Kisah Perjuangan Sutiyoso dalam Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

Kisah Perjuangan Sutiyoso dalam Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

Kisah Perjuangan Sutiyoso dalam Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

May 7, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama dengan Eddy Wijaya, terungkap Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta, menjadi salah satu tokoh utama dalam penciptaan sistem transportasi massal di Jakarta. Pria yang akrab disapa Bang Yos ini menceritakan tentang perjuangannya mengatasi kemacetan di Jakarta.

Sebagai Gubernur pada periode pertamanya (1997-2002), Sutiyoso dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga ibu kota tetap berfungsi di tengah kondisi krisis yang melanda. Dan ia pun berhasil bertahan. Setelah masa-masa kritis berhasil dilewati, Sutiyoso kembali memikirkan masalah-masalah krusial, termasuk kemacetan yang menjadi momok utama.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Eddy Wijaya memperkuat pandangan tersebut dengan menyoroti kepiawaiannya dalam menghadapi tantangan tersebut. Dalam pembicaraannya, Sutiyoso menegaskan bahwa untuk menyelesaikan masalah kemacetan, tidak cukup hanya dengan keahlian militer. Oleh karena itu, ia membentuk tim yang terdiri dari para ahli transportasi, doktor, dan profesor dari berbagai universitas. Tim ini bekerja keras dalam melakukan penelitian mendalam tentang penyebab kemacetan Jakarta.

“Saya latar belakangnya adalah militer. Jangan merasa jadi pemimpin itu kita tahu semuanya. Jangan pernah merasa begitu, saya mungkin kalau strategi pertempuran mungkin saya menguasainya tetapi masalah macet ini ada orang yang lebih ngerti. Siapa itu? Orang-orang seperti doktor profesor yang punya latar belakang transpotasi. Oleh karena itu saya kumpulkan dari berbagai universitas terus saya bikin tim,” jelas Sutiyoso.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso menjelaskan bahwa pemimpin sejati tidak boleh menghindari tanggung jawab atau menyerahkan masalah kepada penerusnya. Dalam kasus kemacetan Jakarta, ia menyadari bahwa jika tidak segera ditangani, masalah tersebut akan menjadi semakin parah. Oleh karena itu, Sutiyoso dan timnya merancang sebuah konsep yang komprehensif untuk mengatasi kemacetan, yang meliputi integrasi berbagai moda transportasi, seperti MRT, busway, LRT, dan bahkan transportasi air.

“Jadi satu harus yang kita harus punya kendaraan jenis yang makro sifatnya. Artinya sekali angkut banyak diangkut. Oleh karena itu kita berencana membuat MRT, busway, LRT dan waterway, Semua moda ini akan saling mengakses. Saya janjikan kendaraan harus representatif. Apa kriteria representatif? Satu kendaraan harus nyaman, kendaraan ini harus aman, yang ketiga kendaraan ini harus tepat waktu dan yang keempat harus terjangkau tiketnya,” ungkap Sutiyoso.

Tags :

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso, dari Militer hingga Gubernur DKI Jakarta

Sutiyoso, dari Militer hingga Gubernur DKI Jakarta

Sutiyoso, dari Militer hingga Gubernur DKI Jakarta

May 6, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Sutiyoso membagikan cerita menarik tentang perjalanan kariernya yang penuh dengan tantangan. Salah satu momen menarik adalah saat ia ditawari posisi Gubernur DKI Jakarta.

Pria yang akrab disapa Bang Yos ini awalnya ditujukan untuk menempati sebuah promosi. Namun ternyata keputusan itu beralih kepada orang lain. Suatu ketika, Panglima Angkatan Darat mengajukan namanya untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Saya dipanggil 06.30 pagi di kantor Pangab Merdeka Barat. Saya rumah dinas di Menteng jadi dekat sekali. Saya disuruh untuk menggantikan Suryadi Sudirja,” jelas Bang Yos.

Meskipun sempat merasa tidak cocok dengan posisi tersebut, Bang Yos akhirnya menerima tawaran tersebut. Namun, ia tetap melakukan pertimbangan yang matang sebelum menerima tawaran tersebut.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Aku akhirnya terbang ke Semarang untuk minta pendapat kakak saya nomor satu. Beliau punya pengalaman sebagai wakil gubernur dua kali di Jawa Tengah. Kenapa dua kali? Karena yang kedua, beliau dipromosikan jadi gubernur di Kalimantan Barat tapi keberatan karena anaknya sudah pindah semua ke Semarang,” cerita Bang Yos.

Setelah pertimbangan yang matang, Bang Yos akhirnya menerima tawaran tersebut. Namun, ia menghadapi berbagai tantangan dan dinamika dalam menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. “Akhirnya saya mencalonkan tanpa promosi dan kampanye. Aku jadi gubernur pasca kerusuhan 5 Mei, itu khan kocar-kacir menghadapi orang yang liar dan itu khan masa transisi,” jelasnya.

