Ikrar Nusa Bhakti. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Dalam salah satu episode podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Prof. Ikrar Nusa Bhakti mengenai berbagai isu politik, termasuk pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dan pengaruh budaya Jawa dalam politik Indonesia. Wawancara ini memberikan pandangan yang menarik tentang rencana besar pemerintah dan tantangan yang dihadapi terkait keberlanjutan IKN.
Prof. Ikrar memulai dengan mengkritik lokasi IKN yang dianggapnya kurang tepat. Menurutnya, Penajam Pasir Utara di Kalimantan Timur menghadapi kendala besar dalam hal infrastruktur dan lingkungan. Salah satu faktor utama yang diangkat adalah masalah air yang sulit didapat di daerah tersebut. Kondisi lahan gambut serta kualitas air yang rendah menjadi tantangan serius untuk kebutuhan pertanian dan perikanan, dua sektor penting yang mendukung kehidupan di wilayah tersebut.
Dalam perbincangan itu, Prof. Ikrar juga mengkritisi dari sisi pertahanan negara. Ia menyoroti bahwa lokasi IKN di Kalimantan Timur membuat sistem pertahanan Indonesia seperti ‘telanjang’, berbeda dengan Jakarta yang sejak zaman kolonial Belanda sudah dirancang dengan sistem pertahanan yang matang. Kondisi geografis dan struktur tanah di Kalimantan Timur juga dinilai tidak memadai untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, terutama jika dibandingkan dengan ibu kota yang sudah memiliki sejarah panjang dalam hal pertahanan.
Eddy Wijaya juga mengangkat pembahasan tentang bagaimana pengaruh budaya Jawa terus hadir dalam politik Indonesia. Prof. Ikrar menyebut bahwa sejak awal pemerintahan, Presiden Jokowi sering diibaratkan sebagai ‘raja kecil Jawa’, namun kritik dari rekan-rekannya justru melihat Jokowi sebagai sosok yang ingin menjadi ‘Raja Nusantara’. Hal ini menjadi simbol dari ambisi politik Jokowi, termasuk dalam memindahkan Ibu Kota.
Selain itu, perbincangan ini juga menyentuh mengenai sejarah kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya. Kedua kerajaan ini digambarkan sebagai penguasa yang memiliki sistem pertahanan laut dan darat yang kuat. Prof. Ikrar menyoroti bahwa warisan kerajaan ini masih menjadi bagian dari kebanggaan Indonesia, meskipun banyak bagian dari sejarah mereka yang justru diakui di luar negeri, seperti di Thailand.
Tags :