EdShareOn

Hasto Wardoyo Ungkap Tantangan Vasektomi dan Penurunan Stunting di Indonesia

August 13, 2024
dr. Hasto Wardoyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

dr. Hasto Wardoyo. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Pada episode terbaru podcast EdShareOn, Eddy Wijaya berbincang dengan Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Diskusi mereka menyoroti dua isu penting: program vasektomi sebagai salah satu metode Keluarga Berencana (KB) dan upaya pemerintah dalam menurunkan angka stunting di Indonesia.

Eddy Wijaya membuka diskusi dengan mengangkat isu rendahnya kesadaran pria untuk ikut serta dalam program KB, khususnya melalui vasektomi. Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa saat ini hanya sekitar 5% pria yang menjadi akseptor KB, dengan sebagian besar menggunakan kondom dan sedikit sekali yang memilih vasektomi.

dr. Hasto Wardoyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
dr. Hasto Wardoyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Meskipun vasektomi telah terbukti aman dan bahkan bisa dibalik melalui operasi rekanalisasi, banyak pria masih enggan karena termakan mitos bahwa prosedur ini dapat mengurangi keperkasaan mereka. “Sebetulnya, teknologi medis saat ini sudah sangat maju. Vasektomi bisa dibalik jika diperlukan, dan prosedurnya sendiri sekarang sudah tanpa pisau, jadi minim rasa sakit,” jelas Hasto. Ia menambahkan bahwa pemerintah menyediakan layanan vasektomi secara gratis dan bahkan memberikan insentif berupa uang saku Rp300.000 bagi yang melakukannya.

Hasto Wardoyo juga mengakui perlunya kampanye yang lebih gencar untuk meningkatkan partisipasi pria dalam KB melalui vasektomi. Ia berbagi pengalaman ketika dirinya masih menjabat sebagai Bupati, di mana ia memberikan kambing sebagai insentif bagi mereka yang bersedia menjalani vasektomi. “Waktu itu, saya ditargetkan hanya 26 vasektomi, tapi setelah saya umumkan hadiah kambing, yang datang 126 orang. Ini menunjukkan bahwa dengan sosialisasi yang tepat, partisipasi bisa meningkat,” kenangnya.

Selain membahas vasektomi, Eddy Wijaya juga mengangkat isu stunting yang menjadi perhatian besar pemerintah saat ini. Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa meskipun data survei menunjukkan angka stunting masih di sekitar 21%, data real di lapangan dari posyandu menunjukkan angka yang jauh lebih rendah, bahkan hingga 6%.

dr. Hasto Wardoyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
dr. Hasto Wardoyo saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Menurut Hasto, stunting tidak hanya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, tetapi juga oleh faktor lingkungan seperti sanitasi yang buruk dan air yang tidak bersih. “Kita harus mendekatkan angka real dengan survei, salah satunya dengan memastikan lebih banyak anak datang ke posyandu untuk penimbangan dan pengukuran secara rutin,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa target penurunan stunting ke 14% pada tahun 2024 merupakan tantangan besar, tetapi optimis bisa dicapai, setidaknya mendekati angka 20% sesuai standar WHO.

Menanggapi pertanyaan Eddy Wijaya tentang alokasi anggaran Rp30 triliun yang disebutkan oleh Menteri PPN, Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa sebagian besar anggaran tersebut digunakan untuk program Keluarga Harapan (PKH) dan BPJS Kesehatan. Sisa anggaran yang lebih kecil kemudian digunakan untuk program-program pendukung yang berfokus pada peningkatan sanitasi dan kebersihan lingkungan, yang secara tidak langsung berdampak pada penurunan angka stunting. “Sebanyak 70% faktor penyebab stunting adalah lingkungan yang tidak bersih. Jadi, program pendukung seperti membangun sumur bersih atau memperbaiki sanitasi sangat penting,” katanya.

Tags :

Recent Posts

Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Sutiyoso Saat di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)