Melki Sedek. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Sebagai seorang aktivis yang gigih, Melki Sedek dan rekan-rekannya telah menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam perjuangan mereka untuk keadilan dan kesejahteraan mahasiswa. Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Melki berbagi pengalaman menghadapi intimidasi dan tekanan dari pihak tertentu.
Menurut Melki, intimidasi dan tekanan dari pihak tertentu sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Mereka sering kali didatangi oleh aparat keamanan menjelang demonstrasi yang akan dilakukan. “Kami diminta untuk tidak melakukan demonstrasi, mengurangi jumlah personel. Bahkan diancam seperti tidak diizinkannya pulang ke rumah,” ujar Melki.
Ancaman tidak hanya terbatas pada dunia nyata, tetapi juga merambah ke dunia digital. Melki mengungkapkan bahwa mereka sering mengalami serangan siber yang mengganggu, seperti peretasan akun WhatsApp. “Saat pandemi covid. ancaman-ancamannya adalah apa diretas ini itu, kami pernah mau melakukan aksi demostrasi tapi HP kami WhatsApp-nya dihack,” tuturnya.
Namun, Melki menegaskan bahwa meskipun dihadapkan pada berbagai ancaman dan intimidasi, mereka tetap teguh dalam perjuangan mereka. “Sampai hari ini belum ada terjadi kekerasan fisik,” lanjut Melki.
Selain menghadapi ancaman dari pihak tertentu, Melki juga berbagi tentang cita-citanya untuk masa depan. Meskipun beberapa mungkin berpikir bahwa Melki mungkin ingin terjun ke dalam politik, ia menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah memajukan tempat kelahirannya, Pontianak, Kalimantan Barat. “Saya pengin majuin tempat kelahiran. Saya lahir di Pontianak,” ucapnya.
Terkait dengan isu-isu politik dan perubahan konstitusi, Melki mengajukan pandangan yang berbobot. Dia menegaskan pentingnya menjaga prinsip-prinsip demokrasi dan taat hukum dalam setiap proses perubahan. “Kalau semuanya diserahkan pada rakyat, itu harus sesuai dengan hukum yang berlaku,” jelasnya.
Tags :