Harapan Sutiyoso Jika Ibukota Pindah ke IKN

Harapan Sutiyoso Jika Ibukota Pindah ke IKN

Harapan Sutiyoso Jika Ibukota Pindah ke IKN

May 10, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso menguraikan tantangan dan visi transformasinya dalam menghadapi beragam permasalahan di Jakarta. Salah satu isu utama yang dibahas adalah banjir, yang telah menjadi momok bagi Jakarta selama bertahun-tahun.

Sutiyoso mengungkapkan kompleksitas geografis Jakarta, dengan 13 sungai yang melintas dan 30% permukaan tanahnya berada di bawah permukaan laut. Namun ia tidak hanya sekadar mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi komprehensif, termasuk pembangunan waduk-waduk raksasa di hulu sungai untuk mengurangi risiko banjir.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Jakarta ini dilalui 13 sungai. Lalu 30% permukaan tanah Jakarta itu di bawah permukaan laut. Itu dipasang pompa air disedot dibuang ke sungai yang terdekat. Zaman saya sudah ada 72 pompa air sekarang mungkin sudah ratusan ditambah gubernur-gubernur berikutnya. Terus yang di sungai ini kan dibikin namanya kanal. Di sana dibikin waduk-waduk raksasa gitu untuk membelokkan sungai itu ke waduk dulu. Itu yang 13 ini kita belokkan ke tiga atau empat waduk raksasa gitu. Pada saat musim hujan deras itu penampungan air, pada saat musim kemarau dia bisa jadi irigasi ya untuk rekreasi untuk sport bisa gitu jadi multifungsi sebenarnya,” jelasnya.

Namun, transformasi Jakarta tidak hanya berkutat pada masalah banjir. Sutiyoso juga membahas konsep megapolitan yang mencakup integrasi Jakarta dengan kota-kota satelit di sekitarnya, seperti Depok, Tangerang, Bogor, dan Bekasi. Konsep ini, menurutnya, bukan hanya tentang pengalihan fungsi ibu kota, tetapi juga mengatasi masalah kepadatan penduduk dan kemacetan yang semakin parah.

“Aku meniru konsep megapolitan itu antar itu menggabungkan Jakarta dengan kota-kota kecil di sekitarnya seperti Depok, Tangerang, Bogor dan Bekasi secara tata ruang. Ingat secara tata ruang bukan secara administrasi,” tuturnya.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Di tengah wacana tentang pemindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Sutiyoso menekankan pentingnya menjaga Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, dan perdagangan. Ia menyoroti multifungsinya Jakarta sebagai magnet bagi orang-orang dari berbagai daerah, yang akan sulit tergantikan jika fungsi-fungsi tersebut dipindahkan ke tempat lain.

“Saya berharap ya kalaupun ibukota pindah IKN itu hanya membawa satu fungsi saja yaitu fungsi pusat pemerintahan. Jangan lagi membawa pusat pendidikan, pusat ekonomi dan perdagangan. Menurut pikiran saya itu keliru. Kenapa? Karena mengemban multifungsi sehingga menjadi padat dan jadi magnet karena fungsi itu adalah kehidupan,” jelasnya.

Tags :

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kisah Perjuangan Sutiyoso dalam Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

Kisah Perjuangan Sutiyoso dalam Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

Kisah Perjuangan Sutiyoso dalam Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

May 7, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama dengan Eddy Wijaya, terungkap Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta, menjadi salah satu tokoh utama dalam penciptaan sistem transportasi massal di Jakarta. Pria yang akrab disapa Bang Yos ini menceritakan tentang perjuangannya mengatasi kemacetan di Jakarta.

