Bahaya Pandemic Treaty, IHR Amandemen, dan Omnibus Law Kesehatan

Bahaya Pandemic Treaty, IHR Amandemen, dan Omnibus Law Kesehatan

Bahaya Pandemic Treaty, IHR Amandemen, dan Omnibus Law Kesehatan

April 30, 2025
Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Siti Fadilah Supari saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Menkes RI periode 2004-2009, Siti Fadilah Supari menyarankan agar pemerintah mengkaji ulang sejumlah undang-undang mengenai penanganan pandemi. Ia menilai terdapat sejumlah aturan yang berpotensi berbahaya dan dapat mengancam kedaulatan negara.

“Ada tiga hal yang harus dilakukan pemerintah. Satu, tolak Pandemic Treaty. Dua, mundur dari IHR amandemen. Tiga, cabut mandatory vaksin dari Omnibus Law Kesehatan,” ujar Siti Fadilah kepada Eddy Wijaya.

Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Dokter Ahli Jantung kelahiran Solo, Jawa Tengah, 6 November 1950 itu menjelaskan, Pandemic Treaty merupakan perjanjian yang merugikan negara-negara karena WHO dapat mengintervensi langsung penanganan pandemi dalam negeri. “Semua harus tunduk pada WHO, kasarnya seperti itu. Walaupun dibungkus sangat rapi seolah-olah Pandemic Treaty itu untuk keadilan, untuk memberikan vaksin ke seluruh dunia. Tapi sebetulnya kalau kita lihat pasal per pasal mereka merampas kedaulatan setiap negara,” kata Siti Fadilah.

Setali tiga uang dengan Pandemic Treaty, Siti Fadilah menjelaskan, IHR amandemen juga bermasalah mulai dari pengesahannya hingga pasal-pasalnya yang membolehkan WHO mengambil alih urusan negara terhadap pandemi. “Isinya seram banget pak. Dan ini mau nggak mau diketok (disahkan) oleh WHO walaupun dengan cara yang tidak fair. IHR ini pasal-pasalnya berisi teknik bagaimana (agar) kita tidak berdaya. Jadi apa-apa (terkait pandemi) yang urus mereka,” kata dia.

Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Begitupun dengan Undang-Undang Omnibus Law Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, Siti Fadilah menilai beleid itu memuat pasal-pasal yang merujuk kepada Pandemic Treaty dan IHR amandemen. Pasal yang dimaksud Siti Fadilah adalah pasal 446 UU Omnibus Law Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan yang mengatur sanksi pidana bagi orang yang tidak mematuhi atau menghalangi upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah dengan denda paling banyak Rp 500 juta.

“Kalau ada orang yang tidak mau disuntik itu bisa dianggap menghalang-halangi program pemerintah, maka orang itu akan didenda 500 juta atau dipidanakan,” ucapnya. “Kalau Omnibus Law ini dijalankan, kewajiban vaksin tidak untuk orang yang bepergian saja. Dari RT ke RT, RW, ke RW semua harus divaksin. Anak sekolah, orang yang lewat juga ditahan langsung divaksin. Mengerikan,” Siti Fadilah menambahkan.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #SitiFadilahSupari #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Siti Fadilah Supari Minta Indonesia Waspada Pandemi Baru

Siti Fadilah Supari Minta Indonesia Waspada Pandemi Baru

Siti Fadilah Supari Minta Indonesia Waspada Pandemi Baru

April 30, 2025
Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Siti Fadilah Supari saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) periode 2004-2009, Siti Fadilah Supari merespons kabar adanya penyebaran virus baru pada 2025. Menurutnya, kabar tersebut bisa saja benar karena adanya Pandemic Treaty (Perjanjian Pandemi) dan amandemen International Health Regulation (IHR) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization).

“Pandemi itu sudah dinyatakan pasti ada. Next pandemic itu katanya pada 2025 ini. Itu yang mengatakan bukan orang sembarangan, yang mengatakan adalah Bill Gates (Pendiri Microsoft),” ujar Siti Fadilah saat berbincang bersama Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 30 April 2025. “Itu bukan hanya omongan, mereka (WHO) sudah menyiapkan undang-undangnya ke seluruh dunia,” katanya menambahkan.

