Melki Sedek Huang Berbagi Pengalaman Intimidasi Saat Menjadi Aktivis Mahasiswa

Melki Sedek. (Foto: EdShareOn.com)
JAKARTA – Seorang aktivis Indonesia, Melki Sedek Huang berbagi pengalamannya tentang intimidasi yang dialaminya. Dalam wawancara dengan Eddy Wijaya di podcast EdShareOn, ketua BEM UI non aktif ini mengungkapkan insiden-insiden dimana ia bersama teman-temannya merasa diancam, diintimidasi, dan direpresi.
Sejak awal tahun hingga akhir tahun, Melki dan rekan-rekannya seringkali didatangi oleh aparat keamanan menjelang demonstrasi yang mereka rencanakan. “Jadi sepanjang jadi ketua BEM UI dari Januari sampai Desember itu, saya dan teman-teman mahasiswa kalau dibilang diancem, diintimidasi, dan direpresi itu sebenarnya sudah sering terjadi berulang-ulang kali. Setiap kali H-1 berdemonstrasi, saya beserta teman-teman mahasiswa terutama yang adalah ketua-ketua organisasi pasti didatangi oleh aparat keamanan gitu,” ujarnya ketika jadi narasumber di podcast EdShareOn.
Kami diminta untuk tidak melakukan demonstrasi, mengurangi jumlah personel. Bahkan diancam seperti tidak diizinkannya pulang ke rumah. “Kami diminta untuk besok tidak boleh demonstrasi, diminta untuk mengurangi, dan jumlah personel gitu. Kemudian kita disodorkan sejumlah uang gitu ataupun diancam lewat ancaman-ancaman seperti saya diancam bahwa kalau besok tetap turun anak-anak UI tidak bisa pulang ke rumah gitu,” jelasnya.

Melki juga menyebutkan bahwa ada upaya intimidasi yang melibatkan pertanyaan-pertanyaan pribadi tentang dirinya. Hal ini menciptakan rasa takut dan ketidaknyamanan bagi Melki dan orang-orang terdekatnya. “Seorang guru di sekolah lama saya, SMA Negeri 1 Pontianak itu nelepon katanya ada yang ke sekolah pakai seragam aparat. Menanyakan hal-hal personal tentang saya dan keluarga,” tuturnya.
“Ada beberapa yang menanyakan soal track record seperti ‘Melki waktu SMA ngapain, Melki waktu SMA pernah melakukan apa aja, rumahnya di mana, ada nomor orangtuanya nggak?’ Menanyakan hal-hal yang bersifat privasi dan personal gitu. Saya tahu ada yang nggak beres, saya telepon ibu di rumah. Ibu juga bilang ‘Oh ini ada dua orang datang ke rumah satunya pakai seragam gitu.’ Dia nanya-nanya hal-hal seperti itu juga,” katanya.
Tak Menyerah
Meskipun demikian, Melki menegaskan bahwa ia tidak akan mundur karena intimidasi tersebut. Ia bersyukur memiliki dukungan dari keluarganya, terutama ibunya yang memberinya semangat untuk tetap berjuang. “Yang saya syukuri adalah mempunyai ibu yang berani. ‘Gas aja nak,’ dia bilang begitu,” ujarnya.
Melki juga menegaskan bahwa tindakan intimidasi seperti ini adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan aturan hukum yang berlaku. “Kalau bagi saya terlepas dari apapun itu, hal tersebut sudah menyalahi aturan. Karena tindakan upaya paksa pendatangan ke rumah. Bahkan saya bisa melaporkan itu sebagai trespassing,” lanjutnya.

Kepolisian diminta untuk bertanggung jawab dan melakukan investigasi terhadap dugaan intimidasi tersebut. Melki menegaskan bahwa tindakan intimidasi semacam ini tidak boleh dibiarkan dan harus dihentikan.
“Saya sampaikan langsung ke Kapolda Kalimantan Barat. Saya bilang bahwa ‘tolong ini yang terakhir, jangan sampai ada lagi yang datang rumah gitu. Kalau ada lagi saya viralkan lagi di media’,” urainya.
Tags :
Recent Posts
-
Gede Sandra: Dampak Lingkungan Produksi Komponen Kendaraan Listrik Mengkhawatirkan
-
Eksploitasi Sumber Daya Alam Indonesia, Usman Hamid Minta Lihat Masyarakat Papua
-
Usman Hamid: Peresmian Sejarah Hanya Dilakukan Negara Fasis
-
Aksi Kejaksaan dalam Pemberantasan Korupsi, Barita Simanjuntak: Komitmen Pimpinan
-
Korupsi di Indonesia Seakan Tak Ada Habisnya, IPW Ungkap Penyebabnya
-
IPW Tak Segan Laporkan Aparat Penegak Hukum yang Diduga Lakukan Penyimpangan
-
Kasus Hakim Zarof Ricar Diharapkan Ketua IPW Menjadi Pintu Masuk Penyelidikan Judicial Corruption