Sebagai Gubernur pada periode pertamanya (1997-2002), Sutiyoso dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga ibu kota tetap berfungsi di tengah kondisi krisis yang melanda. Dan ia pun berhasil bertahan. Setelah masa-masa kritis berhasil dilewati, Sutiyoso kembali memikirkan masalah-masalah krusial, termasuk kemacetan yang menjadi momok utama.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Eddy Wijaya memperkuat pandangan tersebut dengan menyoroti kepiawaiannya dalam menghadapi tantangan tersebut. Dalam pembicaraannya, Sutiyoso menegaskan bahwa untuk menyelesaikan masalah kemacetan, tidak cukup hanya dengan keahlian militer. Oleh karena itu, ia membentuk tim yang terdiri dari para ahli transportasi, doktor, dan profesor dari berbagai universitas. Tim ini bekerja keras dalam melakukan penelitian mendalam tentang penyebab kemacetan Jakarta.

“Saya latar belakangnya adalah militer. Jangan merasa jadi pemimpin itu kita tahu semuanya. Jangan pernah merasa begitu, saya mungkin kalau strategi pertempuran mungkin saya menguasainya tetapi masalah macet ini ada orang yang lebih ngerti. Siapa itu? Orang-orang seperti doktor profesor yang punya latar belakang transpotasi. Oleh karena itu saya kumpulkan dari berbagai universitas terus saya bikin tim,” jelas Sutiyoso.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso menjelaskan bahwa pemimpin sejati tidak boleh menghindari tanggung jawab atau menyerahkan masalah kepada penerusnya. Dalam kasus kemacetan Jakarta, ia menyadari bahwa jika tidak segera ditangani, masalah tersebut akan menjadi semakin parah. Oleh karena itu, Sutiyoso dan timnya merancang sebuah konsep yang komprehensif untuk mengatasi kemacetan, yang meliputi integrasi berbagai moda transportasi, seperti MRT, busway, LRT, dan bahkan transportasi air.

“Jadi satu harus yang kita harus punya kendaraan jenis yang makro sifatnya. Artinya sekali angkut banyak diangkut. Oleh karena itu kita berencana membuat MRT, busway, LRT dan waterway, Semua moda ini akan saling mengakses. Saya janjikan kendaraan harus representatif. Apa kriteria representatif? Satu kendaraan harus nyaman, kendaraan ini harus aman, yang ketiga kendaraan ini harus tepat waktu dan yang keempat harus terjangkau tiketnya,” ungkap Sutiyoso.

Tags :

Sutiyoso, dari Militer hingga Gubernur DKI Jakarta

Sutiyoso, dari Militer hingga Gubernur DKI Jakarta

Sutiyoso, dari Militer hingga Gubernur DKI Jakarta

May 6, 2024
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sutiyoso. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Sutiyoso membagikan cerita menarik tentang perjalanan kariernya yang penuh dengan tantangan. Salah satu momen menarik adalah saat ia ditawari posisi Gubernur DKI Jakarta.

Pria yang akrab disapa Bang Yos ini awalnya ditujukan untuk menempati sebuah promosi. Namun ternyata keputusan itu beralih kepada orang lain. Suatu ketika, Panglima Angkatan Darat mengajukan namanya untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Saya dipanggil 06.30 pagi di kantor Pangab Merdeka Barat. Saya rumah dinas di Menteng jadi dekat sekali. Saya disuruh untuk menggantikan Suryadi Sudirja,” jelas Bang Yos.

Meskipun sempat merasa tidak cocok dengan posisi tersebut, Bang Yos akhirnya menerima tawaran tersebut. Namun, ia tetap melakukan pertimbangan yang matang sebelum menerima tawaran tersebut.

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Aku akhirnya terbang ke Semarang untuk minta pendapat kakak saya nomor satu. Beliau punya pengalaman sebagai wakil gubernur dua kali di Jawa Tengah. Kenapa dua kali? Karena yang kedua, beliau dipromosikan jadi gubernur di Kalimantan Barat tapi keberatan karena anaknya sudah pindah semua ke Semarang,” cerita Bang Yos.

Setelah pertimbangan yang matang, Bang Yos akhirnya menerima tawaran tersebut. Namun, ia menghadapi berbagai tantangan dan dinamika dalam menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. “Akhirnya saya mencalonkan tanpa promosi dan kampanye. Aku jadi gubernur pasca kerusuhan 5 Mei, itu khan kocar-kacir menghadapi orang yang liar dan itu khan masa transisi,” jelasnya.

Tags :