Jokowi Harus Masuk di Partai Politik yang Lebih Besar

Jokowi Harus Masuk di Partai Politik yang Lebih Besar

Jokowi Harus Masuk di Partai Politik yang Lebih Besar

August 14, 2025
Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JakartaPengamat politik Ray Rangkuti menyarankan agar Presiden ke-7 RI Joko Widodo bergabung di partai politik yang lebih besar daripada Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Hal itu menanggapi wacana akan bergabungnya Jokowi ke partai yang dipimpin anak bungsunya Kaesang Pangarep tersebut sebagai ketua dewan pembina.

“Mau ke Golkar kek, atau ke PPP kek, ke manalah ya, tapi cari partai politik yang lebih besar. Sebab kalau beliau tetap bercokol di PSI, nama PSI dengan sendirinya akan tercoreng, sementara daya dongkraknya tidak terlalu besar. Bahkan ketika Pak Jokowi jadi presiden, PSI hanya dapat suara 2,8 persen,” ucap Ray kepada Eddy Wijaya.

Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Aktivis 98 kelahiran Mandailing Natal, Sumatera Utara, 20 Agustus 1969 itu menjelaskan, pengaruh politik Jokowi akan terus eksis bila bergabung ke salah satu partai yang menduduki kursi di DPR RI. Apalagi Jokowi membutuhkan sokongan politik yang kuat pada Pilpres 2029 untuk mengusung Gibran Rakabuming sebagai Capres.

“Pusaran politik ini cuma ada pada 8 partai yang ada sekarang duduk di parlemen,” kata Ray. “Kalau pandangan saya ya, jangan ke PSI justru harus ke partai yang lain supaya ada backup kepada Gibran di masa yang akan datang,” ucapnya menambahkan.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RayRangkuti #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ray Rangkuti: Ayunan Politik Presiden Prabowo Lebih banyak ke Megawati

Ray Rangkuti: Ayunan Politik Presiden Prabowo Lebih banyak ke Megawati

Ray Rangkuti: Ayunan Politik Presiden Prabowo Lebih banyak ke Megawati

August 14, 2025
Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JakartaPengamat Politik Ray Rangkuti menilai pemberian amnesti kepada Hasto Kristiyanto dan abolisi bagi Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong sarat dengan sikap politik Presiden Prabowo Subianto saat ini. Menurut Ray, Prabowo saat ini semakin mendekat kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan kian renggang dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo.

“Sebagai contoh, karena lebih banyak ‘ayunannya’ ke Ibu Mega, kasus soal Tom Lembong dilepas, otomatis nama Pak Jokowi yang kena. Lalu soal Hasto lepas, otomatis Pak Jokowi yang kena,” ujar Ray saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 13 Agustus 2025.

Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ray menjelaskan Hasto adalah orang kepercayaan Megawati Soekarnoputri yang dulu sempat menjabat sebagai sekretaris jenderal PDIP. Sementara Tom Lembong merupakan mantan co-Captain Tim Pemenangan Anies Baswedan dalam Pilpres 2024. Baik Hasto maupun Tom kerap mengkritik sikap politik Jokowi.  “Dua orang ini boleh disebut mewakili 2 kekuatan oposisi. Hasto oposisi formal di legislatif lewat PDI Perjuangan, Tom Lembong oposisi non formal dari Anies Baswedan yang dikenal sebagai Anak Abah,” katanya.

Hasto Kristiyanto divonis 3,5 tahun penjara dalam kasus suap Penggantian Antar Waktu (PAW) anggota DPR RI. Sementara Tom Lembong divonis 4,5 tahun penjara dalam kasus korupsi impor gula pasir saat menjabat Menteri Perdagangan periode 2015 – 2016. Namun keduanya dilepaskan dari hukuman setelah Presiden Prabowo memberikan amnesti kepada Hasto dan abolisi kepada Tom pada 1 Agustus lalu.

