Month: May 2024
Cita Rahayu, Dari Perjuangan Musisi hingga Transformasi Pribadi
Cita Rahayu, Dari Perjuangan Musisi hingga Transformasi Pribadi
Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Cita Citata yang kini lebih dikenal sebagai Cita Rahayu, baru-baru ini muncul di podcast EdShareOn yang dipandu oleh Eddy Wijaya. Dalam podcast tersebut, ia membahas perjalanan kariernya, transformasi pribadi, dan gerakan yang bertujuan untuk mendukung musisi.
Cita mengungkapkan bahwa rumahnya telah menjadi tempat berkumpul organik bagi banyak musisi terkenal, seperti J-Rocks, Bagus Netral, dan Om Bimo. “Kita kumpulnya organik, enggak kayak ngajak-ngajak, karena memang kita ya anak-anak band,” kata Cita. Rumahnya menjadi tempat di mana musisi bisa berkumpul, makan bersama, dan berdiskusi tentang berbagai hal, terutama seputar industri musik. “Kita senang ngumpul, ngobrol dan nongkrong,” tambahnya.

Budaya gotong-royong yang diterapkan Cita di rumahnya membuat para musisi merasa nyaman dan dihargai. “Sebetulnya karena mungkin itu terbawa budaya ya gotong-royong tadi, saling tenggang rasa kepada sesama,” ujarnya. Hal ini membuat rumah Cita terasa seperti rumah bersama di mana tidak ada batasan umur, kelas, atau status sosial.
Salah satu topik yang dibahas Cita adalah pengalaman pahitnya dengan label musik. Ia mengungkapkan bahwa banyak penyanyi di Indonesia mengalami label abuse, di mana label musik sering kali tidak adil dalam memperlakukan artis mereka. “Biasanya dari label sendiri tuh mengabuse itu kayak ‘ini kamu harus begini terus sudah gitu lagunya milik dia tapi dimiliki sama label’,” jelas Cita.
Sebagai tanggapan terhadap ketidakadilan yang dialami oleh banyak musisi, Cita membuat gerakan bernama 45 Movements. “45 Movements itu adalah kumpulan musisi-musisi yang memang nongkrong awalnya di rumah, terus kemudian daripada kita nongkrong-nongkrong mending kita membuat sesuatu perkumpulan terus lebih tersistem tapi bukan label,” jelas Cita. Gerakan ini bertujuan untuk mendukung musisi independen, terutama mereka yang kreatif dan berbakat tetapi belum memiliki dukungan yang memadai.

Cita juga menekankan pentingnya kreativitas dan kebebasan dalam proses bermusik. Ia berusaha menciptakan lingkungan di mana para musisi bisa mengekspresikan diri mereka tanpa tekanan dari label. “Setiap manusia kan pasti ada keinginan tersendiri yang dia pengin kreativitasnya dimunculkan,” katanya. Melalui 45 Movements, Cita dan rekan-rekannya berusaha menciptakan sistem yang adil dan terbuka, di mana kontribusi semua pihak dihargai secara proporsional.
Cita juga menanggapi tuduhan dari netizen yang mengatakan bahwa ia berubah setelah menikah dengan Didi Mahardika. “Kalau berubah itu karena diri sendiri, bukan karena menikah sama Mas Didi,” tegasnya. Ia menjelaskan bahwa perubahan dalam dirinya adalah bagian dari proses menjadi lebih autentik dan bukan karena pengaruh dari pernikahannya.
Tags :
Recent Posts
-
Eksploitasi Sumber Daya Alam Indonesia, Usman Hamid Minta Lihat Masyarakat Papua
-
Usman Hamid: Peresmian Sejarah Hanya Dilakukan Negara Fasis
-
Aksi Kejaksaan dalam Pemberantasan Korupsi, Barita Simanjuntak: Komitmen Pimpinan
-
Korupsi di Indonesia Seakan Tak Ada Habisnya, IPW Ungkap Penyebabnya
-
IPW Tak Segan Laporkan Aparat Penegak Hukum yang Diduga Lakukan Penyimpangan
-
Kasus Hakim Zarof Ricar Diharapkan Ketua IPW Menjadi Pintu Masuk Penyelidikan Judicial Corruption
-
Ketua IPW Uraikan Tiga Hal yang Disorot dalam RUU Polri: Salah Satunya Penyadapan
-
Sistem Penyidikan Perkara, Penasihat Ahli Kapolri Berharap Tidak Ada Rebutan Kewenangan