Tags :

Strategi Damai Saat Menghadapi Pergerakan GAM Din Minimi

Strategi Damai Saat Menghadapi Pergerakan GAM Din Minimi

Strategi Damai Saat Menghadapi Pergerakan GAM Din Minimi

May 6, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Ketika berbincang-bincang dengan Eddy Wijaya di podcast EdShareOn, Sutiyoso membagikan pengalaman uniknya dalam menghadapi Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sebagai seorang perwira militer, pria yang akrab disapa Bang Yos ini memperlihatkan bahwa tidak selalu diperlukan kekerasan untuk menangkap buronan.

Saat itu, pria kelahiran Semarang ini menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen. Ia dipercaya untuk mengatasi pergerakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Din Minimi di Aceh.

Dalam menjalankan tugasnya, Bang Yos tidak pernah melepaskan peluru. Pendekatan yang digunakannya adalah melalui komunikasi dan negosiasi. “Saya tekniknya selalu soft approach. Saya lakukan pendekatan damai dulu kecuali saya tidak berhasil,” ujarnya.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Melalui serangkaian percakapan telepon, Bang Yos berhasil membangun hubungan yang kuat dengan Din Minimi. “Setiap kali telepon, saya tidak hanya sekedar ngomong, tapi untuk menggali soal kondisi dia. Kondisi fisiknya, kondisi psikologisnya seperti apa, untuk saya kenali secara utuh,” ungkap Bang Yos.

Setelah serangkaian percakapan yang panjang, Bang Yos berhasil mengajak Din Minimi untuk bertemu secara langsung. Pertemuan tersebut berlangsung di sebuah gubuk kecil di hutan belantara. Dengan keberanian dan kesabaran, Bang Yos berhasil meyakinkan Den Minimi untuk kembali ke Republik dan menyerahkan senjata.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Proses tersebut tidaklah mudah dan penuh dengan tantangan. Namun, akhirnya, segala usaha Bang Yos membuahkan hasil. GAM studio untuk berunding dan menerima amnesti yang ditawarkan oleh pemerintah.

“Ketika pagi ia baru final menyerah. Dengan berat hati akhirnya saya yakinkan dia dan kemudian dia setuju. Kemudian saat pagi semuanya cerah dan anak-anak saya suruh kembali sekolah. Ada yang kembali membantu orangtuanya di sawah,” ungkapnya.

Tags :

Restorative Justice Berhasil Bebaskan Tersangka dari Polsek Pringsewu, Lampung

Restorative Justice Berhasil Bebaskan Tersangka dari Polsek Pringsewu, Lampung

Restorative Justice Berhasil Bebaskan Tersangka dari Polsek Pringsewu, Lampung

May 2, 2024

Eddy Wijaya. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Restorative justice (keadilan restoratif) dapat didefinisikan sebagai keadilan yang mengedepankan pemulihan atas kerugian atau penderitaan yang timbul akibat suatu tindak pidana. Keadilan restoratif dapat dicapai melalui proses kerjasama antara semua pemangku kepentingan. 

Kerjasama Eddy Wijaya selaku Ketua Umum dan Febrina Lesisie Tantina selaku Ketua dari Yayasan Wijaya Peduli Bangsa dengan Jaksa Agung, S.T. Burhanuddin terbangun setelah viral video dari ibu tersangka yang sangat membutuhkan bantuan agar tercapai restorative justice.

Peran dan upaya dari Yayasan Wijaya Peduli Bangsa di Pringsewu semakin melancarkan proses restorative justice dimaksud. Yayasan Wijaya Peduli Bangsa  juga melakukan komunikasi intens dengan pihak terkait di samping membantu secara moril dan materil pada keluarga tersangka. 

Saat dihubungi, tersangka Angga Fitrianto menceritakan, nekat mencuri sepeda karena butuh uang untuk menghidupi keluarganya. Apalagi saat itu, Angga yang berprofesi sebagai supir tidak tetap belum juga mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. “Saya memang khilaf,” ujarnya.

Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)
Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)

Kasus pencurian tersebut berlanjut hingga Angga akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Ayah empat anak tersebut ditangkap anggota Mapolsek Pringsewu dan menjadi tahanan karena sudah ditetapkan sebagai tersangka karena dianggap melanggar Pasal 363 ayat 2 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara. “Hasil mencuri tersebut uangnya saya gunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari anak-anak saya,” ujar Angga.

Meskipun Angga telah membuat surat perdamaian, meminta maaf dan memberikan ganti kerugian kepada korban, dan korban telah memaafkan Angga, namun proses hukum tetap berlanjut karena kejahatan yang dilakukan Angga bukan merupakan delik aduan. Kemudian berkas dinyatakan lengkap dan dibawa ke Kejaksaan Negeri Pringsewu.

