dr. Hasto Wardoyo. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Pada episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya mengundang Hasto Wardoyo untuk berdiskusi mengenai isu-isu terkini terkait perilaku seksual remaja dan kebijakan BKKBN. Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena pergeseran perilaku seksual di kalangan remaja Indonesia.
Hasto Wardoyo memulai dengan mengungkapkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang menunjukkan bahwa hubungan seks pertama di kalangan remaja terjadi pada usia 15 hingga 19 tahun. “Laki-laki sekitar 74% dan perempuan sekitar 60% melaporkan hubungan seks pertama pada usia 15 hingga 19 tahun,” jelasnya. Namun, usia pernikahan pertama rata-rata terjadi pada usia 22 tahun. Hasto menekankan bahwa perbedaan ini menunjukkan peningkatan perzinaan dan seks bebas di kalangan remaja.
Eddy Wijaya kemudian menanyakan tentang pendidikan moral di keluarga dan agama sebagai solusi. Hasto setuju bahwa data ini perlu dipahami oleh masyarakat luas, termasuk oleh pemuka agama dan orangtua, untuk meningkatkan kesadaran dan pengawasan terhadap perilaku seksual remaja. Ia juga mengungkapkan bahwa pacaran di masa kini jauh lebih bebas dibandingkan dengan masa lalu, di mana hubungan lebih terbatas dan lebih banyak melalui surat menyurat.
Hasto Wardoyo juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ini, termasuk kemudahan akses komunikasi melalui media sosial. “Komunikasi sekarang bisa dilakukan kapan saja, yang memberikan keleluasaan lebih besar dalam pergaulan,” ujarnya. Ia juga menggambarkan bagaimana perubahan budaya pacaran telah mengubah cara remaja berinteraksi, yang dapat meningkatkan syahwat dan emosional seks.
Untuk mengatasi masalah ini, BKKBN memiliki beberapa inisiatif. Program Bina Keluarga Remaja bertujuan memberikan pendidikan seks yang komprehensif kepada orangtua remaja, membantu mereka memahami perubahan-perubahan masa puber dan bagaimana mengawasi anak-anak mereka. Selain itu, BKKBN juga membentuk Generasi Berencana (Genre), sebuah kelompok anak muda yang memberikan edukasi kepada teman sebaya mereka. “Anak muda lebih percaya pada teman sebaya mereka daripada pada orang dewasa,” jelas Hasto.
Eddy Wijaya juga menyinggung tentang tren pasangan yang memilih memiliki sedikit anak, mengingat program Keluarga Berencana pada masa Orde Baru yang mendorong “Dua Anak Cukup”. Hasto menjelaskan bahwa saat ini BKKBN lebih fokus pada kualitas daripada kuantitas. “Dua anak tetap menjadi tujuan, tetapi lebih penting lagi adalah kualitas hidup mereka,” katanya. Ia menekankan pentingnya jarak yang sehat antara kelahiran anak dan usia ideal orangtua saat melahirkan untuk mencegah masalah kesehatan seperti stunting.
Tags :