Rahmat Shah. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Di episode terbaru podcast EdShareOn yang dipandu oleh Eddy Wijaya, Rahmat Shah, seorang pengusaha sukses dan filantropis, berbagi pemikirannya tentang berbagai topik. Perbincangan ini menyoroti dedikasi Rahmat Shah untuk kemanusiaan dan kontribusinya bagi bangsa Indonesia serta hubungan eratnya dengan para pemimpin nasional dan internasional.
Rahmat Shah memulai pembicaraan dengan menekankan pentingnya menghormati simbol-simbol kebangsaan, seperti bendera dan lagu kebangsaan. Rahmat Shah merasa prihatin dengan penurunan etika, terutama di kalangan generasi muda yang seringkali kurang menghargai momen-momen tersebut. Ia menyoroti pentingnya disiplin dan etika sebagai kunci menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Rahmat Shah percaya bahwa bangsa yang kuat adalah bangsa yang menghargai etika, kejujuran, dan rasa kebersamaan. Ia sering menegur mereka yang tidak menunjukkan sikap yang pantas dalam upacara resmi, karena menurutnya, disiplin adalah fondasi dari kebangsaan yang kokoh.
Rahmat Shah juga berbicara tentang dukungannya terhadap olahraga dan para atlet muda Indonesia. Ia telah menyediakan fasilitas pelatihan yang lengkap, seperti dojo dan mes untuk atlet di kawasan Cemara Hijau, yang sepenuhnya dimiliki olehnya. Dukungan ini tidak hanya berupa fasilitas fisik, tetapi juga perhatian dan motivasi yang diberikan kepada para atlet untuk mencapai prestasi tertinggi.
Menurutnya, prestasi dalam olahraga tidak hanya meningkatkan citra bangsa, tetapi juga membuka peluang karier bagi para atlet. Banyak dari mereka yang telah berhasil menjadi anggota TNI, Polri, atau PNS berkat prestasi olahraga mereka. Ini menunjukkan bahwa dukungan yang tepat dapat memberikan harapan dan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda.
Dalam wawancara tersebut, Rahmat Shah juga menceritakan bagaimana ia diangkat sebagai Konsul Jenderal Kehormatan Turki di Sumatera. Ia memutuskan untuk menerima peran tersebut karena melihat potensi besar dalam meningkatkan ekspor dari Sumatera ke Turki, tanpa harus melalui negara ketiga seperti Malaysia atau Singapura. Rahmat Shah dengan bangga menyatakan bahwa ia tidak pernah meminta imbalan apa pun dari peran ini, bahkan ia menanggung semua biaya operasional kantor konsulat tersebut.
Dedikasinya untuk memfasilitasi perdagangan antara Indonesia dan Turki telah memberikan dampak positif, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan devisa negara. Penghargaan yang diterimanya dari pemerintah Turki, termasuk penghargaan yang diberikan di atas kapal perang Turki, menunjukkan pengakuan atas kontribusi besar yang telah ia berikan.
Eddy Wijaya kemudian bertanya kepada Rahmat Shah tentang penghargaan yang paling berkesan di antara hampir 1.000 penghargaan yang telah diterimanya. Rahmat Shah menjawab bahwa penghargaan tertinggi yang ia terima dari tiga Presiden Indonesia, yaitu Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo, adalah yang paling membanggakan baginya. Penghargaan Bintang Mahaputra, yang diberikan kepadanya, adalah bukti pengabdian yang luar biasa kepada bangsa dan negara.
Rahmat Shah menutup wawancara dengan menyampaikan filosofi hidupnya dalam kepemimpinan. Menurutnya, perbedaan antara seorang pejabat dan penjahat sangat tipis. Seorang pejabat yang sejati adalah mereka yang menjalankan tugasnya untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara, bukan untuk keuntungan pribadi. Ia menolak tawaran untuk menjadi menteri karena merasa tidak mampu dan lebih memilih untuk berkontribusi di bidang lain yang ia kuasai.
Tags :