Menurut Ray pemberian amnesti dan abolisi tersebut memiliki dampak cukup luas baik pada hubungan Prabowo dengan Jokowi serta perpolitikan menjelang Pilpres 2029. Ray menduga Presiden Prabowo akan menggandeng PDIP dan kemungkinan meninggalkan Gibran Rakabuming Raka yang merupakan anak sulung Jokowi jelang Pilpres.

Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ray Rangkuti saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Besar dugaan saya, Gibran tidak lagi diajak Prabowo sebagai calon wakil presiden untuk 2029. Mengapa nggak diajak? Karena terlalu kecil backup politik Gibran yang tidak berpartai sampai sekarang,” katanya. “Bahkan saya punya dugaan nih, mungkin Puan (Puan Maharani, anak Megawati) yang akan dipasangkan dengan Pak Prabowo,” ujarnya menambahkan.

Pendiri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkar Madani (LIMA) memprediksi hal itu sejak pertemuan Presiden Prabowo dengan Megawati pada 7 April lalu. “Saya sudah ingatkan dari awal, begitu Ibu Mega bertemu dengan Pak Prabowo, akan ada sinyal Pak Prabowo merapat ke Ibu Mega, yang otomatis akan meninggalkan Pak Jokowi,” ujar lulusan Fakultas Ushuluddin Program Studi Aqidah Filsafat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RayRangkuti #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Profesor Adrianus Duga Arya Daru Rencanakan Asfiksia Sudah Lama

Profesor Adrianus Duga Arya Daru Rencanakan Asfiksia Sudah Lama

Profesor Adrianus Duga Arya Daru Rencanakan Asfiksia Sudah Lama

August 6, 2025
Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Jakarta – Pakar Kriminologi Universitas Indonesia Profesor Adrianus Eliasta Sembiring Meliala menduga Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan meninggal dunia karena tindakan bunuh diri dengan cara asfiksia atau menahan jalur nafas. Ia menilai aksi tersebut bisa jadi telah direncanakan dalam waktu yang lama, bahkan kemungkinan korban sudah pernah mencobanya.

“Kalau dia memang memutuskan untuk bunuh diri, maka ada dua kemungkinan; (yakni) sesuatu dipikirkannya baru-baru saja, atau sesuatu yang memang sudah bertahun, sudah menjadi suatu yang dipikirkannya, dibayangkannya, bahkan dia mungkin sudah mencoba. Nah, mana yang benar? Kita lihat dari kepolisian,” ujar Prof. Adrianus saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang syuting pada Selasa, 29 Juli 2025, sebelum Polda Metro Jaya mengumumkan hasil penyelidikan kematian Arya Daru.

Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Diplomat muda berusia 39 tahun itu ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 8 Juli 2025. Kematiannya cukup misterius karena ditemukan dalam kondisi tubuh berselimut di atas kasur, serta kepala tertutup plastik lalu terlilit lakban. Dari hasil penyelidikan polisi, diduga alat yang digunakan untuk bunuh diri sudah dipersiapkan cukup lama. Misalnya lakban berwarna kuning yang melilit Arya Daru dibeli di Yogyakarta pada Juni lalu. 

Indikasi bunuh diri juga menguat lantaran polisi tidak menemukan bekas sidik jari orang lain di lakban tersebut, begitupun dengan barang-barang di TKP seperti sprei dan gelas kaca. Polda Metro Jaya menyimpulkan kematian Arya Daru tidak diakibatkan oleh tindak pidana seperti pembunuhan atau penganiayaan. Sementara hasil autopsi menunjukkan korban diduga kehabisan oksigen akut pada jantung.

Menurut Prof. Adrianus, keputusan korban untuk bunuh diri telah dipersiapkan dengan matang. Hal itu bisa dilihat melalui rekaman CCTV sesaat sebelum korban ditemukan tewas. “Kalau kita lihat dari video ketika yang bersangkutan keluar dari kamarnya membuang sampah dan kembali, itu kan, bukan (cara) jalannya orang yang sedang bingung, tapi orang yang sudah firm dengan decision-nya (keputusannya bunuh diri),” kata Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia tersebut.

Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Adrianus Meliala saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Anggota Ombudsman RI Periode 2016-2021 itu menjelaskan, dugaan bunuh diri diperkuat lagi dengan kondisi TKP yang tidak menunjukkan tanda-tanda unsur pidana. Sehingga memudahkan polisi untuk melakukan eksplorasi. “Kalau kita berangkat dari ilmu investigasi kepolisian, penyelidikan dimulai dari TKP. Dan ketika itu TKP sudah cukup jelas menunjukkan bahwa entry variant tidak ada, tanda-tanda kerusakan juga tidak ada.  Adanya CCTV yang mengindikasikan bahwa ada orang masuk juga tidak ada (selain Daru) dan juga tidak ada barang-barang hilang,” ujar Prof. Adrianus.

Komisioner Kompolnas periode 2012-2016 itu menambahkan, keputusan untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri memang kerap berkaitan dengan mental. Namun ia belum dapat memastikan apakah persoalan tersebut menjadi motif Arya Daru nekat mengakhiri hidupnya. “Jangan dilihat orangnya gagah, berhasil dalam tugas, karirnya cemerlang. Kadang-kadang kita terlena dalam tampilan, padahal sebenarnya di balik itu dia menjadi pribadi yang rapuh, mudah berpikir kalah, dan harus mengakhiri hidup ini dengan cara bunuh diri,” kata dia.

Prof. Adrianus berharap kasus tersebut menjadi pelajaran bagi masyarakat agar tidak mudah menyerah pada masalah pribadi yang dihadapi, apalagi hingga nekat bunuh diri. “Tentu saja semua orang punya tekanan, tapi sebagai individu kita bisa menanggung tekanan itu apa tidak? Di sini yang jadi masalah. Orang memakai asumsi bahwa yang bersangkutan masih muda, karirnya bagus, diplomat pula, pernah penempatan di berbagai (tempat), maka harusnya bisa menanggung tekanan dong? Asumsi yang begini menjadi beban baru bagi seseorang dan kemudian memilih untuk kalah,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AdrianusMeliala #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Perusahaan Butuh Merekrut Intelijen

Perusahaan Butuh Merekrut Intelijen

Perusahaan Butuh Merekrut Intelijen

July 30, 2025
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pengamat Intelijen dan Terorisme, Ridlwan Habib menjelaskan pentingnya mempekerjakan seorang intelijen dalam suatu perusahaan. Ia menilai keberadaan intelijen di perusahaan menjadi bagian penting dalam melancarkan rencana bisnis. “Sekarang ada bisnis intelijen. Perusahaan-perusahaan swasta butuh juga. Bisnis intelijen itu bahkan sekarang lebih dibutuhkan,” ujar Ridlwan kepada Eddy Wijaya.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Keamanan era Presiden Jokowi itu mencontohkan suatu perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang mempekerjakan intelijen. Yang mana, perusahaan itu ingin mengetahui rencana competitor-nya dalam menjalankan bisnis obat-obatan tersebut.

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Dia pengen mengerti rivalnya lagi menyiapkan produk apa, obat apa yang baru? Kan ada metodologi mengintai, merekrut petugas laboratorium pihak lawan, jadi diincar nih siapa yang bisa didekati. Jadi ada penyurupan atau menyamar (menjadi pegawai), dan penggalangan. Yang begini kan sangat prospektif,” kata Ridlwan.

Ridlwan mengatakan, dirinya pernah mempelajari mata kuliah tentang bisnis intelijen saat mengecap pendidikan di Pascasarjana Universitas Indonesia. “6 SKS itu, saya masih ingat beberapa tentor kita. Dan di sana juga diajari tuh, bagaimana kemudian rivalitas bisnis, corporate confidentiality, yang begitu ada materinya,” kata dia.

