EdShareOn

Pesan Anwar Abbas kepada Anies Baswedan Saat Jadi Menteri Pendidikan

April 5, 2024
Anwar Abbas saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Anwar Abbas. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam sebuah wawancara dengan Eddy Wijaya di podcast EdShareOn, Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020–2025, memberikan pandangannya soal dinamika Pilpres 2024. Dalam perbincangan tersebut, ia memberikan pandangannya tentang toleransi beragama dan masalah ekonomi rakyat yang jadi sorotan dalam konteks Pilpres kali ini.

Menurut Anwar Abbas, Pilpres kali ini menarik karena adanya tiga pasangan calon yang memiliki karakteristik dan gaya kepemimpinan masing-masing. Ia menegaskan bahwa dulu kental dengan politik identitas (SARA) dan kini isu tersebut tidak sekuat seperti sebelumnya. “Nuansa seperti pemilu sebelumnya yang katanya diwarnai oleh SARA itu 5 tahun yang lalu agak kental. Tapi kalau tahun ini nggak, boleh dikatakan tidak ada,” ungkap pria kelahiran 15 Februari 1955 ini.

Tentang dukungannya terhadap pasangan calon Presiden nomor urut 1, Abbas menjelaskan bahwa nilai-nilai yang dijunjung tinggi menjadi faktor penentu. Ia membahas pentingnya persatuan antara NU dan Muhammadiyah dalam mewujudkan kekuatan umat Islam di Indonesia. “Jadi orang luar melihat jika seandainya NU dan Muhammadiyah bersatu maka umat Islam di Indonesia ini akan kuat,” tegasnya.

Anwar Abbas saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Anwar Abbas saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Selain itu, Abbas menggarisbawahi tentang masalah ekonomi rakyat. Menurutnya, ekonomi Indonesia cenderung liberalistik dan kapitalistik, menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi semakin dalam. Ia mengusulkan perubahan kebijakan dari trickle-down effect ke bottom-up untuk mensejahterakan mereka yang berada di bawah.

“Pertanyaan saya, siapa yang perhatikan mereka? Negara semestinya. Tugas negara semestinya. Kebijakannya harus diuubah dari trickle down effect ke bottom up. Trickle down effect itu adalah biaya yang di atas maka dia akan menetes ke bawah,” katanya.

Abbas juga berbagi pengalaman terkait upayanya untuk mendorong pembentukan mental wirausaha sejak dini. “Saya ini punya sejarah dengan saudara Anies, ketika beliau menjadi menteri pendidikan, saya menyampaikan saran untuk mencetak entrepreneur itu harus perlu proses pembiasaan,” ungkapnya.

Anwar Abbas saat di Podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Abbas juga berbagi pengalaman terkait upayanya untuk mendorong pembentukan mental wirausaha sejak dini. “Saya ini punya sejarah dengan saudara Anies, ketika beliau menjadi menteri pendidikan, saya menyampaikan saran untuk mencetak entrepreneur itu harus perlu proses pembiasaan,” ungkapnya.

“Jadi anak-anak ini dibiasakan berbisnis. Saya menawarkan supaya anak-anak SD kelas 1 itu diajari berbisnis. Semisal satu kali seminggu dia berdagang di kantin atau di halaman sekolah. Jadi satu tahun, dia berarti punya pengalaman 50 hari berbisnis. Tamat SD, dia punya pengalaman 300 hari berbisnis. Tamat SMA, dia punya pengalaman 600 hari berbisnis. Tamat perguruan tinggi, dia punya pengalaman 800 hari berbisnis. Kalau ada seorang anak punya pengalaman 800 hari berbisnis saya yakin mentality-nya bukan lagi employee mentality tapi menjadi entrepreneur mentality,” tutupnya.

Tags :

Recent Posts