Ibunda Angga kemudian membuat video kondisi ketelantaran anak-anak Angga yang kemudian menjadi viral. Dalam video tersebut, ibunda Angga memohon agar putranya itu dibebaskan karena merupakan tulang punggung keluarga. Video viral tersebut kemudian mengundang perhatian publik.

Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)
Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)

Yayasan Wijaya Peduli Bangsa kemudian berupaya agar Angga dapat dibebaskan melalui jalur restorative justice. Sebagai tulang punggung keluarga, empat orang anaknya pun terlantar. Siapa yang akan mencari nafkah, sementara kehidupan keluarga Angga serba kekurangan.

Febrina dan Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, Eddy Wijaya kemudian memohon kepada Jaksa Agung RI, S.T. Burhanuddin dan pada akhirnya dikabulkan pemberian restorative justice tersebut. Angga kemudian dibebaskan dari tahanan. Kepala Kejaksaan Negeri Pringsewu, Ade Indrawan kepada Eddy Wijaya, Ketua Yayasan Wijaya Peduli Bangsa menyampaikan salah satu hal yang menjadi dasar pertimbangan dibebaskannya Angga dan sekaligus mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Wijaya Peduli Bangsa yang telah berperan aktif untuk membantu terwujudnya restorative justice.

“Saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, yang mana dalam perkara Angga ini yayasan berperan aktif menjembatani atau membantu terwujudnya restorative justice. Ke depan saya berharap atas kebaikan Yayasan Wijaya Peduli Bangsa dapat lebih meningkatkan perannya dan kegiatan yang sangat bermanfaat pada masyarakat. Yang mana tentunya tujuan yayasan itu sangat mulia kiranya juga dapat menjadi amal dan menjadi sebagai penilaian yang positif dalam kegiatan mereka,” ungkap Ade Indrawan.

Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)
Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)

Bahkan usai mendengar kisah keluarga Angga, Ade Indrawan kemudian memberikan bantuan secara pribadi menebus ijazah SMA anak perempuan Angga, Reva Suci Ramadhan yang masih ditahan pihak sekolah karena menunggak iuran sekolah.

Mungkin, masih banyak kisah Angga lainnya di Indonesia yang melakukan tindakan pidana karena faktor ekonomi. Ini adalah masalah kemanusiaan yang seharusnya menjadikan umat manusia dapat saling peduli terhadap sesama.

“Terima kasih kepada Bapak Jaksa Agung dan Kepala Kejaksaan Negeri Pringsewu sehingga tersangka Angga bisa kembali berkumpul bersama keluarganya,” pungkas Eddy Wijaya.

Tags :

Kisah Unik di Balik Kesuksesan Sutiyoso, Sempat ‘Kucing-Kucingan’ dengan Sang Ibu

Kisah Unik di Balik Kesuksesan Sutiyoso, Sempat ‘Kucing-Kucingan’ dengan Sang Ibu

Kisah Unik di Balik Kesuksesan Sutiyoso, Sempat ‘Kucing-Kucingan’ dengan Sang Ibu

May 2, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam percakapan di podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Sutiyoso yang lebih akrab disapa Bang Yos menceritakan tentang perjalanan kariernya yang membawanya menuju kesuksesan. Sutiyoso menceritakan bagaimana ia berhasil melewati ujian-ujian hidupnya, termasuk saat ia berusaha lolos masuk Akademi Militer. Bahkan untuk masuk ke Akademi Militer, Bang Yos harus ‘kucing-kucingan’ dengan sang ibu.

“Caranya gimana supaya nggak ketahuan ibu saya? Saya pakai alamat teman aku. Jadi kalau saya ada panggilan itu ibuku saya nggak ngerti,” katanya.

Bang Yos berhasil lolos ujian dan dirinya berhak mengikuti tahap tes selanjutnya. “Saat tes pertama di Kodam Semarang nggak ada masalah. Tapi tes berikutnya harus ke Bandung. Waktu pergi ke Bandung, aku bilang kalau aku lagi vakansi liburan dan saya mau jalan-jalan main ke Bandung sama teman-teman dan akhirnya lolos,” jelasnya.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Namun, perjalanan Bang Yos tidaklah mudah. Pasalnya ketika lolos tes terakhir, ia harus pergi ke Magelang. “Waktu tes saringan yang ketiga, tes terakhir ini di Bandung lagi tapi dengan catatan yang lulus tes terakhir tidak dipulangkan lagi tapi ke Magelang,” lanjutnya.

Bang Yos pun mengaku jika dirinya harus membuat pilihan yang sulit. “Iya langsung ke Magelang. Wah itu terjadi gejolak pikirannya dan pilihannya cuma dua saja. Aku pamit nanti nggak boleh, udah saringan yang terakhir nih. Kalau aku nggak pamit, aku nggak dapat uang sama sekali tapi aku pilih ini,” tutur pria kelahiran 6 Desember 1944 ini.