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Oleh karena itu, Ridlwan berharap intelijen dimanfaatkan dengan bijak untuk kepentingan orang banyak dan dipelajari dengan baik sebagai suatu ilmu pengetahuan. “Intelijen ini kan seperti pisau, tools. Pisau ya bisa buat mengupas mangga, bisa buat membunuh orang. Tergantung digunakan untuk apa,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RidlwanHabib #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib: Intelijen Asing Berharap Indonesia Kacau

Ridlwan Habib: Intelijen Asing Berharap Indonesia Kacau

Ridlwan Habib: Intelijen Asing Berharap Indonesia Kacau

July 30, 2025
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pengamat Intelijen dan Terorisme, Ridlwan Habib memperingatkan masyarakat agar waspada terhadap pihak asing yang beroperasi melalui intelijen di Indonesia. Menurutnya, intelijen yang bekerja atas nama negara maupun perusahaan asing itu menginginkan kekacauan sehingga mengancam kedaulatan nasional.

“Sebenarnya yang harus kita aware itu dalam konteks geopolitik, banyak pihak asing, ini bisa negara, bisa kepentingan bisnis, kepentingan swasta dalam hal ini private, yang kemudian sangat berharap chaotic condition di Indonesia ini berjalan panjang,” ujar Ridlwan saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 30 Juli 2025.

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Ridlwan, operasi intelijen tersebut bertujuan untuk mengambil remah-remah keuntungan dari kekacauan yang terjadi. Baik itu melalui keuntungan bisnis maupun dampak politik. “Secara bisnis mereka bisa bermain saham di situ, bisa menggunakan metodologi buyback dan sebagainya. Secara konsolidasi politik, mereka bisa memainkan peran untuk menyokong pihak-pihak yang masih, dalam tanda petik, sakit hati dengan pemerintahan Presiden Prabowo,” katanya.

Wacana soal aktivitas intelijen asing di Indonesia memang sempat disinggung Presiden Prabowo Subianto saat menjabat Menhan RI. Bahkan saat berbicara dalam Kongres Partai NasDem pada Agustus 2024, Prabowo menyebut intelijen asing mengamati kekuatan Indonesia pada Sumber Daya Alam (SDA) misalnya cadangan nikel, bauksit, dan emas. Dalam dunia politik, agen-agen rahasia disebut-sebut pernah terlibat dalam Pemilu pertama Indonesia pada 1955 hingga penumbangan Presiden Sukarno.

Ridlwan menjelaskan, operasi intelijen asing dalam konteks politik Indonesia sekarang ini juga masih berkutat pada isu penggulingan rezim. Lulusan pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia itu melihat fenomena tersebut melalui media sosial yang memprovokasi isu penggulingan Presiden Prabowo. “Ada beberapa akun yang dibuat lalu mengancam pemerintahan. Bisa saja akun itu dibuat intelijen asing, bisa saja disuruh kepentingan oligarki jahat yang merasa dirugikan oleh kabinet dan kerja keras Pak Prabowo hari ini,” kata Ridlwan.

Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ridlwan Habib saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Dalam konteks negara, Direktur The Indonesia Intelligence Institute itu meyakini kedutaan negara-negara di Indonesia menjalankan tugas operasi intelijen. Ia juga menilai tugas yang sama juga dilakukan kedutaan Indonesia di luar negeri. “Saya bisa memastikan hampir semua kedutaan itu mempunyai fungsi intelijen, apakah itu kedutaan Rusia, kedutaan Korea Selatan,” kata Ridlwan. “Mereka mencari cara untuk mendapatkan informasi. Caranya bagaimana? Mendekati wartawan, mendekati media, mendekati tokoh politik, anggota DPR, tokoh agama, ilmuwan, akademisi,” ujarnya.

