Berbagi Makanan untuk Mengurangi Pemborosan Pangan

Berbagi Makanan untuk Mengurangi Pemborosan Pangan

Berbagi Makanan untuk Mengurangi Pemborosan Pangan

May 13, 2024
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Nita Yulianis. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast di EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Nita Yulianis, Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, tentang upaya memerangi pemborosan pangan di Indonesia. Diskusi ini memperlihatkan pentingnya upaya bersama dalam menangani masalah ketahanan pangan dan distribusi makanan yang tepat.

Ketika ditanya tentang tanggung jawab pemerintah terkait akses pangan, Nita Yulianis menyoroti berbagai program yang diluncurkan untuk membantu masyarakat miskin, termasuk stunting dan kemiskinan ekstrim. Salah satu inisiatif yang disebutkan adalah gerakan ‘Selamatkan Pangan’ yang bertujuan untuk mengurangi pemborosan makanan yang masih layak konsumsi.

Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Tanggung jawab negara adalah memastikan seluruh masyarakatnya memiliki akses terhadap pangan sehingga memang berbagai program diluncurkan oleh pemerintah. Tentunya kalau yang ditujukan kepada masyarakat miskin tentunya juga kemiskinan ekstrem dan juga stunting itu sudah banyak. Kita ketahui yang kita lihat berita sehari-hari tetapi memang kita memanfaatkan yang belum banyak tersentuh, salah satunya adalah gerakan selamatkan pangan,” jelas Nita.

Dalam konteks ini, pentingnya kolektifitas dalam mengumpulkan dan mendistribusikan makanan menjadi sorotan. Nita menjelaskan bahwa berbagai inisiatif, seperti Foodbank of Indonesia dan FoodCycle Indonesia, telah aktif sejak sebelum pandemi COVID-19.

“Kita patut apresiasi ternyata sudah banyak inisiatif-inisiatif sejak zaman pandemi. Jadi memang ini bahkan ada sebelum pandemi gitu seperti Foodbank of Indonesia dan FoodCycle Indonesia itu jadi salah satu founding father untuk gerakan bank pangan ini dan semakin banyak setelah itu. Karena berbagi itu menjadi sesuatu yang sifatnya menggerakkan digerakkan oleh hati,” tuturnya.

Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Eddy Wijaya juga membahas kendala dalam implementasi program donasi makanan, terutama terkait biaya distribusi dan kurangnya kesadaran masyarakat. Nita setuju bahwa masih banyak yang belum terjangkau oleh program ini, dan pentingnya untuk terus mengembangkan sosialisasi dan edukasi.

“Di badan pangan nasional juga kita bermitra dengan bank-bank pangan karena setelah didonasikan itu kan perlu disortir. Sehingga memang kita mendorong daerah-daerah itu menumbuhkan upaya-upaya ini. Termasuk nanti kita bisa perluas lewat Yayasan dan NGO. Jadi memang kita dorong semua agar yang membutuhkan masyarakat untuk berbagi, pemerintah hanya memfasilitasi karena akan jauh lebih sustainable,” ungkapnya.

Tags :

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Mengungkap Dampak Lingkungan dan Upaya Penanganan Pemborosan Pangan

Mengungkap Dampak Lingkungan dan Upaya Penanganan Pemborosan Pangan

Mengungkap Dampak Lingkungan dan Upaya Penanganan Pemborosan Pangan

May 13, 2024
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Nita Yulianis. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Nita Yulianis mengungkapkan tentang ketahanan pangan Indonesia dan dampaknya terhadap lingkungan. Dari podcast EdShareOn ini, terungkap berbagai informasi penting yang menyoroti perubahan signifikan dalam ketahanan pangan serta tantangan yang dihadapi.

Menurut Nita Yulianis, ketahanan pangan Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan. Data dari Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) menunjukkan penurunan jumlah kabupaten dan kota yang rentan terhadap masalah pangan. Selain itu, prevalensi kurang gizi juga mengalami penurunan, menandakan adanya perbaikan dalam akses pangan dan gizi masyarakat.

“Alhamdulillah memang capaian kita membaik. Jadi karena memang dari data peta ketahanan dan kerentanan pangan atau FSVA kita sudah ada penurunan. Jadi ada sebelumnya di 2022 itu ada 74 kabupaten kota yang rentan rawan pangan. Pada tahun ini sudah tinggal 68 kabupaten kota, jadi sudah ada penurunan di jumlah kabupaten kota rawan pangannya,” jelas Nita.

Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Namun tantangan tidak berhenti di situ. Perubahan iklim ekstrem menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan, dengan banyak panen gagal akibat kondisi cuaca yang tidak menentu. Selain itu, Nita Yulianis juga menyoroti masalah pemborosan pangan yang masih menjadi persoalan serius.

“Jadi kita harus bijak makanya tadi kita dalam kerangka selamatkan pangan ini yang menarik adalah data menurut FAO jadi sepertiga dari pangan yang diproduksi itu terbuang,” tuturnya.

Dengan mengadopsi gerakan ‘Selamatkan Pangan’, masyarakat dapat berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) terutama dalam mengurangi kelaparan (SDGs 2) dan meminimalkan food waste (SDGs 12).

Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Nita Yulianis Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Jangan sampai ada lagi yang kelaparan. Jadi kita mengawinkan dua SDGs ini, SDGs 12 sama SDGs 2. Jadi melalui zero waste kita enhunger gitu karena kita juga perlu memahami zero waste itu bukan limbah,” lanjutnya.

Pentingnya kesadaran individu dalam mengurangi pemborosan pangan juga disoroti dalam percakapan ini. Nita Yulianis menekankan pentingnya bijak dalam berbelanja dan mengelola persediaan pangan di rumah. “Jadi tanpa kita sadari barangkali mungkin bukan maksud kita membuang pangan tapi kita beli dengan tidak bijak sehingga akhirnya terbuang sia-sia,” ungkap Nita Yulianis.

Tags :

Harapan Sutiyoso Jika Ibukota Pindah ke IKN

Harapan Sutiyoso Jika Ibukota Pindah ke IKN

Harapan Sutiyoso Jika Ibukota Pindah ke IKN

May 10, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso menguraikan tantangan dan visi transformasinya dalam menghadapi beragam permasalahan di Jakarta. Salah satu isu utama yang dibahas adalah banjir, yang telah menjadi momok bagi Jakarta selama bertahun-tahun.

Sutiyoso mengungkapkan kompleksitas geografis Jakarta, dengan 13 sungai yang melintas dan 30% permukaan tanahnya berada di bawah permukaan laut. Namun ia tidak hanya sekadar mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi komprehensif, termasuk pembangunan waduk-waduk raksasa di hulu sungai untuk mengurangi risiko banjir.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Jakarta ini dilalui 13 sungai. Lalu 30% permukaan tanah Jakarta itu di bawah permukaan laut. Itu dipasang pompa air disedot dibuang ke sungai yang terdekat. Zaman saya sudah ada 72 pompa air sekarang mungkin sudah ratusan ditambah gubernur-gubernur berikutnya. Terus yang di sungai ini kan dibikin namanya kanal. Di sana dibikin waduk-waduk raksasa gitu untuk membelokkan sungai itu ke waduk dulu. Itu yang 13 ini kita belokkan ke tiga atau empat waduk raksasa gitu. Pada saat musim hujan deras itu penampungan air, pada saat musim kemarau dia bisa jadi irigasi ya untuk rekreasi untuk sport bisa gitu jadi multifungsi sebenarnya,” jelasnya.

Namun, transformasi Jakarta tidak hanya berkutat pada masalah banjir. Sutiyoso juga membahas konsep megapolitan yang mencakup integrasi Jakarta dengan kota-kota satelit di sekitarnya, seperti Depok, Tangerang, Bogor, dan Bekasi. Konsep ini, menurutnya, bukan hanya tentang pengalihan fungsi ibu kota, tetapi juga mengatasi masalah kepadatan penduduk dan kemacetan yang semakin parah.

“Aku meniru konsep megapolitan itu antar itu menggabungkan Jakarta dengan kota-kota kecil di sekitarnya seperti Depok, Tangerang, Bogor dan Bekasi secara tata ruang. Ingat secara tata ruang bukan secara administrasi,” tuturnya.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Di tengah wacana tentang pemindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Sutiyoso menekankan pentingnya menjaga Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, dan perdagangan. Ia menyoroti multifungsinya Jakarta sebagai magnet bagi orang-orang dari berbagai daerah, yang akan sulit tergantikan jika fungsi-fungsi tersebut dipindahkan ke tempat lain.

“Saya berharap ya kalaupun ibukota pindah IKN itu hanya membawa satu fungsi saja yaitu fungsi pusat pemerintahan. Jangan lagi membawa pusat pendidikan, pusat ekonomi dan perdagangan. Menurut pikiran saya itu keliru. Kenapa? Karena mengemban multifungsi sehingga menjadi padat dan jadi magnet karena fungsi itu adalah kehidupan,” jelasnya.

Tags :