Rahmat Shah. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Pada episode podcast EdShareOn yang dipandu oleh Eddy Wijaya, Rahmat Shah yang merupakan seorang tokoh yang dikenal luas di berbagai bidang, termasuk sebagai Ketua PMI Sumatera Utara—berbagi pandangannya tentang peran Pemuda Pancasila (PP) dalam mengubah citra negatif yang melekat pada organisasi tersebut, serta pesannya untuk generasi muda Indonesia dalam menyongsong era Indonesia Emas 2045.
Dalam wawancaranya, Rahmat Shah menjelaskan alasan di balik keputusan beliau untuk merekrut pemuda yang sering kali dianggap ‘preman’ ke dalam organisasi Pemuda Pancasila (PP). Menurutnya, PP merupakan wadah yang sangat tepat untuk menyalurkan potensi para pemuda yang kurang mendapatkan kesempatan pendidikan dan lapangan kerja. Dengan memberikan mereka atribut yang dapat dibanggakan, seperti seragam dan emblem, PP mampu mengurangi potensi kerusuhan dan perilaku negatif lainnya.
“Kalau tidak ada organisasi yang namanya Pemuda Pancasila, anak-anak ini akan liar tidak ada wadah tidak ada baju atau emblem yang dia banggakan,” ujar Rahmat Shah. Beliau juga menekankan bahwa dalam PP, anggota diharuskan menjauhi kegiatan-kegiatan ilegal seperti judi dan narkoba.
Lebih lanjut, Rahmat Shah menjelaskan bahwa sebagai seorang pengusaha, dirinya selalu mendorong rekan-rekan pengusaha untuk berkontribusi kepada masyarakat sekitar dengan memberikan pekerjaan kepada pemuda-pemuda yang membutuhkan. Beliau berpesan agar para pengusaha tidak pelit dalam membantu para pemuda, karena bantuan kecil dari mereka dapat memberikan dampak besar dalam kehidupan para pemuda ini.
Ketika ditanya oleh Eddy Wijaya tentang pesan untuk generasi muda dalam menghadapi Indonesia Emas 2045, Rahmat Shah memberikan pandangan yang mendalam. Beliau menekankan pentingnya disiplin, fokus, dan integritas sebagai kunci keberhasilan. “Untuk semuanya untuk berhasil itu pertama kita mesti bisa disiplin. Fokus pada tujuan kita memohon yang terbaik kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” katanya.
Rahmat Shah juga mengingatkan generasi muda untuk tidak terjebak dalam kebiasaan buruk, seperti kecanduan smartphone yang dapat mengganggu produktivitas dan kesehatan. “Saya rasa 80% pemuda hancur kena smartphone. Ibadah aja sudah lupa gara-gara smartphone janji sama keluarga lupa tugas main-main malam tidur sampai jam 1 itu racun,” tegasnya.
Dalam penutupannya, Rahmat Shah mengingatkan pentingnya kesederhanaan dan rendah hati. Meskipun beliau memiliki banyak pencapaian dan kemewahan, Rahmat Shah lebih memilih kesederhanaan dalam kehidupannya sehari-hari. “Sebetulnya kalau hidup tuh mau bahagia mau sehat apa adanya aja. Nggak usah sombong dan nggak usah angkuh,” katanya. Rahmat Shah menegaskan bahwa tindakan sombong dan arogansi tidak hanya merusak diri sendiri tetapi juga bisa menghancurkan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.
Tags :