Kendati demikian, Ridlwan menjelaskan aktivitas intelijen asing tersebut telah dimonitor lembaga intelijen dalam negeri seperti Badan Intelijen Nasional (BIN). “Konsepnya intelijen itu kan bagaimana caranya supaya tidak terjadi. Ketika dia tahu ada ancaman, rumusnya adalah perkalian dari intensi, niat jahat, dikalikan capability, kemampuan melakukan kejahatan, dikalikan circumstance, situasi. Kalau dalam salah satu ini bisa dibuat nol, maka otomatis ancamannya nol juga,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RidlwanHabib #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Koperasi Merah Putih Harus Sesuai Data Masyarakat Desa

Koperasi Merah Putih Harus Sesuai Data Masyarakat Desa

Koperasi Merah Putih Harus Sesuai Data Masyarakat Desa

July 23, 2025
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Founder KedaiKopi, Hendri Satrio menyayangkan pemerintah karena tidak memiliki data berupa profil lengkap desa seluruh Indonesia. Menurutnya, data itu sangat penting untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat desa terhadap program nasional khususnya Koperasi Merah Putih (KMP) yang diresmikan Pemerintahan Prabowo-Gibran sejak 21 Juli lalu.

“Ini kita ngomongin Koperasi Merah Putih ya. Ternyata kita tidak punya data-data profil desa yang berjumlah 80 ribu itu. Maksudnya, bukan cuma nama desa A, tapi desa A ini penduduknya berapa banyak? pekerjaannya apa saja? kebutuhannya apa saja? sehingga bisa disesuaikan dengan koperasinya,” kata Bung Hensa kepada Eddy Wijaya.

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bung Hensa mengatakan Koperasi Merah Putih (KMP) sangat bagus karena bercita-cita meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kelurahan melalui penguatan ekonomi berbasis gotong royong dan kemandirian. Namun, bila datanya tidak ada akan rentan bermasalah. “Kalau bicara data, saya juga kaget, saya kira BPS punya, saya pikir juga BKKBN punya, atau Kementerian punya? Ternyata tidak punya,” kata Ketua Umum IKA FIKOM Universitas Padjajaran itu.

Akademisi kelahiran Jakarta, 23 Mei 1978 itu lantas menyarankan agar program tersebut dibarengi dengan rencana bisnis yang jelas. Hal itu penting untuk menjaga kemungkinan buruk seperti gagalnya masyarakat desa mengembalikan pinjaman yang diperoleh dari KMP. “Ini uang gede kan, bayangkan saja Rp3 sampai 5 miliar. Jadi benar tuh, pertanyaan DPR, mana business plan-nya? jangan sampai mereka meminjam tidak bisa mengembalikan, akhirnya disita-sita,” ujarnya.

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bung Hensa berharap pemerintah menjadikan program ini sebagai pendorong prioritas perbaikan data komprehensif masyarakat sebagai program nasional. “Memang fundamental data kita mesti diberesin, musti dibenerin,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #HendriSatrio #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio: Ada Keresahan Soal Sepak Terjang Menteri-Menteri

Hendri Satrio: Ada Keresahan Soal Sepak Terjang Menteri-Menteri

Hendri Satrio: Ada Keresahan Soal Sepak Terjang Menteri-Menteri

July 23, 2025
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Founder Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Hendri Satrio merespons desakan publik tentang reshuffle sejumlah menteri di Kabinet Merah Putih. Ia menilai pemicu desakan tersebut adalah masalah komunikasi para menteri yang kerap menimbulkan polemik.

“Jadi sekarang ini yang paling banyak digaungkan masyarakat, kapan reshuffle? Saya yakin ada keresahan di masyarakat tentang sepak terjangnya menteri-menteri Pak Prabowo, terutama di bidang komunikasi. Sering sekali ada blunder atau penyampaian komunikasi yang membuat masyarakat resah,” ujar pria yang akrab disapa Bung Hensa tersebut saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 23 Juli 2025.

Menurut Bung Hensa, penilaian masyarakat terhadap menteri di kabinet Prabowo-Gibran tersebut sesuai fakta. Salah satunya terlihat dari pro dan kontra keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang memasukkan 4 pulau di dekat Kabupaten Singkil, Aceh, ke wilayah Sumatera Utara, meskipun akhirnya keempat pulau tersebut dikembalikan ke Aceh. “Terutama yang terakhir itu perdebatan pulau di Sumatera atau Aceh. Macam-macam lah, banyak hal yang kerap disampaikan menteri-menterinya Pak Prabowo,” katanya.

