Rahmat Shah. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Pada episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya duduk bersama Rahmat Shah, seorang filantropis dan pencinta satwa, untuk membahas perjalanan uniknya dalam dunia konservasi yang dipadukan dengan berburu. Pembicaraan ini tidak hanya membuka wawasan mengenai aktivitas Rahmat Shah, tetapi juga bagaimana ia menggabungkan minatnya terhadap satwa dengan usaha untuk melestarikan alam.
Eddy Wijaya membuka diskusi dengan membahas koleksi Rahmat Museum yang memuat lebih dari 2.600 spesies. Rahmat Shah dengan bangga menjelaskan bahwa koleksi tersebut bukan hanya terdiri dari binatang besar, tetapi juga mencakup berbagai jenis serangga seperti nyamuk, semut, lalat, dan kumbang, serta ratusan jenis kupu-kupu. Museum ini tidak hanya menjadi tempat penyimpanan spesimen, tetapi juga simbol prestasi Rahmat Shah yang telah mendapatkan pengakuan internasional.
“Saya jadi cover, bayangin Putra Indonesia jadi cover,” ungkap Rahmat Shah dengan penuh kebanggaan. Melalui berbagai prestasinya, termasuk menjadi cover pada majalah internasional, Rahmat Shah merasa telah membawa nama baik bangsa Indonesia di mata dunia.
Namun, Rahmat Shah tidak hanya berhenti pada pengumpulan spesimen. Ia juga mendirikan dan mengelola kebun binatang yang hidup, sebuah langkah yang didorong oleh keinginan untuk menyediakan tempat hiburan yang mendidik, sehat, dan terjangkau bagi masyarakat. “Masyarakat itu butuh tempat hiburan yang layak, sehat, mendidik dan terjangkau. Ya itu kebun binatang,” ujar Rahmat Shah.
Menurutnya, kebun binatang bukan sekadar tempat hiburan, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi anak-anak dan keluarga. Dengan biaya yang relatif terjangkau, masyarakat dapat menikmati waktu bersama keluarga sambil belajar mencintai dan memahami binatang.
Ketika ditanya oleh Eddy Wijaya tentang bagaimana ia bisa mengelola museum dan kebun binatang sekaligus, Rahmat Shah menjelaskan bahwa motivasinya didorong oleh keinginan untuk melihat orang lain bahagia. “Saya senang lihat orang bahagia,” katanya, menekankan bahwa kepuasan batin yang didapat dari melihat kebahagiaan orang lain jauh lebih berharga daripada keuntungan finansial.
Penutupan diskusi ditandai dengan refleksi Rahmat Shah tentang nilai harta dan kehidupan. Meskipun banyak tawaran yang datang untuk membeli koleksinya, termasuk tawaran sebesar 20 hingga 23 juta dolar dari Dubai, Rahmat Shah memilih untuk tetap mempertahankan museumnya di Indonesia sebagai bentuk kebanggaan nasional. “Harta itu bukan segalanya,” katanya, menunjukkan bahwa bagi Rahmat Shah, warisan dan kontribusi bagi bangsa jauh lebih berharga daripada kekayaan materi.
Tags :