Pandemic Treaty merupakan sebutan lain dari WHO Convention, Agreement or other International Instrument or Pandemic Prevention, Preparedness, and Response (WHO CA+ on PPPR). Perjanjian yang mengikat 194 negara anggota WHO ini merupakan instrumen internasional tentang pencegahan, kesiagaan, dan respons terhadap pandemi yang bisa terjadi kapan saja.

Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Perjanjian itu telah dibahas dalam sidang World Health Assembly (WHA) ke-77 pada 27 Mei – 1 Juni 2024 di Jenewa, Swiss. Namun beleid ini belum disahkan. Pengesahan aturan yang terdiri dari 37 pasal itu ditarget pada sidang WHA ke-78 yang bakal digelar pada tahun ini.

Adapun amandemen IHR telah disahkan dalam sidang WHA ke-77 yang merupakan perubahan dari IHR 2005. Regulasi kesehatan dunia ini mengatur hak dan kewajiban negara anggota WHO untuk melaporkan kejadian yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.

Siti Fadilah menjelaskan, prediksi akan adanya virus baru tidak hanya diperkuat dengan adanya gerakan WHO mengeluarkan undang-undang, melainkan juga serangkaian pelatihan yang dikoordinir WHO dalam menghadapi pandemi, hingga bermunculannya pandemi baru di sejumlah negara.

Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Siti Fadilah Supari saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“WHO sudah melatih negara-negara miskin dan berkembang untuk membuat vaksin mRNA flu burung. Menurut saya itu (pandemi yang akan terjadi adalah flu burung), walaupun belum tentu betul. Tapi saya lihat isu yang sekarang banyak sekali, misalnya di Afrika itu Mpox atau ebola, serta China HMPV. Kemudian Amerika, Australia, dan Kanada flu burung serta Florida TBC. Sepertinya, apakah mereka akan membuat epidemic-epidemic (beragam pandemi) ataukah pandemic yang seperti Covid-19? ada dua kemungkinan itu,” ucap lulusan Strata Tiga (S3) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Jakarta 1996 itu .

Siti Fadilah berharap pemerintah Indonesia mewaspadai penyebaran virus baru yang akan terjadi. Salah satu dengan mendukung program Immunotherapy Nusantara. Program ini dikembangkan Menkes periode 2019-2024 yang saat ini menjabat Penasehat Khusus Presiden Prabowo, Terawan Agus Putranto. “Mudah-mudahan penasehat khusus presiden dapat menyampaikan kepada Pak Presiden. Immunotherapy-nya Pak Terawan bisa menjadi alternatif yang sangat bagus bila terjadi pandemic,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #SitiFadilahSupari #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Prof Rita: Kalau Jakarta Sampai Tenggelam Wallahu A’lam

Prof Rita: Kalau Jakarta Sampai Tenggelam Wallahu A’lam

Prof Rita: Kalau Jakarta Sampai Tenggelam Wallahu A’lam

April 23, 2025
Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Dwikorita Karnawati saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati merespons banjir rob yang kerap menjadi persoalan besar di Jakarta saat ini. Menurut Dwikorita banjir rob bisa diatasi dengan green environmental atau penghijauan lingkungan untuk menopang proyek Giant Sea Wall atau tembok laut raksasa yang terus dibangun di Jakarta.

“Menurut hemat kami, solusi yang tepat itu kembali ke hijau. Mungkin dikombinasi dengan giant sea wall, insyaallah akan lebih efektif. Kembalikan ke hijau, mangrove, hutan lindung, itu sepertinya penting sekali,” ujar Rita kepada Eddy Wijaya.

Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Akademisi kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1964 itu menjelaskan, laju kenaikan ketinggian permukaan laut di Indonesia rata-rata mencapai 4,3 milimeter per tahun. Kondisi ini memperparah wilayah Jakarta karena dibarengi subsidence atau penurunan muka tanah mencapai 6 sampai 7 centimeter per tahun.

“Kalau (Jakarta) sampai tenggelam wallahu a’lam ya. Kalau tanahnya turun, iya,” ucap Prof. Rita menanggapi pertanyaan Eddy Wijaya soal prediksi Jakarta tenggelam dari mantan Presiden Amerika Joe Biden.

Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pada Juli 2021, mantan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pidatonya sempat menyinggung soal banjir rob yang bisa menenggelamkan Jakarta. Bahkan Biden memprediksi Jakarta akan tenggelam 10 tahun ke depan atau sekitar 2031 mendatang.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #DwikoritaKarnawati #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Dwikorita Karnawati: Gedung Jakarta Harus Tahan Hadapi Gempa Megathrust

Dwikorita Karnawati: Gedung Jakarta Harus Tahan Hadapi Gempa Megathrust

Dwikorita Karnawati: Gedung Jakarta Harus Tahan Hadapi Gempa Megathrust

April 23, 2025
Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Dwikorita Karnawati saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Profesor Dwikorita Karnawati menyarankan agar rancangan gedung di Jakarta tahan terhadap gempa megathrust. Hal itu lantaran Jakarta merupakan salah satu wilayah yang paling terdampak jika bencana tersebut terjadi.

“Sebetulnya yang dikhawatirkan (dari gempa megathrust) adalah kota-kota yang tanahnya lunak misalnya Jakarta,” ujar Dwikorita yang akrab disapa Rita saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 23 April 2025.

Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Prof. Rita menjelaskan kota dengan tanah lunak memicu perambatan gelombang gempa yang sangat kuat. Hal tersebut karena struktur tanah lunak tidak mampu meredam gelombang gempa, walaupun pusat gempanya berada ratusan kilometer dari wilayah tersebut. “Kondisi ini terjadi di beberapa negara seperti di Meksiko. Begitu juga di Jakarta dan Bangkok. Di kota-kota ini guncangannya akan menguat meskipun jaraknya ratusan kilometer,” kata dia.

Sebelumnya, BMKG memperingatkan masyarakat potensi terjadinya gempa megathrust di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti di Selat Sunda yang diprediksi berkekuatan 8,7 magnitudo, dan Mentawai-Siberut yang berpotensi 8,9 magnitudo. Gempa maha dahsyat itu diprediksi menimbulkan tsunami hingga ketinggian 20 meter. Belum lagi getaran yang ditimbulkan dapat menghancurkan bangunan yang bahkan berjarak ratusan kilometer dari pusat gempa.

Prof. Rita membandingkan kondisi tanah lunak Jakarta dengan Sukabumi, khususnya di wilayah Pelabuhan Ratu, yang cukup dekat dengan wilayah yang diprediksi menjadi titik gempa megathrust. Menurut Alumni Engineering Geology, Leeds University Inggris tersebut, wilayah Pelabuhan Ratu bertekstur tanah padat sehingga guncangan gempa tidak akan sebesar Jakarta.

Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Dwikorita Karnawati saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Jadi perambatan gelombang gempa kalau menembus benda yang keras atau padat akan diredam. Begitu (gelombang) melewati tanah lunak, guncang lagi,” kata Prof. Rita.

Prof. Rita lantas meminta Kementerian PU dan Pemerintah Provinsi Jakarta agar melakukan pengawasan ketat terhadap rancangan gedung di Jakarta. Jangan sampai bangunan tinggi yang sudah terbangun tidak memiliki ketahanan terhadap gempa berkekuatan besar. “Perlu adanya inspeksi meyakinkan bangunan-bangunan hunian yang towernya tinggi-tinggi itu, dipastikan sudah siap untuk menghadapi guncangan yang kuat,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #DwikoritaKarnawati #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Hukuman Mati Bagi Koruptor Bukan Jalan Terbaik

Hukuman Mati Bagi Koruptor Bukan Jalan Terbaik

Hukuman Mati Bagi Koruptor Bukan Jalan Terbaik

April 17, 2025
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Aryati Hamzy saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dokter Psikiater Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), Aryati Hamzy menyatakan ketidaksepakatannya soal penerapan hukuman mati bagi koruptor. “Saya menilai hukuman mati bukan jalan terbaik,” kata dia kepada Eddy Wijaya.

Kepala SMF Neuropsikiatri RS Tadjuddin Chalid Makassar pada tahun 2012 itu melihat, penerapan hukuman mati koruptor kurang berpengaruh terhadap psikologi seseorang. Seperti yang terjadi di China yang menerapkan hukuman mati, namun tidak masuk 10 besar negara dengan penanganan korupsi terbaik tingkat dunia.

Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

“Kalau kita melihat pengalaman di negara lain seperti China yang menerapkan hukuman mati untuk pelaku korupsi, dan kita melihat bagaimana pencapaian China memberantas korupsi, saya melihat hal yang tidak berbeda,” kata Aryati.

Aryati mengatakan, hukuman bagi koruptor yang paling tepat seperti yang dilakukan di Singapura, yakni dengan memberikan hukuman moral bahkan kepada keluarga koruptor tersebut. “Memberikan dampak secara psikologis, dan juga secara sosial dengan harapan bahwa ke depannya mereka (koruptor) ada itikad untuk tobat dalam segi spiritual,” katanya.

Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Transparency International (TI) mengeluarkan Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) untuk 180 negara pada 2024. Urutan pertama adalah Denmark dengan IPK 90, posisi kedua yakni Finlandia dengan skor IPK 88, menyusul Singapura 84, Selandia Baru 83, Luksemburg, Norwegia dan Swiss masing-masing 81, kemudian Swedia 80, Belanda 78, Australia, Islandia dan Irlandia masing-masing 77. Sementara Indonesia berada pada peringkat 99 dengan skor 37. Adapun China berada pada peringkat 76 dengan skor IPK 43.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AryatiHamzy #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy: Perilaku Korupsi Mirip Orang yang Alami Adiksi

Aryati Hamzy: Perilaku Korupsi Mirip Orang yang Alami Adiksi

Aryati Hamzy: Perilaku Korupsi Mirip Orang yang Alami Adiksi

April 16, 2025
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Aryati Hamzy saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dokter Psikiater Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), Aryati Hamzy menjelaskan persamaan antara kondisi kejiwaan seseorang yang melakukan tindakan korupsi dengan seseorang yang mengalami adiksi. Ia menilai persamaan tersebut dapat terlihat dari kondisi biologis maupun psikologis seorang koruptor.

“Kita bisa menemukan adanya kemiripan (perilaku korupsi) dengan kondisi yang terjadi pada orang-orang yang mengalami adiksi. Baik adiksi karena narkoba, ataupun adiksi perilaku. Contohnya seperti pornografi, judi online, ataupun game,” ujar Aryati saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 16 April 2025.

Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Aryati, kondisi otak manusia saat melakukan tindakan nekat seperti korupsi mengalami sejumlah perubahan. Perubahan itu terjadi pada bagian otak Prefrontal Cortex (PFC) bagian dorsolateral kanan, dan The Temporoparietal Junction (TPJ) bagian kanan. “Terjadi sesuatu di otak oleh karena perilaku dari korupsi ini. Terjadi pengaktifan berlebihan (hiperaktivitas) fungsi dari otak di area temporoparietal kanan itu bisa mengindikasikan bahwa seseorang memiliki kecenderungan untuk selfish (mengutamakan diri sendiri daripada orang lain),” kata dia.

Perempuan kelahiran Ujung Pandang, 29 Juli 1977 itu menyatakan cara kerja kedokteran dalam melihat perubahan otak tersebut, yakni dengan menggunakan alat brain imaging seperti fMRI dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT). “Dengan SPECT imaging kita bisa lihat aktivitas otak dari warnanya karena pada saat pemeriksaan dilakukan pemasukan kontras dan aktivitas otak dinilai secara tiga dimensi apakah mengalami peningkatan atau penurunan,” katanya.

Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Aryati Hamzy saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Alumni Strata Tiga (S3) kampus Nasional Sun Yat-sen University (NSYSU) Taiwan itu menjelaskan, terdapat fenomena lain yang mengakibatkan seseorang melakukan korupsi, selain karena pengaruh perubahan otak pada PFC dan TPJ. Fenomena tersebut, kata dia, juga memiliki kemiripan dengan kasus adiksi, yakni perilaku berulang atau yang disebut kompulsif. “Misalnya seseorang yang berhasil melakukan korupsi ada keinginan untuk mengulang kembali. Dan juga nilai dari korupsi itu bisa semakin hari semakin meningkat. Dalam kasus adiksi kita kenal hal ini dengan istilah toleransi,” ucapnya.