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Desakan reshuffle kabinet kembali menguat jelang satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang jatuh pada Oktober 2025 mendatang. Bila dilakukan, ini akan menjadi reshuffle kedua setelah pencopotan Satryo Soemantri Brodjonegoro dari kursi  Mendikti Saintek pada Rabu, 19 Februari 2025. Prabowo juga telah menegaskan akan menyingkirkan para pejabat yang korup dan tidak setia kepada negara, saat berpidato pada peringatan Hari Lahir Pancasila, Senin, 2 Juni 2025. 

Kinerja sejumlah menteri juga menjadi catatan sejumlah lembaga seperti Centre of Economic and Law Studies (Celios). Dalam surveinya Januari 2025, Celios menyebutkan lima menteri dengan kinerja buruk yakni Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, dan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto.

Bung Hensa meminta Prabowo menimbang kembali keberlanjutan para menteri tersebut di kabinet Merah Putih, meskipun sebagian besar mereka berasal dari rezim Joko Widodo. “Kalau kita lihat justru yang memantik polemik juga karena dulunya mereka menteri-menterinya Pak Jokowi. (Misalnya) Bahlil, Budi Gunadi Sadikin, Budi Arie, Pak Tito.

Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hendri Satrio saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kemudian juga ada beberapa yang disinyalir didorong oleh Pak Jokowi misalnya Maruarar Sirait (Menteri Perumahan), dan lain-lain. Jadi memang rakyat (bertanya) mengapa Pak Prabowo tidak ganti-ganti?” kata dia.

Kendati demikian, Bung Hensa mengatakan, Presiden Prabowo tentu mempunyai objektivitas dalam menilai kinerja menteri-nya. Terbukti saat Prabowo melontarkan penilaiannya terhadap kinerja para pembantunya di hadapan sejumlah jurnalis dan Pimpinan Redaksi (Pemred) media beberapa waktu lalu. “Pada saat bertemu para Pemred dia menilai (kinerjanya) cukup 6 aja. Yang jelas dia pengen 7, atau 8 dan dia objektif bilang begitu,” kata jebolan Doktoral Bidang Riset dan Manajemen, Universitas Bina Nusantara itu.

Analis komunikasi politik tersebut juga yakin kemungkinan adanya sokongan politik dari rezim sebelumnya tidak akan menghalangi Prabowo untuk melakukan bersih-bersih di kabinetnya, kendati akan dilakukan secara perlahan. “Pak Prabowo memahami betul apa yang dia mau, dan dia tahu cara berterima kasih,” ucap Bung Hensa. 

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #HendriSatrio #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Rencana BRICS Ganti Mata Uang USD itu Ilusi

Rencana BRICS Ganti Mata Uang USD itu Ilusi

Rencana BRICS Ganti Mata Uang USD itu Ilusi

July 16, 2025
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Anthony Budiawan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTAManaging Director PEPS, Profesor Anthony Budiawan mengkritisi rencana organisasi antar pemerintah BRICS yang mencanangkan dedolarisasi atau penggantian mata uang Dollar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional. Menurutnya, langkah itu sangat berat seperti halnya yang pernah dialami mata uang Euro.

Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Dedolarisasi ini adalah ilusi. Pada tahun 90-an, ekonomi yang terkuat itu Uni Eropa. Mereka lantas bersatu untuk menggunakan Euro dalam sistem perdagangannya. Tapi, Euro tidak bisa menggantikan US Dollar,” kata Prof Anthony kepada Eddy Wijaya.

