Pieter C. Zulkifli. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – EdShareOn, podcast inspiratif yang dipandu oleh Eddy Wijaya, kembali menyajikan diskusi mendalam yang menarik perhatian. Dalam episode terbarunya, Eddy Wijaya berbincang dengan Pieter C. Zulkifli, seorang pengamat politik berpengalaman, membahas gebrakan Presiden Prabowo Subianto dengan kabinet barunya yang dikenal sebagai Kabinet Merah Putih.
Pieter mengawali dengan pandangannya terhadap kabinet yang berukuran besar, menyebutnya sebagai salah satu gebrakan signifikan. “Kabinet yang sangat besar ini adalah fenomena baru dalam politik Indonesia,” ujar Pieter. Selain itu, ia menyoroti langkah inovatif Prabowo yang mengadakan kegiatan bersama seluruh kabinet di Akademi Militer (Akmil) Magelang. “Itu langkah unik yang menunjukkan pendekatan baru dalam kepemimpinan,” tambahnya.
Namun Pieter tak segan mengkritisi potensi tantangan yang dihadapi kabinet besar ini. Ia menyebut bahwa struktur yang besar dapat mempersulit manajemen. “Kabinet yang besar malah dalam konteks manajerial mempersulit kontrol kinerja. Ini menjadi tantangan baru bagi pemerintahan Prabowo,” jelas Pieter. Eddy Wijaya menanggapi dengan menyebut dinamika politik Indonesia yang mengharuskan kompromi demi mengakomodasi berbagai kepentingan.
Pieter juga membandingkan Indonesia dengan negara-negara maju seperti Tiongkok dan Amerika Serikat. “Tiongkok dengan 1,5 miliar penduduk hanya memiliki 22 kementerian. Amerika, dengan dinamika politiknya bahkan hanya memiliki 15 kementerian,” paparnya, sambil menggarisbawahi bahwa kompromi politik sering kali menghasilkan tantangan manajerial yang kompleks.
Dalam diskusi tersebut, Pieter menyoroti pentingnya kebijakan yang mendukung industri nasional. Ia mencontohkan kondisi sektor tekstil yang menghadapi tekanan besar akibat kebijakan yang tidak mendukung produktivitas industri. “Politik dan kekuasaan harus mendukung kegiatan industri nasional, bukan malah membunuhnya,” ujar Pieter tegas. Eddy Wijaya turut menambahkan bahwa kebijakan yang tidak pro-rakyat dan industri dapat menciptakan hambatan besar bagi pertumbuhan ekonomi.
Mengenai langkah Prabowo yang meminta empat kementerian untuk membantu menyelamatkan Sritex, Pieter menilai itu sebagai langkah positif. Namun, ia menegaskan pentingnya evaluasi kebijakan yang telah ada. “Permendag 8/2024 seharusnya menjadi pelajaran bagi presiden saat ini dan di masa depan. Kebijakan harus mendukung pertumbuhan, bukan justru menimbulkan masalah baru,” tutup Pieter.
Tags : #EdShareOn #PieterCZulkilfi #PrabowoSubianto #siapaeddywijaya #sosokeddywijaya #profileeddywijaya