Kendati demikian, menurut Aryati, mengkategorikan perilaku korupsi sebagai gangguan jiwa membutuhkan penelitian lebih mendalam maupun legitimasi dari ilmu kedokteran. “Untuk penetapan suatu kasus dikatakan sebagai gangguan jiwa itu perlu melalui suatu proses yang
panjang untuk dimasukkan di dalam kriteria diagnosis berdasarkan DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition),” katanya.

Aryati berharap peran orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak agar terhindar dari perilaku yang menyimpang tersebut seperti pendidikan nilai-nilai moral dan kejujuran. “Pengasuhan anak itu adalah tanggung jawab yang diberikan Tuhan yang maha kuasa agar kita bisa menciptakan generasi penerus bangsa yang berintegritas dan bersih dari korupsi,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AryatiHamzy #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
AM Fachir: Saya Tidak Melihat Ada Isu Dualisme PMI

AM Fachir: Saya Tidak Melihat Ada Isu Dualisme PMI

AM Fachir: Saya Tidak Melihat Ada Isu Dualisme PMI

April 9, 2025
AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

AM Fachir saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI), Abdurrahman Mohammad (AM) Fachir menampik kabar adanya dualisme yang merundung organisasinya. Ia menilai kepengurusannya pada PMI periode 2024-2029 sesuai dengan mekanisme organisasi.

“Saya tidak melihat ada isu dualisme PMI, karena pengurus yang sah prosesnya sesuai dengan AD/ART kita, dengan statuta kita,” ujar AM Fachir saat berbincang bersama Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 9 April 2025.

Kisruh dualisme bermula saat pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) PMI ke 22, di Jakarta 8-10 Desember 2024. Pada Munas tersebut, Jusuf Kalla (JK) terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PMI untuk keempat kalinya.

AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Sementara Agung Laksono yang dinyatakan gagal menjadi calon Ketua Umum PMI kemudian mengadakan Munas tandingan bersama para pendukungnya. Dari Munas tandingan itu, Agung Laksono terpilih sebagai Ketua Umum PMI. Namun akhirnya, Kementerian Hukum menyelesaikan sengketa itu dan mengesahkan kepengurusan PMI yang diketuai Jusuf Kalla, pada Jumat, 20 Desember 2024.

Kendati demikian, dualisme PMI kembali mencuat setelah kubu Agung Laksono melakukan audiensi dengan Menteri Hukum, Supratman Andi Agtas di Kantor Kementerian Hukum, Jakarta, pada Kamis, 13 Maret 2025. Audiensi tersebut membahas persoalan Munas PMI ke 22 yang berakibat munculnya dualisme kepengurusan.

Menurut AM Fachir, Munas versi JK diikuti lebih dari 50 persen perwakilan peserta seluruh Indonesia. Sehingga keseluruhan hasil Munas merupakan keputusan yang sah. “Semua diikuti pengurus seluruh Indonesia. Kita ada 4.193 (Peserta Munas) dari berbagai provinsi, kabupaten/kota yang ikut serta. Karena melebihi dari 50 persen, jauh itu, ya jadi konsensus,” kata dia.

AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
AM Fachir saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Wakil Menteri Luar Negeri periode 2014-2019 itu menekankan kepengurusannya sudah diakui di tingkat nasional, bahkan internasional. Salah satunya dari Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional atau International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC).

“Ketika selesai menyelenggarakan Munas dan terpilih pengurus Pak JK sebagai ketua, baik Presiden (IFRC) dan Sekretaris Jenderal Federasi memberikan ucapan selamat. Berbagai macam perhimpunan nasional juga mengucapkan selamat. Jadi buat kita sudah tidak ada isu (dualisme). Sudah selesai,” ucapnya.

