukungan relawan, tetapi lebih pada hasil survei yang menunjukkan elektabilitas di masyarakat. “Alhamdulillah, kami sudah melakukan beberapa survei, dan hasilnya tinggi. Tapi ini tidak boleh membuat kita terlena,” kata Kris Dayanti.

Dalam diskusi tersebut, Eddy Wijaya mengangkat isu mengenai suara Kris Dayanti yang berkurang drastis dalam Pemilu Legislatif (Pileg) sebelumnya. Kris Dayanti dengan jujur mengakui bahwa mungkin ia kurang aktif turun menyapa masyarakat. Namun, ia menegaskan bahwa situasi ini memberinya pelajaran tentang apa yang sebenarnya diinginkan oleh masyarakat. “Saya tetap bangga bahwa kursi di Malang Raya diduduki oleh orang-orang yang berkompeten tinggi,” ujarnya.

Ketika ditanya tentang kemungkinan berkolaborasi dengan Partai Nasdem dan tokoh-tokoh lain di Kota Batu, Kris Dayanti menyatakan keterbukaannya untuk bekerja sama dengan siapa pun demi kemajuan Kota Batu. Ia menyadari bahwa Kota Batu memiliki banyak potensi dengan kehadiran seniman, budayawan, dan konglomerat yang dapat diajak berkolaborasi untuk pembangunan kota yang lebih baik.

Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kris Dayanti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menutup wawancara, Eddy Wijaya menyinggung soal tantangan yang dihadapi Kris Dayanti dalam pilkada ini, terutama dalam pembuktian bahwa masyarakat masih mendukungnya sebagai calon pemimpin. Kris Dayanti dengan rendah hati berharap masyarakat tidak hanya menyukainya, tetapi juga melihat ketulusannya dalam melayani masyarakat. “Sebagai kepala daerah, kita akan jauh lebih transparan, seperti berada di rumah kaca. Tapi saya siap,” kata Kris Dayanti dengan tegas.

Kris Dayanti juga membagikan momen lucu ketika mendapatkan surat tugas dari PDIP. Sekretaris DPD sempat bercanda dengan menyanyikan lagu “Menghitung Hari”, yang kemudian menjadi semacam pengingat bahwa waktu kampanye semakin dekat dan tidak ada lagi waktu untuk bersantai. “Sekarang kita semuanya harus kerja,” pungkasnya.

Tags :

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)