Hikmahanto Juwana. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Di episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Hikmahanto Juwana mengenai dampak ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan, serta implikasinya bagi Indonesia. Diskusi yang mendalam ini membahas latar belakang historis konflik, upaya propaganda yang terjadi, serta potensi dampak dari ketegangan ini.
Hikmahanto menjelaskan bahwa konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan adalah masalah klasik yang berakar pada perpecahan ideologi selama Perang Dingin. “Dua Korea ini terpecah karena masalah ideologi pada waktu Perang Dingin. Korea Utara menganut ideologi komunis, sementara Korea Selatan menganut ideologi liberal. Persaingan di antara mereka untuk mendapatkan kekuasaan akhirnya memicu perang saudara,” jelasnya.
Baru-baru ini, ketegangan meningkat setelah Korea Selatan melalui sebuah LSM, mengirimkan pesan-pesan berupa film K-pop dan materi propaganda lainnya ke Korea Utara. Hikmahanto menambahkan, “Ini adalah upaya propaganda untuk mendorong rakyat Korea Utara berpikir bahwa hidup mereka seharusnya bisa lebih baik dan mendorong perubahan pemerintahan yang sangat konservatif.”
Tindakan ini mendapat reaksi keras dari Korea Utara, yang membalas dengan mengirimkan sampah fisik ke Korea Selatan. “Pemerintah Korea Utara menganggap pengiriman materi propaganda ini sebagai ‘sampah’, sehingga mereka membalas dengan mengirimkan sampah dalam arti sebenarnya,” ujar Hikmahanto.
Eddy Wijaya menyoroti betapa otoriternya pemerintahan Korea Utara, dengan contoh ekstrim seperti eksekusi pejabat yang melakukan kesalahan. “Menteri pertahanan mereka saja dihukum mati karena ketiduran. Ini menunjukkan betapa kejamnya rezim tersebut,” kata Eddy Wijaya.
Hikmahanto kemudian membandingkan situasi di Korea dengan konflik Israel-Palestina. “Jika dibandingkan, kekejaman Israel tidak hanya terjadi di dalam negeri tetapi juga berdampak luas di luar negeri, yang mendapat kecaman dari masyarakat internasional, termasuk negara-negara non-Muslim seperti Inggris dan Spanyol,” jelas Hikmahanto Juwana.
Tags :