AM Fachir menambahkan, Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan 12 itu tidak pernah ngotot maju sebagai Ketua Umum PMI sejak pertama menjabat pada periode 2009-2014. “Untuk dimaklumi, Pak JK itu tidak pernah mengajukan diri. Dia selalu diminta oleh pengurus daerah untuk menjadi ketua, sejak periode pertama,” katanya. “Lihat track record, lah (pengalaman JK),” dia menambahkan.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #AMFachir #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Total Amnesty Koruptor Solusi Percepatan Pembangunan di Indonesia

Total Amnesty Koruptor Solusi Percepatan Pembangunan di Indonesia

Total Amnesty Koruptor Solusi Percepatan Pembangunan di Indonesia

April 2, 2025
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ricky Sutanto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Ricky Sutanto menyarankan agar pemerintah memberlakukan kebijakan pemutihan kasus korupsi atau total amnesty. Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan salah satu solusi untuk mempercepat pembangunan bangsa dan negara.

“Dari dulu saya kampanye, saya sudah mengatakan kalau saya memimpin negara ini, seluruh kasus korupsi diputihkan, total amnesty,” kata Ricky kepada Eddy Wijaya.

Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pengusaha kelahiran Bandung, Jawa Barat, 6 Juni 1950 itu menjelaskan, pengampunan total akan mendorong koruptor yang kabur ke luar negeri bisa kembali ke Tanah Air mengabdi untuk negara. “Koruptor ini jika dimaafkan sudah luar biasa. Mereka orang pintar dan akan merasa utang budi,” ucapnya.

Ricky menambahkan pemberlakukan total amnesty bagi koruptor juga bakal berdampak pada kinerja pemerintah yang selama ini cukup terkuras untuk mengungkap kasus korupsi. “Tapi kita tidak bermaksud pro terhadap koruptor, kita mau carikan solusi total,” katanya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RickySutanto #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ricky Sutanto Gagas Megaproyek “Garden of Prayer” untuk Hidupi Masyarakat

Ricky Sutanto Gagas Megaproyek “Garden of Prayer” untuk Hidupi Masyarakat

Ricky Sutanto Gagas Megaproyek “Garden of Prayer” untuk Hidupi Masyarakat

April 2, 2025
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Ricky Sutanto saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Pengusaha nasional Ricky Sutanto menyesalkan sikap pemerintah yang menolak gagasannya tentang pembangunan taman berdoa terbesar dunia atau yang disebut Garden of Prayer. Ia menilai keberadaan taman berdoa bagi umat beragama itu penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari pendapatan devisa negara.

“Bila itu terbangun (Garden of Prayer), menurut perhitungan saya, setiap kepala keluarga Indonesia bisa diberikan bonus oleh pemerintah 700 dollar AS per bulan,” ujar Ricky saat berbincang bersama Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 2 April 2025.

Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Ricky, konsep Garden of Prayer telah ia tulis dalam bukunya yang cukup fenomenal berjudul “2015 Kita Terkaya Dunia No. 5” yang terbit pada 2004. Ia mengaku telah mengajukan gagasan tersebut di era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden ke-7 Joko Widodo, namun sayangnya tidak diwujudkan. “Saya berharap Presiden Indonesia merestui ide itu menjadi proyek nasional. Sayangnya presiden sebelum pak Prabowo kurang memperhatikannya,” kata dia.

Ricky yang pernah mengajukan diri sebagai bakal calon presiden pada Konvensi Rakyat Calon Presiden RI 2014 tersebut menjelaskan, taman berdoa merupakan simbol kerukunan umat beragama di dunia. Bangunannya terdiri dari rumah ibadah 6 agama resmi di Indonesia yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.

“Tuhan telah memilih Indonesia untuk menjadi bangsa teladan kerukunan umat beragama dunia. Maka perlu dibangun suatu taman berdoa untuk semua agama di mana ada Masjid, Gereja, Pura, Vihara yang terbesar dunia,” kata Ricky.

Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Ricky Sutanto saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Salah satu pendiri Blossom Group itu meyakini gagasan ini menghasilkan pendapatan besar bagi devisa negara karena akan dikunjungi masyarakat dunia. Ia mencontohkan bagaimana Arab Saudi menjadi negara kaya dari hasil kunjungan umat muslim seluruh dunia. “Arab sudah tidak terlalu mementingkan gas dan minyak, tapi wisata nomor satu. Mereka yang datang umrah, naik haji itu, luar biasa kontribusi kepada negara. Nah, bayangkan kalau ada Garden of Prayer itu seluruh umat agama akan datang ke Indonesia,” ujar Ricky.