Pada podcast EdShareOn ini, Bang Yos juga mengungkap alasannya mengapa sang ibu tidak mengijinkannya untuk terjun ke dunia militer. “Kakak saya yang pertama itu mahasiswa agama, pasca kemerdekaan itu kan terjadi revolusi. Kemudian Belanda masuk lagi dengan sekutu segala macam. Nah Kakak saya ini jadi tentara pelajar otomatis sehingga ia kuliah sambil membawa senjata,” tutur Sutiyoso.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Nah kakak saya gitu, jadi ibu saya itu dua kali tahlilan. Kakak saya namanya khan Suparto dan tiba-tiba ada berita Suparto mati gitu dari mulut ke mulut. Dia khan gerilnya di daerah mana Ambarawa dan Klaten. Ibu saya sudah nangis-nangis, ternyata dia pulang lagi. Ternyata Suparto lain. Nah itu terjadi hingga dua kali gitu. Nah gara-gara itu trauma lah,” ungkapnya.

Meskipun telah mencapai puncak karirnya sebagai Pangdam Jaya, Bang Yos tetap merendah dan mengakui bahwa kesuksesannya berkat kesempatan yang diberikan kepadanya. “Saya ingin mengatakan kalau orang lain mendapatkan kesempatan juga, mungkin mereka akan mengerjakannya dan menghasilkan yang lebih baik dari saya. Ini kan hanya masalah kesempatan saja, saya hanya ingin mengatakan saya nggak bisa mengklaim saya itu orangnya hebat, ini karena kesempatan,” ujarnya.

Tags :

Kisah Angga, Terpaksa Mencuri Demi Menghidupi Buah Hati

Kisah Angga, Terpaksa Mencuri Demi Menghidupi Buah Hati

Kisah Angga, Terpaksa Mencuri Demi Menghidupi Buah Hati

May 2, 2024

Tim Yayasan Wijaya Peduli Bangsa Pergi ke Pringsewu Lampung untuk Membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Angga Fitrianto, warga Kabupaten Pringsewu, Lampung yang berprofesi sebagai seorang supir tidak tetap terjerat kasus pencurian. Bermula dari himpitan ekonomi, sehingga ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Angga kemudian gelap mata dan mencuri sebuah sepeda.

Kasus pencurian tersebut kemudian dilaporkan korban ke Mapolsek Pringsewu. Petugas kepolisian kemudian menangkap Angga pada 27 Februari 2024. Angga dijerat pasal 363 ayat 2 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal sembilan tahun penjara.

Angga adalah tulang punggung keluarga dengan tanggungan empat orang anak. Sehingga, dengan ditahannya Angga, praktis empat orang anaknya terlantar dan diurus oleh nenek mereka.

Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)
Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)

Ibunda Angga kemudian membuat video kondisi anak-anak Angga yang kemudian menjadi viral. Terlebih selama menjalani proses hukum, Angga tidak didampingi penasehat hukum. Dalam video tersebut, ibunda Angga memohon agar putranya itu dibebaskan karena merupakan tulang punggung keluarga.

Video viral tersebut kemudian mengundang perhatian Febrina, salah satu Ketua Yayasan Wijaya Peduli Bangsa yang juga merupakan putri daerah Pringsewu, Lampung.

Febrina kemudian menghubungi Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa dan membahas terkait bantuan bagi keluarga Angga. Setelah itu, Febrina menghubungi keluarga Angga.

Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)
Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Pringsewu Lampung untuk membantu Angga. (Foto: EdShareOn.com)

“Saya kemudian berkomunikasi dengan kerabat Angga. Saya melihat kasus ini berdasarkan aspek kemanusiaan. Melihat empat orang anaknya saya merasa miris. Alasan Angga melakukan pencurian juga karena himpitan ekonomi dan tidak ada rekam jejak kriminal sebelumnya. Selama ini Angga belum memiliki penasehat hukum,” ujar Febrina.

Meskipun Angga telah membuat Surat Perdamaian dengan korban, namun proses hukum tetap berlanjut karena kejahatan yang dilakukan Angga bukan merupakan delik aduan. Surat perdamaian tersebut belum dapat membebaskan Angga dari tuntutan pidana yang dilakukannya. Berkas perkara Angga dinyatakan lengkap dan sudah masuk ke Kejaksaan Negeri Pringsewu.

Tim Yayasan Wijaya Peduli Bangsa tanpa kenal lelah terus berupaya agar Angga dapat bebas dan mencari nafkah demi keempat anaknya. Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Bangsa terus memantau perkembangan kasus tersebut dan akan melakukan upaya restorative justice.

Tags :