Titi Anggraini. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Titi Anggraini, Anggota Dewan Pembina Perludem, mengenai pengalamannya sebagai pemantau pemilu di berbagai negara. Percakapan ini mengungkapkan tantangan dan dinamika politik yang dihadapi oleh negara-negara Asia, terutama dalam mengatasi praktik politik uang.
Titi Anggraini membuka pembicaraan dengan menyamakan pengalaman pemilu di Filipina dengan Indonesia. Dia menjelaskan bahwa praktik politik uang di Filipina, terutama melalui manipulasi hasil oleh penyelenggara pemilu, serupa dengan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia. “Oh kalau di Filipina mirip-miriplah 11 12 dengan kita. Jadi di Filipina, mereka dulu karakter kecurangannya penyelenggara yang curang. Jadi penyelenggara itu waktu pemilunya manual itu suka mengubah hasil,” ujarnya.
Namun, Filipina telah bertransformasi dengan menggunakan electronic counting machine (ECM) untuk menghitung suara, mengurangi ruang bagi praktik kecurangan. “Terus mereka kemudian bertransformasi menggunakan vote counting machine. Ternyata itu mengubah perilaku curang, akhirnya curangnya adalah membeli pemilih untuk memilih sang calon. Jadi meningkat tuh politik uangnya,” jelasnya.
Titi menyoroti bahwa praktik politik uang juga terjadi di Amerika Serikat, di mana meskipun pemungutan suara dilakukan dengan mesin, peserta pemilu masih memfasilitasi pemilih dengan transportasi dan makanan. “Ketika saya di kentucky pada 2012, ternyata di sana dimungkinkan kandidat memfasilitasi pemilih yang mau ke TPS karena lokasinya jauh dan ke TPS itu sediakan bus dan makan siang,” tuturnya.
Di Amerika, kegiatan kampanye masih diperbolehkan hingga hari pemungutan suara, meskipun terdapat pembatasan terkait jarak dari TPS. Namun, perhatian Titi tertuju pada pemilu tahun 2020 yang dipengaruhi oleh pandemi COVID-19, di mana praktik politik uang berupa pemberian bantuan pokok kepada pemilih menjadi perhatian.
“Di 2020 itu menarik karena saya sempat memperhatikan. Jadi mulai kasih-kasih sembako. Karena saat itu sedang masa pandemi. Jadi ada yang ngasih kebutuhan pokok dan mereka biasanya posting gitu ya ke media sosial,” ucapnya.
Meskipun begitu, Titi menekankan bahwa pemilu di Indonesia memberikan pelayanan terbaik kepada pemilih dengan jumlah TPS yang kecil dan fasilitas yang memadai. TPS di Indonesia bahkan menjadi momen keguyuban masyarakat dengan adanya kegiatan seperti bazar dan penyediaan makanan.
“Jadi Indonesia bisa dibilang sebagai salah satu pemilu dengan pelayanan terbaik kepada pemilih. Tps-nya kecil jumlah pemilihnya sedikit dan dikasih fasilitas duduk bahkan kadang-kadang saat pemilu jadi momen keguyuban. Jadi bahkan dari rumah ke rumah dikirimi pemberitahuan memilih. Dari pelayanan kepada pemilih pemilu Indonesia itu salah satu yang terbaik di dunia,” ungkap Titi Anggraini.
Tags :