dr. Hasto Wardoyo. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Dalam sebuah episode podcast EdShareOn, Eddy Wijaya mengundang Hasto Wardoyo untuk membahas isu-isu terkini mengenai fenomena childfree dan dampaknya di Indonesia. Hasto Wardoyo, yang dikenal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), memberikan wawasan mendalam tentang fenomena ini.
Eddy Wijaya membuka diskusi dengan mengangkat isu meningkatnya jumlah perempuan yang memilih childfree di Indonesia, yang dikabarkan mencapai 71.000 orang. Hasto Wardoyo mengakui belum mengetahui data tersebut, tetapi menjelaskan bahwa data empiris menunjukkan adanya penurunan animo pernikahan. “Pada tahun 2013, pernikahan di Indonesia mencapai sekitar 2,2 juta per tahun, tetapi pada tahun 2023 jumlahnya turun menjadi 1,5 juta. Ini adalah penurunan yang signifikan,” ungkapnya.
Hasto juga menyebutkan bahwa meskipun usia pernikahan bergeser ke arah yang lebih dewasa, jumlah pernikahan seharusnya tidak menurun secara drastis. “Jika semua orang tetap ingin menikah meskipun di usia yang lebih tua, seharusnya jumlah pernikahan tetap tinggi,” tambahnya.
Eddy Wijaya menanyakan tentang risiko kesehatan yang mungkin dihadapi oleh perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak. Hasto Wardoyo, sebagai seorang dokter kebidanan, menjelaskan bahwa ada risiko kesehatan yang terkait dengan keputusan ini. “Perempuan yang tidak memiliki anak cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap kanker rahim (endometrium) dan kanker payudara,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa fungsi alami tubuh, seperti menyusui, memiliki peran penting dalam melindungi kesehatan reproduksi perempuan.
Hasto menguraikan beberapa faktor yang mendorong orang untuk memilih childfree. Pertama, urbanisasi dan kehidupan di perkotaan. “Semakin orang tinggal di kota, semakin sedikit jumlah anak yang mereka miliki dan semakin mundur usia pernikahan mereka,” katanya. Faktor kedua adalah status ekonomi. “Orang dengan status ekonomi lebih tinggi cenderung memiliki lebih sedikit anak dan menunda pernikahan,” jelasnya. Faktor ketiga adalah pendidikan. “Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mundur usia pernikahannya. Orang-orang yang mengejar pendidikan tinggi cenderung menunda pernikahan untuk fokus pada pendidikan mereka,” tambahnya.
Hasto Wardoyo menyimpulkan bahwa tiga faktor utama yaitu tempat tinggal, status ekonomi, dan tingkat pendidikan adalah pendorong utama fenomena childfree di Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya edukasi tentang kesehatan reproduksi untuk menginformasikan masyarakat tentang konsekuensi dari memilih childfree.
Tags :