Jimly Asshiddiqie Ungkap Kompleksitas Kecurangan dalam Pemilihan Umum

Jimly Asshiddiqie Ungkap Kompleksitas Kecurangan dalam Pemilihan Umum

Jimly Asshiddiqie Ungkap Kompleksitas Kecurangan dalam Pemilihan Umum

March 19, 2024
Jimly Asshiddiqie saat jadi bintang tamu di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Jimly Asshiddiqie. (Foto: EdShareOn.com)

JAKARTA – Dalam panggung politik Indonesia, spekulasi dan perdebatan tentang kecurangan dalam pemilihan umum selalu menjadi topik yang menarik. Dalam podcast EdShareOn, Eddy Wijaya dan Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia, membahas isu-isu tersebut.

Eddy Wijaya pun bertanya tentang kemungkinan kecurangan dalam pemilihan umum. Jimly Asshiddiqie dengan tegas menyatakan bahwa kecurangan mungkin saja dilakukan oleh semua pasangan calon, tanpa memihak pada satu pihak tertentu. Hal ini memunculkan pemahaman bahwa kecurangan tidak selalu menguntungkan satu pihak saja, tetapi dapat terjadi dalam berbagai konteks.

“Masif itu nggak bisa kita menuduh hanya menguntungkan satu pihak saja. Tergantung kasusnya, ada kasus yang kubu satu yang diuntungkan, ada kasus yang kubu dua diuntungkan, ada kasus kubu tiga yang diuntungkan. Ada kasus partai A yang diuntungkan dan partai B dirugikan,” ujar Jimly.

Jimly Asshiddiqie saat jadi bintang tamu di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Jimly Asshiddiqie saat jadi bintang tamu di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Jimly juga membahas tentang kompleksitas kecurangan dalam pemilihan umum, termasuk konflik internal di dalam partai politik dan antara sesama calon legislatif. Dia memberikan contoh di mana persepsi publik dapat dipengaruhi oleh foto-foto yang disebar luas di media sosial, menciptakan kesan bahwa kecurangan terjadi di semua Tempat Pemungutan Suara (TPS). Hal ini menunjukkan bahwa kecurangan tidak selalu terjadi secara terstruktur dan sistematis, tetapi dapat berasal dari berbagai sumber dan motif.

Namun demikian, Jimly menegaskan bahwa pemberantasan kecurangan dalam pemilihan umum merupakan tugas yang penting. “Tapi ada juga kasus, konflik persaingan di internal partai. Sesama caleg. Jangankan internal partai dan antar partai. DPD juga kayak gitu, jadi DPD itu calonnya banyak dan tiap provinsi yang menang ada empat. Nanti yang Nomor 5 Nomor 6 yang pasti berusaha,” jelasnya.

“Jadi selama 5 tahun menjabat sebagai ketua DKPP, kami menemukan 340 kasus lebih yang kita kasih sanksi. Sebagian terbesar itu di tingkat kecamatan. Kira-kira 50% di tingkat kecamatan. Jadi 10% diantaranya kami pecatin. Rata-rata TSM (Terstuktur sistematis dan masif) itu di tingkat kabupaten. Jadi kalau misalnya bupatinya itu incumbent, besar kemungkinan dia akan ikut cawi-cawi apalagi di kabupaten yang jauh dari wartawan,” lanjutnya.

Jimly Asshiddiqie saat jadi bintang tamu di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)
Jimly Asshiddiqie saat jadi bintang tamu di podcast EdShareOn. (Foto: EdShareOn.com)

Meskipun demikian, Jimly menekankan pentingnya sikap positif dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dia menegaskan bahwa meskipun ada perdebatan tentang pemilihan umum yang kurang sempurna, masyarakat harus tetap menjaga sikap optimis dan mengapresiasi proses demokrasi.

“Positif thinking aja, kita nikmati aja ini. Kalau Pak Yusuf Kala bilang ini pemilihan umum terburuk dalam sejarah. Tidak perlu begitu. Tak perlu dibanding-bandingin. Jadi saya menilai Pemilu 2024 ini pemilihan umum paling seru. Jangan paling buruk tapi paling seru. Positif thinking aja tapi waktu akan berjalan, saya yakin bahwa nanti akan reda dengan sendirinya,” ungkapnya.

Tags :

Recent Posts