Rektor Kwik Kian Gie School of Business Periode 2011-2015 itu menjelaskan, salah satu syarat untuk menciptakan suatu mata uang adalah memiliki Bank Sentral. “Tidak gampang. Bagaimana (Bank) harus ada di Rusia, China, Brasil, Indonesia (sebagai anggota BRICS). Dan Bank Sentral-nya di mana untuk me-manage suatu mata uang?” katanya.

Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Prof. Anthony menjelaskan Rusia yang selama ini tidak menggunakan USD saat bertransaksi dagang dengan sejumlah negara tidak bisa menjadi acuan. Sebab langkah Rusia didorong oleh embargo atau sanksi yang diberikan AS sehingga sulit menggunakan USD dalam bertransaksi. “Jadi, SWIFT control-nya tidak ada, SWIFT account itu di block jadi tidak bisa transfer (uang) ke Rusia,” ujarnya. “Nah, itu bukannya dedolarisasi, tapi menurut saya karena terpaksa tidak bisa menggunakan Dollar,” ucapnya menambahkan.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AnthonyBudiawan #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Profesor Anthony: Proyek IKN jadi Beban Ekonomi Indonesia

Profesor Anthony: Proyek IKN jadi Beban Ekonomi Indonesia

Profesor Anthony: Proyek IKN jadi Beban Ekonomi Indonesia

July 16, 2025
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Anthony Budiawan saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTAManaging Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Profesor Anthony Budiawan menyatakan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi salah satu penyebab melemahnya ekonomi Indonesia. Ia menilai proyek tersebut sulit berjalan dengan baik karena menguras banyak anggaran negara.

“Banyak sekali kebijakan yang membuat ekonomi kita buruk, melemah. Misalnya kita lihat pemindahan ibu kota IKN, sudah jelas-jelas bahwa itu impossible, undang-undangnya pun melanggar konstitusi,” ujar Prof. Anthony saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 16 Juli 2025.

Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Prof. Anthony, kebijakan pembangunan IKN yang dimulai sejak masa pemerintahan Presiden Joko Widodo itu diperparah lagi karena diduga sarat dengan praktik Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). “Pada saat itu kan, era Jokowi. Kan, memang di era Jokowi ini punya kebijakan, adalah kebijakan yang banyak koruptif, gitu kan. Banyak untuk KKN-nya untuk dia sendiri, grup-grupnya sendiri,” katanya.

Pernyataan Prof. Anthony itu sejalan dengan temuan Indonesia Corruption Watch (ICW) pada pertengahan 2024 lalu. ICW menemukan kekhawatiran investor asing terhadap jaminan bebas korupsi ketika menanamkan modal di mega proyek yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut. Temuan ICW lainnya menyebut 24 proyek di IKN yang memiliki potensi kecurangan dengan total anggaran Rp8,57 triliun, salah satunya proyek tol IKN.

Prof. Anthony mengatakan, pembangunan IKN juga tidak rasional dilakukan karena berada di tengah hutan yang berpotensi terkendala dalam mengatur hunian masyarakat. “Di pinggir Kota Jakarta saja seperti di Kelapa Gading, itu memerlukan 20 tahun baru bisa dihuni. Itu di pinggir Jakarta. BSD berapa tahun pengembangannya? Bagaimana 5 tahun mau begitu (IKN berkembang)? Ini tidak masuk akal,” katanya.

Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Anthony Budiawan saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Kendati demikian, Prof. Anthony mengatakan proyek IKN bisa berjalan bila pemerintah konsisten melakukan pembangunan yang berkesinambungan. Menjadi persoalan bila komitmen melanjutkan proyek tersebut tidak bisa dipertahankan. “Bahwa 50 tahun lagi bisa berkembang, ya mungkin kalau ini dikerjakan. Siapa yang bisa kuat membangun 50 tahun? Jadi ini hanya mimpi-mimpi saja,” kata Magister Ekonomi Bisnis dari Erasmus University Rotterdam Belanda itu.