Cita Rahayu, Kembali Menjadi Diri Sendiri dalam Genre Musik Baru
Cita Rahayu, Kembali Menjadi Diri Sendiri dalam Genre Musik Baru
Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Dalam sebuah episode terbaru di podcast EdShareOn yang dipandu oleh Eddy Wijaya, penyanyi Cita Rahayu, yang sebelumnya dikenal sebagai Cita Citata berbagi perjalanan karier dan transformasinya dalam dunia musik. Di wawancara tersebut, Cita Rahayu mengungkapkan alasan di balik kembalinya ke nama asli dan peralihannya ke genre ambient folktronica.
Cita Rahayu memutuskan untuk kembali menggunakan nama aslinya setelah sebelumnya dikenal luas dengan nama panggung Cita Citata. “Yang paling penting sebetulnya adalah menjadi diri sendiri. Setelah menjadi diri sendiri, pasti kita lebih bahagia dan lebih nyaman,” ungkapnya. Nama Cita Citata merupakan hasil kreasi label musik yang menaunginya, dan selama menggunakan nama itu, Cita merasa tidak menjadi dirinya sendiri. “Itu sebenarnya buatan label, bukan jadi diriku sendiri,” tambahnya.

Cita Rahayu kini berfokus pada genre musik yang baru dan eksperimental, yaitu ambient folktronica. Genre ini merupakan penggabungan antara musik ambient, folk, dan elemen elektronik. “Sebetulnya ini lagu eksperimental, menggabungkan musik-musik ambient, folk, dan elektronik,” jelas Cita. Musik ini bertujuan untuk menciptakan soundscapes yang unik dan mendalam, serta mengajak pendengarnya untuk lebih mencintai budaya lokal. Lagu-lagunya yang terbaru mengandung elemen budaya Indonesia, seperti musik pentatonis Jawa, yang dihadirkan dalam lagu Mantra-Mantri dengan bantuan Sujiwo Tejo.
Meski video klip lagu Titik Tiga tampak megah dan seolah-olah memakan biaya besar, Cita Rahayu menjelaskan bahwa proses pembuatannya sebenarnya sederhana dan mengandalkan kreativitas serta gotong-royong. “Nggak sama sekali mahal, tergantung sama kreativitas. Kreativitas itu enggak boleh dibatasi sama uang,” katanya. Video klip tersebut dibuat hanya dengan dua kamera dan melibatkan banyak bantuan dari teman-temannya.

Keputusan Cita untuk kembali nama asli bukan hanya perubahan estetika, tetapi juga representasi dari perjalanan spiritual dan personalnya. “Nama itu adalah doa, dan Rahayu dalam bahasa Jawa dan Bali artinya selamat. Jadi sangat disayangkan kalau aku nggak pakai lagi nama asliku,” ujarnya.
Cita Rahayu merasa bahwa kembalinya ke nama asli adalah langkah yang benar dan ia tidak menyesali peralihannya dari nama panggung Cita Citata yang sebelumnya membuatnya terkenal. “Kayaknya aku lebih menyesal kenapa enggak dari dulu,” katanya menutup wawancara dengan optimisme dan keyakinan.
Tags :
Recent Posts
-
Eksploitasi Sumber Daya Alam Indonesia, Usman Hamid Minta Lihat Masyarakat Papua
-
Usman Hamid: Peresmian Sejarah Hanya Dilakukan Negara Fasis
-
Aksi Kejaksaan dalam Pemberantasan Korupsi, Barita Simanjuntak: Komitmen Pimpinan
-
Korupsi di Indonesia Seakan Tak Ada Habisnya, IPW Ungkap Penyebabnya
-
IPW Tak Segan Laporkan Aparat Penegak Hukum yang Diduga Lakukan Penyimpangan
-
Kasus Hakim Zarof Ricar Diharapkan Ketua IPW Menjadi Pintu Masuk Penyelidikan Judicial Corruption
-
Ketua IPW Uraikan Tiga Hal yang Disorot dalam RUU Polri: Salah Satunya Penyadapan
-
Sistem Penyidikan Perkara, Penasihat Ahli Kapolri Berharap Tidak Ada Rebutan Kewenangan