Meskipun pemerintahan belum melaksanakan gagasannya tersebut, Ricky tetap optimististis pembangunan Garden of Prayer dapat terlaksana pada masa Presiden Prabowo Subianto. “Jangan bilang bisa atau tidak bisa ya, (tapi) mau atau tidak mau. Kalau nenek moyang kita bisa bangun Borobudur, Garden of Prayer itu kecil kita bisa bangun,” kata dia.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #RickySutanto #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Kontroversi Janji Karyawan Sritex hingga #KaburAjaDulu

Kontroversi Janji Karyawan Sritex hingga #KaburAjaDulu

Kontroversi Janji Karyawan Sritex hingga #KaburAjaDulu

March 26, 2025
Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Immanuel Ebenezer saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Wamenaker, Immanuel Ebenezer Gerungan mengatakan pemerintah tidak dapat mengintervensi PHK terhadap karyawan PT. Sritex. Hal tersebut karena PHK bukan lagi dilakukan manajemen Sritex, tapi kurator atau pihak yang ditunjuk Pengadilan dalam proses kepailitan.

“Harus dipahami kurator mengambil alih manajemen. Sehingga yang melakukan PHK bukan manajemen tapi kurator. Jadi kita pemerintah, eksekutif, tidak mampu menjangkau keputusan hukum yang menjadi domainnya kurator,” ujar Noel kepada Eddy Wijaya.

Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Pernyataan Bung Noel tersebut sekaligus menanggapi videonya yang viral yang berjanji tidak akan ada PHK saat berkunjung ke kantor Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Jumat, 15 November 2024. Janji tersebut terus ditagih masyarakat. “Saat itu permintaan saya atas nama negara disanggupi oleh manajemen agar jangan ada PHK. Nah, sehingga tidak terjadi PHK dari Oktober (2024) sampai Februari (2025) atau sekitar 5 sampai 6 bulan,” katanya.

Pria kelahiran Riau, 22 Juli 1975 itu menegaskan, pihaknya telah berusaha maksimal mendampingi kasus tersebut, termasuk menjamin hak-hak karyawan Sritex seperti gaji, pesangon, dan THR. “Pertanyaannya, ada tidak buruh (karyawan Sritex) yang marah? Tidak ada, karena memang kita hadir di tengah-tengah mereka. Kita tidak pernah membiarkan mereka sendiri,” kata Bung Noel

Bung Noel lantas berharap eks karyawan PT Sritex dipekerjakan kembali setelah kurator menemukan investor baru. Hal itu sekaligus merespons kabar dari anggota tim kurator PT. Sritex, Nurma Sadikin yang menyampaikan adanya peluang investor baru saat dipanggil ke Istana Kepresidenan Senin, 3 Maret 2025. “Kita berharap kalau seandainya ada investor baru, ada rekrutmen baru yang memprioritaskan kawan-kawan buruh eks Sritex dan itu akan kita awasi,” ucapnya.

Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Immanuel Ebenezer saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Mantan aktivis 98 itu juga menyinggung lagi responsnya terhadap viral #KaburAjaDulu di media sosial yang sempat menuai kontroversi. Ia menegaskan maksud dirinya meminta orang tidak usah pulang setelah bekerja di luar negeri terkait kekuatan mental perantau.

“Tradisi di kita ini kan, apalagi saya orang Sumatera ya, orang Sumatera itu kalau udah merantau lantas balik miskin itu malu. Saya cuma membangun narasi itu, lu jangan balik dulu, lu harus sukses baru pulang. Kalau perlu kabur jangan balik-balik, bawa itu saudaramu, adik, tetanggamu (ke perantauan),” ucap Bung Noel.

Namun demikian, Bung Noel menambahkan #KaburAjaDulu juga tidak boleh dilandasi kenekatan semata. Orang yang hendak bekerja di luar negeri harus mempunyai kemampuan atau skill yang dibutuhkan di dunia kerja. “Gajinya memang besar (di luar negeri) tapi kalau tidak ada skill jadi apa? jadi gelandangan?” katanya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

Tags : #EdShareOn #ImmanuelEbenezer #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)