Prof. Anthony lantas menyarankan agar Pemerintah ke depan berfokus pada kebijakan yang relevan khususnya agar ekonomi semakin membaik. “Jadi kalau ada satu kebijakan yang kita anggap bertentangan, kita harus mengkritisi. Diterima, tidak diterima, itu lain halnya. Kita juga tidak memaksakan bahwa masukan diterima. Yang penting kita menceritakan pemikiran untuk memperbaiki ekonomi,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AnthonyBudiawan #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Prof. Sudarnoto: PBB Gagal Wujudkan Perdamaian

Prof. Sudarnoto: PBB Gagal Wujudkan Perdamaian

Prof. Sudarnoto: PBB Gagal Wujudkan Perdamaian

July 9, 2025
Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sudarnoto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTAKetua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Profesor Sudarnoto Abdul Hakim menyebut Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah gagal mewujudkan perdamaian dunia. Salah satu buktinya yakni PBB tidak bisa menghentikan eskalasi yang terus meluas di Timur Tengah.

“Menurut hemat saya, telah gagal cita-cita awal mendirikan PBB sampai hari ini. Kegagalan yang sangat fatal. Melenceng. Kalau bahasa NU (Nahdlatul Ulama) sudah keluar dari khittah-nya,” ujar Prof. Sudarnoto saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 9 Juli 2025.

Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Prof. Sudarnoto, kegagalan PBB tersebut dipicu oleh dominasi negara-negara besar yang memiliki hak veto di PBB seperti Amerika Serikat. PBB tidak berkutik menghadapi Amerika yang melanggengkan ketidakadilan yang dialami masyarakat di Palestina. “Banyak sekali krisis ekonomi, krisis lingkungan, krisis kemanusiaan, peperangan terjadi di sana sini sampai hari ini. Dan itu muaranya adalah satu, ketidakadilan,” katanya.

Hak veto adalah hak yang diberikan kepada lima negara yakni Amerika, Inggris, Prancis, Rusia, dan Tiongkok dalam piagam PBB 1945. Bila salah satu negara tersebut menggunakan hak veto untuk menolak keputusan yang telah disepakati anggota lain,  keputusan tersebut tidak bisa dilaksanakan. Misalnya saat Amerika membatalkan resolusi gencatan senjata di Gaza, Palestina, yang disetujui 14 dari 15 Anggota Dewan Keamanan pada Rabu, 4 Juni 2025.

Prof. Sudarnoto mengatakan sudah saatnya PBB direformasi agar keputusan khususnya terkait perdamaian global tidak seenaknya diveto. Tidak boleh ada lagi negara yang memiliki dominasi di PBB seperti saat ini, “Ketika saya memimpin sebuah FGD (Forum Group Discussion) di MUI, saya teriakkan lagi perlunya mereformasi PBB. Kalau tidak reformasi maka 5 negara yang memiliki hak veto itu akan terus mendominasi,” kata Guru Besar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sudarnoto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Bila reformasi tidak bisa dilakukan, aktivis Muhammadiyah tersebut menyatakan perlunya membangun suatu sistem baru selevel dengan PBB.  Ia menilai pembentukan BRICS yang diinisiasi oleh Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan bisa menjadi alternatif. “Alternatif terhadap kebekuan global karena leadership PBB tidak jalan sudah mulai kelihatan. Seperti BRICS misalnya. Indonesia waktu itu agak ogah-ogahan tapi masuk juga (menjadi anggota BRICS),” ucap Prof. Sudarnoto.

Oleh karena itu, Prof. Sudarnoto berharap organisasi antarpemerintah seperti BRICS bisa menjadi semangat baru masyarakat global, termasuk menghadapi hegemoni negara-negara Barat. “Kita sekarang hidup dalam situasi di mana ada gerakan global yang menginginkan perubahan fundamental,” ucapnya. “Kita tahu siapa kekuatan-kekuatan dunia yang hegemonic. Mereka selalu melakukan perampasan, kalau tidak mau diatur ya dirampas. Misalnya kasus di Palestina merupakan tanda yang sangat besar, Israel didukung Amerika,” katanya menambahkan.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #Sudarnoto #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)