EdShareOn

Hikmahanto Juwana Mengulas Konflik Tiongkok dan Taiwan

July 9, 2024
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hikmahanto Juwana. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana, mengenai konflik Tiongkok dengan Taiwan dan peran Amerika Serikat dalam ketegangan tersebut. Hikmahanto memberikan penjelasan historis serta konteks geopolitik yang memperjelas dinamika antara kedua negara tersebut.

Menurut Hikmahanto, konflik antara Tiongkok dan Taiwan berakar pada runtuhnya kekaisaran Tiongkok, yang kemudian digantikan oleh pemerintahan nasionalis. “Setelah kekaisaran Tiongkok runtuh, pemerintahan nasionalis berkuasa. Namun, pada tahun 1970-an, komunis mengambil alih pemerintahan dan pemerintahan nasionalis lari ke pulau Taiwan, mendirikan Republic of China,” jelas Hikmahanto.

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Amerika Serikat, awalnya mengakui Republic of China (Taiwan) sebagai representasi Tiongkok. Namun, pada tahun 1971-1972, Amerika mengubah pengakuannya menjadi People’s Republic of China (China). Hikmahanto menambahkan, “Amerika mengakui China karena Tiongkok yang besar lebih signifikan secara geopolitik.”

Ketegangan semakin meningkat ketika Taiwan yang didukung Amerika Serikat, seringkali mengancam untuk mendeklarasikan kemerdekaannya. “Setiap kali ada Pemilu di Taiwan, selalu ada ancaman deklarasi kemerdekaan. Ini membuat People’s Republic of China marah dan sering melakukan latihan militer sebagai ancaman langsung,” ungkap Hikmahanto.

Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hikmahanto Juwana Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Amerika Serikat memainkan peran besar dalam mendukung Taiwan, terutama melalui penjualan senjata. “Amerika hidup dari industri pertahanan. Penjualan senjata ke Taiwan dan negara lain sangat penting bagi perekonomian mereka,” kata Hikmahanto. Ia juga menyoroti bagaimana kebijakan luar negeri Amerika terkait dengan industri pertahanan, mempengaruhi hubungan internasional dan diplomasi.

Indonesia, seperti banyak negara lain, mengakui People’s Republic of China dan bukan Republic of China. “Indonesia mengakui PRC dan bukan ROC. Kami hanya memiliki hubungan perdagangan dengan Taiwan melalui Kamar Dagang,” jelas Hikmahanto.

Tags :

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)