Aryati Hamzy saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Dokter Psikiater Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), Aryati Hamzy menyatakan ketidaksepakatannya soal penerapan hukuman mati bagi koruptor. “Saya menilai hukuman mati bukan jalan terbaik,” kata dia kepada Eddy Wijaya.
Kepala SMF Neuropsikiatri RS Tadjuddin Chalid Makassar pada tahun 2012 itu melihat, penerapan hukuman mati koruptor kurang berpengaruh terhadap psikologi seseorang. Seperti yang terjadi di China yang menerapkan hukuman mati, namun tidak masuk 10 besar negara dengan penanganan korupsi terbaik tingkat dunia.
“Kalau kita melihat pengalaman di negara lain seperti China yang menerapkan hukuman mati untuk pelaku korupsi, dan kita melihat bagaimana pencapaian China memberantas korupsi, saya melihat hal yang tidak berbeda,” kata Aryati.
Aryati mengatakan, hukuman bagi koruptor yang paling tepat seperti yang dilakukan di Singapura, yakni dengan memberikan hukuman moral bahkan kepada keluarga koruptor tersebut. “Memberikan dampak secara psikologis, dan juga secara sosial dengan harapan bahwa ke depannya mereka (koruptor) ada itikad untuk tobat dalam segi spiritual,” katanya.
Transparency International (TI) mengeluarkan Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) untuk 180 negara pada 2024. Urutan pertama adalah Denmark dengan IPK 90, posisi kedua yakni Finlandia dengan skor IPK 88, menyusul Singapura 84, Selandia Baru 83, Luksemburg, Norwegia dan Swiss masing-masing 81, kemudian Swedia 80, Belanda 78, Australia, Islandia dan Irlandia masing-masing 77. Sementara Indonesia berada pada peringkat 99 dengan skor 37. Adapun China berada pada peringkat 76 dengan skor IPK 43.
Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.
Tags : #EdShareOn #AryatiHamzy #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya